Perempuan lebih rentan cedera saat berolahraga dibanding laki-laki, karena bentuk panggul perempuan cenderung lebih lebar yang membuat tungkai paha lebih miring, kata dokter spesialis olahraga RS Kemayoran dr Michael Triangto SpKO.
"Kalau panggul laki-laki itu biasanya lurus, jadi tungkai pahanya tidak semiring perempuan. Jadi, keseimbangannya lebih terjaga," ujar dr Michael Triangto di Jakarta, Jumat.
  Â
Michael mengatakan, dengan tungkai paha yang lebih miring, lutut akan menahan beban tubuh lebih besar, sehingga kemungkinan kerusakan lututnya lebih nyata.
 Â
Menurut Michael, risiko cedera tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan pemanasan dengan benar sebelum berolahraga, dilanjutkan latihan inti yang sesuai, dan melakukan pendingin setelah berolahraga.
"Kemudian, apabila saat melakukan olahraga tubuh merasa sakit, berarti intensitasnya harus dikurangi. Namun, apabila masih merasa sakit, maka sebaiknya dihentikan, karena bisa jadi latihannya salah atau tidak cocok," kata Michael.
Sementara itu, dokter yang juga pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ini mengatakan, para atlet yang memiliki resiko lebih tinggi terkena cedera harus segera melaporkan kondisinya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau untuk atlet, apabila tiap kali latihan merasa sakit, dia harus lapor. Karena banyak yang tidak mau mengaku sakit agar tidak dikeluarkan dari tim. Nah, itu pemikiran yang kurang tepat," ujar Michael.
Menurut Michael, dengan melaporkan kondisi cederanya, atlet dapat melakukan pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut, karena apabila tidak, kondisinya akan lebih parah.
(Fit/Abd)
"Kalau panggul laki-laki itu biasanya lurus, jadi tungkai pahanya tidak semiring perempuan. Jadi, keseimbangannya lebih terjaga," ujar dr Michael Triangto di Jakarta, Jumat.
  Â
Michael mengatakan, dengan tungkai paha yang lebih miring, lutut akan menahan beban tubuh lebih besar, sehingga kemungkinan kerusakan lututnya lebih nyata.
 Â
Menurut Michael, risiko cedera tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan pemanasan dengan benar sebelum berolahraga, dilanjutkan latihan inti yang sesuai, dan melakukan pendingin setelah berolahraga.
"Kemudian, apabila saat melakukan olahraga tubuh merasa sakit, berarti intensitasnya harus dikurangi. Namun, apabila masih merasa sakit, maka sebaiknya dihentikan, karena bisa jadi latihannya salah atau tidak cocok," kata Michael.
Sementara itu, dokter yang juga pengurus Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ini mengatakan, para atlet yang memiliki resiko lebih tinggi terkena cedera harus segera melaporkan kondisinya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Kalau untuk atlet, apabila tiap kali latihan merasa sakit, dia harus lapor. Karena banyak yang tidak mau mengaku sakit agar tidak dikeluarkan dari tim. Nah, itu pemikiran yang kurang tepat," ujar Michael.
Menurut Michael, dengan melaporkan kondisi cederanya, atlet dapat melakukan pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut, karena apabila tidak, kondisinya akan lebih parah.
(Fit/Abd)