Liputan6.com, Jakarta - Kata “ceasefire” kerap terdengar selama pecahnya konflik antara Palestina dan Israel. Dalam bahasa Indonesia, ceasefire adalah gencatan senjata.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) gencatan adalah penghentian, sementara kata “senjata” dalam istilah gencatan senjata berarti tembak-menembak dalam konteks perang. Sehingga, gencatan senjata dapat diartikan sebagai penghentian tembak-menembak (tentang perang).
Advertisement
Baca Juga
Baru-baru ini, Israel dan Hamas telah menyetujui gencatan senjata Gaza dan sepakat mengenai pembebasan sandera.
Advertisement
Jika kabinet dan pemerintah Israel secara resmi menyetujui perjanjian tersebut, maka fase enam minggu pertama akan berlaku pada 19 Januari 2025.
Kesepakatan tersebut menyusul pertempuran selama 15 bulan antara Israel dan Hamas, kelompok bersenjata dan gerakan politik Palestina.
Melansir BBC, konflik saat ini dimulai ketika ratusan pejuang Hamas menyerbu perbatasan selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa lebih dari 250 sandera kembali ke Gaza.
Israel menanggapi dengan kampanye militer, dimulai dengan pemboman udara langsung dan kemudian invasi darat skala penuh yang diluncurkan pada 27 Oktober.
Sejak itu, Israel telah menyerang target di seluruh Gaza melalui darat, laut, dan udara, sementara Hamas telah menyerang Israel dengan roket.
Lebih dari 46.700 orang - mayoritas warga sipil - telah tewas akibat serangan Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Gencatan Senjata pada 2023
Sebelumnya, kesepakatan untuk gencatan senjata dilakukan pada 21 November 2023.
Ini merupakan sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh AS, Qatar, dan Mesir. Gencatan senjata ini membuat Hamas membebaskan 105 sandera sebagai imbalan atas pembebasan 240 tahanan Palestina di penjara Israel selama gencatan senjata.
Gencatan senjata ini berlangsung selama seminggu. Kemudian Israel dan Hamas saling menyalahkan karena menyebabkan runtuhnya gencatan senjata.
Pada 28 Desember 2023, diplomasi bolak-balik untuk kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera baru dimulai.
Advertisement
Gencatan Senjata pada 2024
Pada 31 Mei 2024, Presiden AS Joe Biden menguraikan usulan Israel untuk gencatan senjata tiga tahap dengan imbalan pembebasan sandera Israel. Usulan ini menjadi dasar kesepakatan yang disepakati delapan bulan kemudian.
Pada 10 Juni 2023, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi yang mendukung rencana gencatan senjata. Dan pada 31 Juli, Pembicaraan ditangguhkan menyusul pembunuhan pemimpin politik Hamas dan kepala negosiator Ismail Haniyeh oleh Israel di ibu kota Iran, Teheran. Diskusi dilanjutkan dua minggu kemudian, awalnya tanpa kehadiran Hamas.
Pada 17 Oktober, pasukan Israel membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar di Gaza selatan. Netanyahu menyebutnya sebagai "awal dari akhir" perang.
Setelah berbulan-bulan tanpa terobosan, pada 9 November, Qatar menangguhkan upayanya sebagai mediator dalam negosiasi. Dikatakan bahwa Israel dan Hamas perlu mengubah posisi mereka. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kebuntuan ini.
Pada 20 November 2024, AS memveto (menolak) rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Dengan mengatakan bahwa AS "mengabaikan" perlunya "hubungan antara gencatan senjata dan pembebasan sandera.”
Sepekan kemudian, pada 27 November, Israel menyetujui gencatan senjata dengan Lebanon untuk mengakhiri konflik selama 13 bulan dengan kelompok bersenjata Hizbullah, sekutu Hamas, yang dipicu oleh perang Gaza. Hal ini menghidupkan kembali harapan untuk kesepakatan di Gaza, dengan Biden mengatakan bahwa ia akan melakukan upaya lain dengan kekuatan regional.
Pada 2 Desember, presiden terpilih AS Donald Trump mengatakan akan ada "masalah besar" jika para sandera yang masih ditahan di Gaza tidak dibebaskan sebelum ia kembali ke Gedung Putih pada 20 Januari 2025.
Tanggal 17 Desember, seorang pejabat senior Palestina mengatakan pembicaraan tidak langsung berada dalam "tahap yang menentukan dan final", sementara Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan kesepakatan semakin dekat dari sebelumnya.
Rencana Gencatan Senjata 2025
Memasuki tahun 2025, pada 13 Januari, Biden dan Netanyahu berbicara melalui telepon tentang negosiasi selama minggu terakhir Biden menjabat, setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kesepakatan "sangat dekat" dan bahwa ia berharap untuk "menyelesaikannya" sebelum Trump menjabat.
Pada 15 Januari 2025, Perdana Menteri Qatar mengatakan Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera, dan kesepakatan itu akan mulai berlaku pada 19 Januari.
Biden mengatakan kesepakatan itu akan "menghentikan pertempuran di Gaza, memberikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka,” mengutip BBC, Jumat (17/1/2025).
Advertisement