Liputan6.com, Jakarta - Perut buncit sering menjadi masalah yang mengganggu kepercayaan diri, dan banyak orang mencari cara efektif untuk mengecilkannya. Salah satu metode yang sering dibahas adalah konsumsi protein. Namun, benarkah protein bisa membantu mengecilkan perut buncit?
Menurut Guru Besar di bidang Biokimia Gizi IPB University, Prof. Dr. Rimbawan, protein memiliki beberapa mekanisme yang dapat mendukung penurunan lemak tubuh, termasuk lemak di area perut.
Baca Juga
Pertama, protein membantu memberikan rasa kenyang lebih lama. Ketika kita mengonsumsi makanan tinggi protein, rasa lapar dapat terkendali sehingga mengurangi keinginan untuk makan berlebihan. Dengan pola makan yang terkontrol, kadar glukosa darah juga lebih stabil, yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.
Advertisement
Selain itu, proses pemecahan protein di dalam tubuh membutuhkan energi. "Protein ini unik karena untuk memecahnya saja tubuh membutuhkan energi. Proses ini dikenal dengan istilah efek termik makanan," kata Prof. Rimbawan kepada Health Liputan6.com dalam diskusi media bersama Herbalife Indonesia belum lama ini.
Efek ini mendorong tubuh untuk memanfaatkan sumber energi yang tersimpan, baik dari cadangan karbohidrat (glikogen) maupun lemak.
"Dengan kata lain, tubuh mulai membakar lemak, termasuk lemak di sekitar perut, untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut," katanya.
Rimbawan juga menambahkan,"Mau tidak mau, lemak dalam tubuh kita berkurang sehingga tubuh menjadi lebih ramping."
Namun, dia mengingatkan pentingnya mengimbangi asupan protein dengan pola makan yang seimbang dan aktivitas fisik teratur untuk hasil yang optimal.
Apakah Protein Tinggi Menyebabkan Kolesterol?
Menurutnya, kolesterol tinggi umumnya lebih berkaitan dengan konsumsi lemak atau kolesterol dalam jumlah berlebihan, bukan langsung dengan kadar protein yang dikonsumsi.
Namun, Rimbawan menjelaskan bahwa ada hubungan tidak langsung antara konsumsi protein hewani dan peningkatan kadar kolesterol. "Kalau kita mengonsumsi protein hewani, tetapi sumbernya berasal dari daging yang banyak lemaknya, ya tentu akan berpengaruh terhadap kolesterol," tambahnya.
Oleh karena itu, Rimbawan menyarankan untuk lebih selektif dalam memilih sumber protein. "Pilihlah protein yang rendah kandungan lemaknya. Misalnya, kalau minum susu, pilih susu skim. Kalau makan ayam, pilih bagian ayam tanpa kulit," tambahnya.
Lebih lanjut dia menegaskan pentingnya memperhatikan kualitas sumber protein yang dikonsumsi, terutama bagi mereka yang ingin menjaga kadar kolesterol tetap stabil. "Makanan tinggi protein tetap dapat menjadi bagian dari pola makan sehat asalkan dipilih dengan bijak." ujar Rimbawan.
Advertisement
Apa Ciri-Ciri Orang yang Kelebihan Protein?
Kelebihan konsumsi protein bisa berdampak negatif pada kesehatan, terutama jika tidak dikelola dengan baik. Prof Rimbawan menjelaskan beberapa ciri yang dapat dikenali jika seseorang mengalami kelebihan protein, khususnya yang berpotensi mengganggu fungsi ginjal.
Menurut Prof. Rimbawan, salah satu indikator utama dapat ditemukan melalui pemeriksaan laboratorium. "Jika metabolisme protein terganggu, kadar urea dalam darah akan meningkat. Selain itu, kadar kreatinin dalam darah juga cenderung tinggi," katanya. Tak hanya di darah, tingginya kadar urea juga dapat terdeteksi dalam urine.
Dia menambahkan bahwa kadar ureum dan kreatinin yang tinggi merupakan tanda serius yang perlu diwaspadai. "Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa fungsi ginjal mulai terganggu," ujar Prof. Rimbawan. Jika dibiarkan tanpa pengendalian konsumsi protein, hal ini dapat berkembang menjadi penyakit gagal ginjal yang lebih berbahaya.
Untuk mencegah risiko tersebut, Prof. Rimbawan menyarankan pengelolaan konsumsi protein yang tepat sesuai kebutuhan tubuh. "Langkah ini penting untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah komplikasi lebih lanjut," tambahnya.
Apa Manfaat Protein bagi Tubuh?
Protein adalah salah satu makronutrien yang sangat penting bagi tubuh kita. Sebagai 'bahan bangunan' utama, protein terdiri dari rantai asam amino yang mendukung berbagai fungsi vital tubuh.
Prof. Rimbawan mengungkapkan bahwa protein memiliki peran yang sangat luas, mulai dari pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pembentukan enzim dan hormon, hingga memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Manfaat protein tidak hanya terbatas pada perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, tapi juga sangat penting untuk kesehatan otot. Protein mendukung proses pembentukan dan perbaikan jaringan otot, membantu produksi antibodi yang melindungi tubuh dari infeksi, serta mengatur rasa kenyang untuk mengontrol asupan kalori dan mendukung manajemen berat badan.
Advertisement
1 Hari Butuh Protein Berapa?
Kebutuhan protein setiap individu bisa berbeda-beda, tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, dan tingkat aktivitas fisik. Secara umum, pria membutuhkan sekitar 65 gram protein per hari, sementara wanita membutuhkan sekitar 60 gram, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019.
"Namun, bagi mereka yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi, seperti atlet, kebutuhan protein bisa lebih tinggi," ujarnya.
Pria yang juga anggota Nutrition Advisory Board Herbalife menambahkan, "Untuk jangka panjang, protein juga berperan dalam menjaga kesehatan otot dan mencegah kehilangan massa otot yang sering terjadi seiring bertambahnya usia. Selain itu, protein dapat meningkatkan kekuatan dan kepadatan tulang, yang penting untuk mencegah osteoporosis pada usia lanjut."
Sebagai perusahaan yang berfokus pada kesehatan, Herbalife aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi protein melalui berbagai kampanye, seperti Pekan Sarapan Nasional (PESAN) yang telah digelar sejak 2016.