Eks Bos WHO Usul agar KLB Polio Jadi Salah Satu Bahasan pada Debat Capres

Terdapat tiga kasus Polio yang menyebabkan anak lumpuh layu di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Profesor Tjandra Yoga Aditama KLB Polio bisa jadi bahasan dalam debat Capres.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 20 Jan 2024, 18:40 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2024, 18:15 WIB
Imunisasi polio untuk anak di Surabaya. (Istimewa)
Pemerintah tengah melakukan imunisasi tambahan atau Sub PIN Polio gegara ada KLB Polio di Jateng dan Jatim. Tema KLB Polio menurut Tjandra Yoga Aditama bisa masuk dalam bahasan debat capres. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama mengusulkan agar Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio jadi salah satu bahasan dalam debat calon presiden dan wakil presiden jelang Pemilu 2024.

Topik kesehatan bakal masuk dalam debat capres kelima alias terakhir yakni pada 4 Februari 2024. Isu kesehatan bakal bersamaan juga dengan tema soal teknologi informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, dan ketenagakerjaan.

Tjandra pun berharap agar topik kesehatan bisa masuk dalam salah satu hal yang diangkat dalam debat capres. Salah satunya yang saat ini terjadi tentang KLB Polio. Berbicara KLB Polio juga terkait soal lingkungan, relevan dengan salah satu tema yakni lingkungan hidup di debat capres keempat pada Minggu, 21 Februari 2024.

"KLB Polio sendiri memang tidak melibatkan kasus yang banyak, juga mungkin tidak menimbulkan dampak epidemiologi yang amat penting. Tetapi setidaknya ada tiga aspek KLB Polio yang bisa jadi pelajaran dari kacamata kesehatan masyarakat dan bangsa," kata Tjandra.

"Dan sebaiknya diangkat dalam debat capres dan cawapres kita," lanjutnya.

Tiga poin yang dimaksud Tjandra yakni:

1. KLB Polio kali ini terjadi akibat circulating vaccine-derived poliovirus (cVDPV).

Jenis virus ini terjadi pada di komunitas yang tidak mendapat vaksinasi polio secara lengkap, khususnya pada area yang higiene dan sanitasi buruk dan pemukiman kumuh padat, yang dikenal sebagai Social Determinants of Health (SDOH).

"Sesuatu yang baik kalau dibahas dalam debat ke empat dalam aspek lingkungan hidup," kata Tjandra dalam keterangan tertulis yang diterima Health-Liputan6.com pada Sabtu (20/1/2024).

2. Polio di Indonesia dikelompokkan dengan negara-negara berkembang

Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama

Dalam situasi polio saat ini, WHO memasukkan Indonesia dalam kategori kedua, yaitu negara yang punya kasus cVDPV2, dengan atau tanpa adanya penularan lokal. Indonesia bersama 27 negara lainnya, antara lain Algeria, Botswana, Côte d’Ivoire, Guinea, Israel, Kenya, Malawi, Nigeria, Somalia, Tanzania, Yemen sampai ke Zimbabwe.

Di dalam negeri disebutkan kita menuju Indonesia Emas 2045. Lalu, masih ada pekerjaan rumah terkait isu kesehatan lain seperti tuberkulosis dan lepra.

"Yang semuanya menunjukkan bahwa posisi kesehatan di dunia belum memuaskan," kata Tjandra.

3. Cakupan vaksinasi polio rendah

"Vaksinasi polio jelas amat penting karena rendahnya cakupan mengakibatkan KLB kali ini, dan aspek penolakan vaksin karena berita hoaks juga seyogianya dicakup oleh pemimpin bangsa sebagai salah satu topik di debat kelima," kata Tjandra.

Tentang Kasus Polio di Indonesia

Pada akhir 2023 dan awal 2024, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, menyusul penemuan kasus lumpuh layu akibat infeksi virus Polio di Kabupaten Pamekasan dan Sampang, Jawa Timur; serta Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Akibat kejadian itu, pemerintah menggelar Sub PIN Polio sebanyak dua putaran di seluruh Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah dan Sleman, DIY yang berbatasan dengan Klaten.

"Pemerintah bersama Komite Imunisasi Nasional telah memberikan rekomendasi untuk segera merespons KLB dengan memberikan imunisasi tambahan atau yang dikenal dengan Sub Pekan Imunisasi Polio (Sub PIN Polio),” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu beberapa waktu lalu. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya