Liputan6.com, Jakarta - Tidur yang berkualitas sangat penting untuk kesehatan mental yang baik. Kesehatan mental memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan, serta kemampuan untuk mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat keputusan.
Tidur sangat berhubungan dengan kesehatan mental dan emosional, serta telah terbukti berhubungan dengan depresi, kecemasan, dan kondisi lainnya.
Baca Juga
Penelitian terus dilakukan untuk lebih memahami hubungan dua arah antara tidur dan kesehatan mental.
Advertisement
Keduanya adalah masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun, mengingat hubungan yang erat, ada alasan kuat untuk percaya bahwa meningkatkan kualitas tidur dapat berdampak positif pada kesehatan mental.
Berikut ini manfaat tidur untuk kesehatan mental, seperti dilansir dari Sleep Foundation pada Minggu, 7 Juli 2024.
1. Peningkatan Suasana Hati
Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas otak saat tidur sangat memengaruhi kesehatan mental dan emosional. Tidur yang cukup, terutama tidur rapid eye movement (REM), membantu otak memproses informasi emosional dengan baik.
Saat tidur, otak mengevaluasi dan mengingat pikiran serta ingatan. Kurang tidur bisa mengganggu kemampuan otak untuk menguatkan ingatan emosional yang positif.
Sekitar 75% penderita depresi menunjukkan gejala insomnia, dan banyak orang dengan depresi juga menderita kantuk berlebihan di siang hari dan hipersomnia, yaitu tidur terlalu banyak.
Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa kurang tidur dapat memicu atau memperburuk depresi. Oleh karena itu, fokus pada peningkatan kualitas tidur dapat memberikan manfaat tambahan berupa pengurangan gejala depresi.
2. Mengurangi Kecemasan
Gangguan kecemasan menimbulkan rasa takut atau khawatir berlebihan yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Gangguan kecemasan memiliki kaitan kuat dengan masalah tidur. Kekhawatiran dan ketakutan bisa membuat pikiran terus berpacu, menyebabkan sulit tidur atau insomnia.
Masalah tidur ini bisa menambah kekhawatiran, menciptakan kecemasan saat waktu tidur dan membuat semakin sulit untuk tertidur.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dapat memicu kecemasan pada orang yang rentan mengalaminya. Insomnia kronis juga mungkin menjadi faktor yang menyebabkan orang lebih rentan mengalami gangguan kecemasan.
Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk membantu mengurangi gejala kecemasan.
Advertisement
3. Mengurangi Dampak Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar melibatkan perubahan suasana hati yang ekstrem, bisa sangat tinggi (mania) atau sangat rendah (depresi).
Perasaan dan gejala seseorang sangat berbeda tergantung pada jenis episode yang dialaminya. Namun, baik periode mania maupun depresi dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Pada penderita gangguan bipolar, pola tidur berubah drastis sesuai kondisi emosional mereka. Selama periode mania, mereka biasanya merasa tidak perlu banyak tidur, tetapi selama periode depresi, mereka mungkin tidur berlebihan.
Penelitian menunjukkan bahwa masalah tidur dapat memicu atau memperburuk periode mania dan depresi. Karena ada hubungan dua arah antara gangguan bipolar dan tidur, mengobati insomnia dapat membantu mengurangi dampak gangguan bipolar.
4. Mengurangi Gejala Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kesulitan membedakan antara kenyataan dan khayalan.
Orang dengan skizofrenia sering mengalami masalah tidur seperti insomnia dan gangguan ritme sirkadian. Penggunaan obat-obatan untuk mengobati skizofrenia juga dapat memperburuk masalah tidur mereka.
Kurang tidur dan gejala skizofrenia dapat saling memperkuat, sehingga ada manfaat potensial untuk menstabilkan dan menormalkan pola tidur.
Kurang tidur dan gejala skizofrenia saling mempengaruhi, sehingga stabilisasi dan normalisasi pola tidur dapat memberikan manfaat yang signifikan.
Menjaga pola tidur yang sehat dapat menjadi bagian dari manajemen skizofrenia untuk membantu mengurangi gejalanya.
Advertisement