BPJS Kesehatan Mulai Dilirik Dunia, Dirut Ali Ghufron Mukti Ungkap Resepnya

BPJS Kesehatan dijadikan rujukan beberapa negara di dunia karena dinilai baik dalam pelayanannya terutama setelah mengembangkan Information and Communication Technology (ICT).

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Mar 2024, 12:05 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 12:05 WIB
Iuran BPJS Kesehatan Naik
Petugas BPJS Kesehatan melayani warga di kawasan Matraman, Jakarta, Rabu (28/8/2019). Menkeu Sri Mulyani mengusulkan iuran peserta kelas I BPJS Kesehatan naik 2 kali lipat yang semula Rp 80.000 jadi Rp 160.000 per bulan untuk JKN kelas II naik dari Rp 51.000 menjadi Rp110.000 per bulan. (merdeka.com

Liputan6.com, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai dilirik oleh dunia. Pada beberapa kesempatan, BPJS Kesehatan dijadikan rujukan karena dinilai baik dalam pelayanannya terutama setelah mengembangkan Information and Communication Technology (ICT).

ICT atau teknologi informasi dan komunikasi membuat layanan BPJS Kesehatan lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia.

Kinerja BPJS Kesehatan dinilai cukup baik, meski Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau tapi penggunaannya dinilai membantu masyarakat.

“BPJS Kesehatan itu hampir enggak ada yang mengalahkan dari sisi data yang besar, terintegrasi, real time, kita bisa monitor perilaku fasilitas kesehatan, rumah sakit, hingga klinik seluruh Indonesia,” kata Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti dalam 17th International Conference on Information and Communication Technology in Social Security (ICT) di Bali, Rabu (6/3/2024).

Dia menambahkan, banyak negara lain tidak memiliki 3.000 rumah sakit. Sementara, Indonesia memiliki lebih dari 3.000 rumah sakit yang termonitor. Melihat kemampuan ini, kini Indonesia dinilai memiliki jaminan kesehatan yang maju.

Ali berkisah, awal mula dunia mulai memberi perhatian pada BPJS Kesehatan adalah ketika badan tersebut mulai melakukan perubahan. Diketahui, sejak berdiri, badan ini selalu defisit.

“Jangankan orang luar negeri, orang dalam negeri saja, teman saya para dokter melihat BPJS (Kesehatan) itu bikin kecewa karena bayarannya kurang, diutang, dan macam-macam,” kenang Dirut BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti saat menjawab pertanyaan Health Liputan6.com.

Membalik Keadaan

Melihat situasi yang tak baik, BPJS Kesehatan akhirnya berupaya membalik keadaan. Mengubah situasi yang awalnya defisit menjadi positif.

“Bagaimana yang jelek jadi baik, bagaimana yang prosedurnya susah jadi mudah. Maka transformasi mutu cepat (dilakukan).”

Transformasi dilakukan dengan pengembangan ICT, salah satunya untuk mengatasi antrean yang terlampau lama hingga enam jam. Dengan ICT, antrean dibuat daring atau antrean online. Hal ini cukup memangkas waktu tunggu dari enam jam menjadi 2,5 jam, bahkan ada yang 30 menit.

“Nah dari situ, mulai dikenal,” katanya.

Soal Kepuasan Pengguna

Meski layanannya sudah berkembang, tapi masih ada pengguna yang membahas soal kepuasan. Menanggapi hal ini, Ali mengatakan bahwa tingkat kepuasan pengguna dilihat dari survei.  

“Kepuasan itu meningkat tajam sekali tapi kalau dibilang sekarang apakah semua puas, ya jelas tidak. Apakah masih ada yang ngomel-ngomel, ada. Apakah ada perbaikan dan peningkatan kepuasan, jelas.”

Tingkat kepuasan pengguna BPJS Kesehatan kini telah mencapai 89 persen, hampir 90 persen, lanjut Ali.

“Kepuasan itu apa sih? Kepuasan adalah gap (celah) antara keinginan sama yang dirasakan. Gap itu pasti selalu ada.”

 

 

Meningkatkan Mutu dengan Janji Layanan

Untuk memastikan kepuasan pengguna tetap tinggi, maka BPJS Kesehatan berupaya meningkatkan mutu salah satunya dengan janji layanan.

Janji layanan merupakan kontrak antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan untuk memberikan layanan terbaik bagi pasien pengguna BPJS.

Janji layanan meliputi:

  • Memberi akses bagi pasien pengguna BPJS Kesehatan untuk menggunakan BPJS lewat KTP
  • Faskes tidak mempersulit melainkan mempermudah layanan bagi pasien BPJS
  • Ramah tanpa diskriminasi

“Masih adakah yang begitu (diskriminasi)? Ada, tapi jumlahnya sudah jauh menurun.”

Sementara, untuk memudahkan pengguna dalam memberi penilaian pada pelayanan yang didapat, kini BPJS Kesehatan menyediakan fitur kesan.

Kesan ini berupa penilaian berbasis pemberian bintang. Bintang satu menandakan pelayanan buruk dan bintang lima berarti pelayanannya sangat bagus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya