Orang Asia Rentan Kena Hipertensi, Ini Alasannya

Faktor gen Asia yang cenderung sensitif terhadap garam atau rasa asin, tutur Eka, karena disebabkan oleh adanya budaya makan yang telah terbentuk sejak dulu.

oleh Tim Health diperbarui 20 Mei 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2024, 07:00 WIB
Sambal
Resep aneka macam sambal (Credit: Freepik/jcomp)

Liputan6.com, Jakarta - Orang Asia lebih rentan terkena hipertensi dibandingkan ras lain di seluruh dunia. Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr Eka Harmeiwaty, Sp.S mengatakan hal tersebut berkaitan dengan gen.

"Populasi Asia itu punya gen yang sensitif dengan garam. Dibandingkan dengan (orang) Eropa, ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan ini berbeda dengan ras Kaukasia,” kata Eka di Jakarta, Jumat, dilansir ANTARA.

Faktor gen Asia yang cenderung sensitif terhadap garam, tutur Eka, karena disebabkan oleh adanya budaya makan yang telah terbentuk sejak dulu yang tidak bisa lepas dari makanan-makanan dengan cita rasa asin. Dia mencontohkan, masyarakat di Jepang, Korea, serta China cenderung menyukai makanan yang difermentasi seperti stinky tofu (tahu busuk), kimchi dan natto.

Sementara di Indonesia, makanan yang digemari identik dengan rasa asin seperti sambal, saos sambal, ikan asin hingga camilan dan makanan beku yang dijual di pusat perbelanjaan.

"Garam itu menyebabkan resistensi cairan, makanya volume darah banyak, jadi, tekanan darah tinggi,” kata dia.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kementerian Kesehatan yang dirilis pada tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia telah mencapai 34,1 persen.

Temuan di rumah sakit menunjukkan bahwa banyak pasien hipertensi mengalami komplikasi seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal hingga cuci darah. Kondisi itu bahkan sudah ditemukan di usia yang jauh lebih muda. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Faktor Risiko Hipertensi pada Usia 30-40

Eka mengatakan jika sebelumnya faktor risiko hipertensi banyak ditemukan pada pasien yang berusia 55 tahun ke atas, saat ini trennya bergeser ke arah usia 30 sampai 40 tahun. Tren itu juga berlaku pada kondisi secara global.

“Itu sudah genetik dan genetik itu sudah tidak bisa di apa-apakan. Orang Asia itu memang secara genetik lebih sensitif dengan garam,” ujar dia.

Menanggapi situasi tersebut, Eka menyarankan supaya masyarakat tidak mengonsumsi garam lebih dari lima gram per hari atau setara dengan satu sendok teh per orang per hari. Dibandingkan dengan membeli makanan siap saji, dia mengatakan lebih baik untuk memasak lauk pauk di rumah karena takaran bumbu yang dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing orang.

 


Mentimun dan Seledri Bisa Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Konsumsi daun seledri dan mentimun dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sedangkan terkait dengan minuman, dia menyarankan agar penderita hipertensi memperbanyak konsumsi air putih.

Tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi meminum banyak kopi, terutama dengan hipertensi berat. Kalaupun ingin minum kopi, penderita dapat memilih kopi hitam yang lebih sehat dan berkhasiat bagi tubuh, kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya