4 Bulan Sebelum Papa Udon Meninggal, Fanny Kondoh Pilih Beli Kuburan Suami-Istri Tunai

Cerita Fanny Kondoh Beli Kuburan Cash Sebelum CEO Marugame Udon Indonesia, Papa Udon, Meninggal Dunia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 18 Okt 2024, 06:30 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2024, 11:38 WIB
Fanny Kondoh dan Papa Udon, CEO Marugame Udon Indonesia, memilih beli makam suami-istri secara tunai sebelum memiliki rumah, menghindari utang riba, dan fokus pada persiapan akhirat. (Tangkapan Layar @fannykondoh)
Fanny Kondoh dan Papa Udon, CEO Marugame Udon Indonesia, memilih beli makam suami-istri secara tunai sebelum memiliki rumah, menghindari utang riba, dan fokus pada persiapan akhirat. (Tangkapan Layar @fannykondoh)

Liputan6.com, Jakarta - Fanny Kondoh, seorang TikTokers yang juga dikenal sebagai istri dari CEO Marugame Udon Indonesia, Hajime Kondoh alias Papa Udon, pernah membagikan kisah yang menyentuh hati.

Empat bulan sebelum Papa Udon meninggal karena kanker pada Rabu, 16 Oktober 2024, Fanny mengunggah sebuah video yang bercerita tentang keputusan mereka untuk membeli tanah kuburan suami-istri secara tunai, sebelum mereka memiliki rumah sendiri.

"Orang gila mana yang rumah aja masih ngontrak, malah prioritasin beli kuburan suami istri dan malah dibayar cash? Ya, orang gila itu adalah aku," kata Fanny dalam video yang diunggah pada 6 Juni 2024.

Fanny menjelaskan bahwa membeli rumah sangat mahal, sementara dia menghindari utang riba. Oleh karena itu, mereka memilih membeli makam karena lebih terjangkau dan bisa dibayar tunai.

Menurutnya, membeli makam ini merupakan keputusan bijak karena pada akhirnya, setiap manusia pasti akan meninggal. "Nggak papa tinggalnya ngontrak dulu, yang penting enggak pakai hutang riba. Rumah terakhir kita itu ya liang lahat kita," jelasnya.

Dia pun berbagi bahwa mereka baru saja melunasi pembayaran lahan tersebut pada bulan sebelumnya. Meski belum ada rumput yang terpasang, pagar pembatas sudah dibangun, dan mereka datang untuk melihat progresnya.

Bahkan, Fanny Kondoh dan Papa Udon sudah berdiskusi tentang posisi masing-masing di makam tersebut.

"Pas kita nyampe aku nanya, nanti honey mau di kanan atau di kiri gitu, kan? Terus Papa Udon jawab, samain aja deh sama posisi kita tidur. Kamu di kanan, aku di kiri," katanya.

Meskipun terdengar ekstrem dan sedikit sarkas, dia percaya bahwa memikirkan kematian dan akhirat adalah hal yang penting.

 

Cerita Fanny Kondoh: Kuburan Suami-Istri Tunai untuk Tabungan Akhirat

Lima Tahun Berjuang Melawan Kanker, CEO Marugame Udon Indonesia, Papa Udon Meninggal Dunia dalam Keadaan Senyum (Tangkapan Layar TikTok Fanny Kondoh)
Fanny Kondoh dan Papa Udon, CEO Marugame Udon Indonesia, memilih beli makam suami-istri secara tunai sebelum memiliki rumah, menghindari utang riba, dan fokus pada persiapan akhirat. (Tangkapan Layar @fannykondoh)

Fanny Kondoh juga merasa bahwa sejak memiliki makam suami istri, hidupnya lebih tenang. Dia selalu ingat akan kematian, yang mendorongnya untuk terus berusaha menjadi istri yang lebih baik, rajin bersedekah, berdoa, dan beribadah.

"Jadi, apapun amalan yang bisa berpahala dan bisa menemani aku nanti di alam kubur, di akhirat nanti, itu pasti bakalan aku lakuin," tambahnya.

Dia mengaku sangat takut menghadapi alam kubur sendirian tanpa amalan yang cukup. "In the end of the day, cuma amalan-amalan kita aja yang bakal nolong kita, kan?" katanya. 

 

Kisah Inspiratif Fanny Kondoh Istri Papa Udon, Beli Kuburan Sebelum Punya Rumah

Papa Udon Meninggal Dunia, Ini Pesan Terakhir Fanny Kondoh untuk Suaminya (Tangkapan Layar TikToke Fanny Kondoh)
Fanny Kondoh dan Papa Udon, CEO Marugame Udon Indonesia, memilih beli makam suami-istri secara tunai sebelum memiliki rumah, menghindari utang riba, dan fokus pada persiapan akhirat. (Tangkapan Layar @fannykondoh)

Kekhawatiran Fanny dan Papa Udon mengenai keturunan semakin besar ketika mereka membahas soal siapa yang akan mendoakan mereka setelah meninggal dunia jika tidak dikaruniai anak.

"Jadi, kami mulai berpikir, amal apa yang bisa tetap berkelanjutan meskipun kami sudah tiada," ungkap Fanny.

"Mungkin, seperti membangun rumah tahfiz atau masjid, itu kan bagian dari amal yang bersifat long lasting," tambahnya.

Karena itu, mereka memprioritaskan amal jariyah yang dapat terus memberikan pahala meski mereka sudah wafat, seperti membangun rumah tahfiz atau masjid.

Bagi Fanny, ini adalah 'tabungan akhirat' yang jauh lebih penting dibandingkan memiliki rumah tinggal di dunia. "Makanya, buat aku, rumah tinggal di dunia ini enggak terlalu prioritas," ujarnya.

Menurut Fanny, harga rumah yang mahal lebih baik diarahkan untuk amal yang bermanfaat di akhirat kelak.

Meskipun topik ini terasa ekstrem bagi sebagian orang, Fanny menegaskan bahwa memikirkan kematian dan akhirat adalah hal yang seharusnya menjadi prioritas dalam hidup.

"Karena kita tidak pernah tahu berapa lama lagi waktu yang Allah berikan kepada kita," tutupnya dengan bijak.

Dia juga meninggalkan pesan, bahwa jika suatu hari ia dan suaminya telah tiada, ia berharap orang-orang yang menonton videonya bersedia mendoakan mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya