Angka Stunting Ditargetkan 14 Persen di 2024, Bisakah Mencapainya?

Kepala BKKBN dokter Hasto Wardoyo optimistis di akhir 2024 bisa mencapai angka stunting nasional yang ditargetkan yakni 14 persen.

oleh Tim Health diperbarui 22 Mei 2024, 09:02 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 09:00 WIB
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiomal (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam peluncuran Sistem Informasi Peringatan Dini dan Informasi Peringatan Dini Pengendalian Penduduk (Siperindu) di aula kanto BKKBN, Kamis (19/10/2023) (Istimewa)
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasiomal (BKKBN) Hasto Wardoyo soal target penurunan stunting di 2024. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) dokter Hasto Wardoyo optimistis untuk terus berjuang menurunkan angka stunting hingga akhir 2024. Di mana angka stunting nasional ditargetkan 14 persen di tahun ini.

"Kami tetap optimistis sampai finish," kata Hasto dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI bersama BKKBN dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Kompleks Parlemen, Jakarta, pekan lalu.

Pada sesi itu, salah satu anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina menanyakan soal penurunanan angka stunting kepada Hasto. Politisi asal PKB ini mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo Rapat Kerja Nasional Kesehatan pada 24 April 2024 sudah mengungkapkan bahwa target tersebut sulit dicapai.

"Pak Presiden sendiri sudah mengakui tidak akan mungkin bisa tercapai untuk 14 persen," kata Arzeti mengutip Antara.

Upaya Menurunkan Stunting 

Hasto telah menyampaikan sejumlah upaya yang dilakukan BKKBN sebagai koordinator dalam program percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.

Diantaranya BKKBN memastikan dilakukannya pendataan terhadap seluruh ibu hamil dan balita yang ada di daerah, memastikan seluruh ibu hamil dan balita datang ke posyandu, memastikan alat antropometri terstandar tersedia di posyandu, dan memastikan seluruh kader posyandu memiliki keterampilan dalam penimbangan dan pengukuran antropometri terstandar.

Terkait dengan pengukuran antropometri, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengoptimalkan akurasi data stunting di tanah air dari seluruh daerah melalui pelatihan sumber daya manusia (SDM) petugas pengukuran antropometri, seperti bidan dan kader posyandu.

 

Baru 50 Persen Petugas Mampu Ukur Antropometri dengan Tepat

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan, pengukuran antropometri oleh petugas pengukur yang berfungsi untuk mendeteksi stunting pada anak melalui pengukuran berat badan, panjang, dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala bernilai penting agar anak-anak yang mengalami stunting mendapatkan penanganan yang tepat.

Sejauh ini, Budi mengatakan baru sekitar 50–60 persen petugas pengukuran antropometri yang benar-benar mampu mengukur secara tepat, sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh Kemenkes.

Budi mencontohkan masih ada bidan ataupun kader posyandu yang mengukur berat badan anak dalam keadaan anak yang bersangkutan memakai jaket.

"Cara mengukurnya masih salah. Misalnya, mengukur berat badan enggak boleh pakai baju, jaket, dia masih pakai," kata dia.

Angka Stunting di Indonesia Saat Ini

Berdasarkan data 2022 angka stunting Indonesia menyentuh 21,6 persen seperti mengacu pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Pada 2013 angka stunting mencapai 37 persen. 

Jokowi mengungkapkan penurunan angka dari 37 menjadi 21 persen adalah sebuah lompatan luar biasa yang perlu diapresiasi.

"Dari 37 persen ke 21 persen itu lompatan yang besar itu, kerja keras. Bukan hal yang mudah menurunkannya," kata Jokowi.

Stunting Adalah

 

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

“Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis,” kata dokter spesialis anak RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, Novita Agustina.

Stunting diukur sebagai status gizi dengan memerhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status gizi, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka waktu lama.

Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrient selama seribu hari pertama kehidupan. Hal ini menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible (tidak dapat dikembalikan seperti semula), sehingga menyebabkan penurunan performa kerja.

Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak non stunting. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya