Berapa Persen Orang Indonesia yang Childfree? Lebih dari 70 Ribu Perempuan Pilih Hidup Tanpa Anak

Angka childfree di Indonesia mencapai 8%. Apa yang mendorong keputusan ini? Temukan jawabannya di sini!

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta Desideria diperbarui 20 Nov 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2024, 09:00 WIB
Mandi malam atau tidur dengan kipas angin tidak menyebabkan pneumonia secara langsung, tetapi perubahan suhu tubuh atau sirkulasi udara bisa mempengaruhi anak yang sedang tidak sehat. (Ilustrasi by AI)
Fenomena childfree semakin meningkat di Indonesia. Data menunjukkan 8% perempuan memilih tidak memiliki anak. Apa yang mempengaruhi pilihan hidup mereka? Simak penjelasannya di sini! (Ilustrasi by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena childfree, yaitu keputusan untuk tidak memiliki anak, semakin meningkat di Indonesia. Berdasarkan data dari Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 8 persen perempuan di Indonesia memilih untuk menjalani hidup tanpa anak.

Angka ini dihasilkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022 yang mengestimasi prevalensi perempuan berumur 15-49 tahun, yang sudah menikah tetapi belum memiliki anak hidup, serta tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Dari hasil survei tersebut, ditemukan bahwa sekitar 71 ribu perempuan dalam kelompok ini tidak menginginkan anak. Selama empat tahun terakhir, prevalensi perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak ini cenderung meningkat, dan diprediksi akan terus naik pada tahun-tahun mendatang.

Peningkatan angka ini menarik perhatian penulis yang menilai bahwa Indonesia berisiko kehilangan generasi tertentu dalam piramida penduduk jika tren ini terus berlanjut.

Perempuan yang memilih untuk hidup childfree seringkali berasal dari kalangan yang memiliki pendidikan tinggi atau mengalami kesulitan ekonomi. Selain itu, meskipun tidak terlihat secara terbuka, gaya hidup homoseksual juga bisa menjadi alasan tersembunyi di balik keputusan ini.

Dalam jangka pendek, fenomena childfree ini dapat dianggap mengurangi beban anggaran pemerintah, karena pengeluaran untuk subsidi pendidikan dan kesehatan anak menjadi lebih rendah.

Namun, dalam jangka panjang, tantangan muncul karena kesejahteraan perempuan childfree yang lebih tua mungkin akan menjadi tanggung jawab negara, mengingat mereka tidak memiliki anak yang dapat mendukung mereka di usia senja.

Apa Keuntungan Childfree?

Mandi malam atau tidur dengan kipas angin tidak menyebabkan pneumonia secara langsung, tetapi perubahan suhu tubuh atau sirkulasi udara bisa mempengaruhi anak yang sedang tidak sehat. (Ilustrasi by AI)
Fenomena childfree semakin meningkat di Indonesia. Data menunjukkan 8% perempuan memilih tidak memiliki anak. Apa yang mempengaruhi pilihan hidup mereka? Simak penjelasannya di sini! (Ilustrasi by AI)

Pilihan untuk childfree sering kali dipengaruhi oleh faktor pendidikan, ekonomi, serta kondisi mental dan fisik. Setiap perempuan memiliki alasan unik di balik keputusan ini, yang tentunya beragam. Menurut dokter Ngabila Salama, memilih childfree juga membawa dampak pada kesehatan reproduksi, baik positif maupun negatif.

Salah satu keuntungan utama dari childfree adalah terhindarnya perempuan dari risiko medis yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, seperti preeklampsia, diabetes gestasional, atau trauma fisik. Selain itu, tubuh perempuan tidak akan mengalami perubahan besar seperti peningkatan berat badan drastis atau perubahan hormon yang dapat terjadi selama kehamilan.

Selain itu, perempuan childfree cenderung memiliki kesempatan lebih besar untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Mereka lebih fokus pada kebugaran tubuh dan kesehatan reproduksi, dengan kesadaran tinggi untuk pemeriksaan rutin seperti pap smear atau tes HPV. Keputusan childfree memberi mereka kendali lebih atas hidup, tetapi tetap membutuhkan pertimbangan matang dan dukungan dari lingkungan sekitar.

Mengapa Childfree Tidak Boleh Dilakukan?

Mitos mandi malam sebagai pemicu pneumonia pada anak tidak terbukti. Menurut pakar, mandi malam tidak berhubungan langsung dengan peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan. (Ilustrasi by AI)
Fenomena childfree semakin meningkat di Indonesia. Data menunjukkan 8% perempuan memilih tidak memiliki anak. Apa yang mempengaruhi pilihan hidup mereka? Simak penjelasannya di sini! (Ilustrasi by AI)

Keputusan untuk tidak memiliki anak dapat berdampak pada kesehatan reproduksi wanita. Tanpa kehamilan atau menyusui, risiko kanker ovarium dan payudara dapat meningkat, karena kehamilan dan menyusui membantu menurunkan paparan hormon estrogen yang terkait dengan kedua jenis kanker ini.

Menurut Ngabila, wanita yang memilih childfree juga berisiko lebih tinggi mengembangkan endometriosis. Hal ini terjadi karena ovulasi yang terus berlangsung setiap siklus menstruasi tanpa jeda kehamilan, yang seharusnya bisa mencegah perkembangan kondisi tersebut. Meskipun demikian, tidak hamil juga dapat mengurangi risiko sindrom ovarium polikistik (PCOS) pada beberapa wanita.

Selain dampak fisik, keputusan childfree juga bisa memengaruhi kesehatan mental. Beberapa wanita merasa lebih bebas secara mental, tapi tekanan sosial atau perasaan penyesalan di masa depan dapat menimbulkan stres dan memengaruhi kesejahteraan emosional mereka. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan keputusan ini dengan matang bersama pasangan.

Bagi wanita yang memilih hidup childfree, menjaga kesehatan reproduksi tetap penting. Pola hidup sehat, olahraga teratur, serta pemeriksaan medis rutin sangat dianjurkan untuk mencegah masalah kesehatan. Konsultasi dengan dokter juga perlu dilakukan untuk memastikan tubuh tetap sehat meski tidak hamil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya