Liputan6.com, Jakarta - Terlalu banyak terpapar cahaya terang di malam hari dapat menekan produksi melatonin dan bahkan meningkatkan risiko kanker.
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa paparan cahaya terang di malam hari meningkatkan risiko kanker prostat, kanker kolorektal, dan khususnya kanker payudara.
Baca Juga
“Paparan cahaya terang di malam hari dapat menekan produksi melatonin dalam tubuh, hormon yang mengatur tidur dan memiliki sifat anti kanker. Sehingga, berpotensi meningkatkan risiko kanker payudara,” kata asisten direktur Yale Cancer Center for Global Cancer Epidemiology, Yong Zhu, PhD, mengutip Verywell Health, Rabu (10/1/2023).
Advertisement
Terkait hal ini, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan kerja shift malam, yang melibatkan paparan cahaya tingkat tinggi di malam hari, sebagai kemungkinan karsinogen (pemicu kanker).
Sebuah penelitian pada 2017 menemukan bahwa kerja shift malam yang bergilir dalam jangka panjang dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Terutama di kalangan perempuan yang melakukan kerja shift pada usia dewasa muda.
Analisis lain dari tahun 2018 menyimpulkan bahwa kerja shift malam meningkatkan risiko kanker payudara pada perempuan. Termasuk wanita pra-menopause terutama yang memiliki intensitas dan durasi paparan cahaya yang lama.
Paparan Cahaya Terang di Malam Hari Ganggu Ritme Sirkadian
Melatonin adalah hormon kegelapan yang memastikan ritme sirkadian tubuh tersinkronisasi pada siang dan malam hari.
Ritme sirkadian adalah jam internal alami yang mengatur siklus tidur dan bangun.
Menurut mantan profesor di Harvard Medical School yang menulis buku “The Light Doctor” Martin Moore-Ede, MD, PhD, hormon ini bertindak sebagai penekan tumor kanker payudara.
“Cahaya terang di malam hari sangat mengganggu sistem sirkadian, menyebabkan gangguan sirkadian dan penekanan melatonin,” kata Moore-Ede. “Ini meningkatkan risiko kanker payudara dan mempercepat pertumbuhan tumor.”
Dia menambahkan bahwa orang-orang yang bekerja pada shift malam, dan mereka yang begadang sambil menggunakan ponsel—yang memancarkan cahaya biru dan dekat dengan mata—lebih rentan terhadap kanker. Terutama kanker yang sensitif terhadap hormon seperti kanker payudara dan kanker prostat.
Advertisement
Blue Light Tekan Sekresi Melatonin
Moore-Ede menjelaskan, masalah utamanya bukan pada cahaya terang itu sendiri. Namun, yang sebenarnya mempengaruhi ritme sirkadian terletak pada panjang gelombang cahaya biru (blue light) antara 440–495 nanometer (nm), yang menyerupai cahaya matahari alami.
“Kita 25 kali lebih sensitif terhadap cahaya biru 440–495 nm dibandingkan cahaya putih spektrum penuh,” katanya.
“Masalahnya adalah dibandingkan dengan lampu pijar yang sekarang dilarang, LED jauh lebih kaya pada panjang gelombang utama berwarna biru.”
Cahaya biru di malam hari dapat menekan sekresi melatonin dan lebih mengubah ritme sirkadian dibandingkan cahaya putih. Selain gangguan hormon, paparan cahaya jenis ini juga dapat mengganggu durasi dan kualitas tidur. Sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti depresi dan diabetes.
Redam Paparan Cahaya Biru di Malam Hari
Meskipun banyak lampu saat ini cenderung kaya akan panjang gelombang biru, masih ada cara untuk melindungi diri dari potensi dampaknya.
“Anda dapat memilih lampu dengan nol kandungan cahaya biru di malam hari, tidur di ruangan yang gelap gulita, dan pergi keluar selama satu jam setiap pagi untuk mendapatkan paparan sinar matahari,” saran Moore-Ede.
Selain itu, menggunakan tirai anti cahaya mungkin bermanfaat, kata Zhu.
“Terutama jika Anda sensitif terhadap cahaya atau jika Anda ingin mengoptimalkan kualitas tidur dengan menciptakan lingkungan tidur yang lebih gelap.”
Penting juga untuk dicatat bahwa meskipun bukti menunjukkan adanya hubungan antara paparan cahaya terang dan risiko kanker payudara yang lebih tinggi, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sejauh mana hubungan ini, tambahnya.
“Faktor-faktor seperti kerentanan genetik individu, durasi paparan, dan elemen gaya hidup lainnya juga berkontribusi terhadap interaksi kompleks antara paparan cahaya dan perkembangan kanker,” tutup Zhu.
Advertisement