Travelling saat ini tengah digandrungi banyak masyarakat di Indonesia, khususnya kaum muda. Travelling dipercaya sebagai cara ampuh untuk mengenal dunia lebih dalam, yang mampu mengubah perspektif seseorang.
Banyaknya maskapai penerbangan yang menawarkan harga promo, tak pelak membuat segelintir orang menjadikan travelling sebagai hobi yang sayang rasanya bila dilewatkan begitu saja. Kapan lagi, bisa pelisiran dengan harga murah kalau bukan sekarang?
Di tahun 2014, ternyata masih ada kaum muda yang menjadikan travelling sebagai salah satu resolusi yang harus terwujud di tahun shio kuda perang ini.
Prima Handayani, 21 tahun, mahasiswi
Adalah Prima Handayani (21), mahasiswi jurusan Psikolog salah satu Universitas Swasta di Jakarta ini mengungkapkan bahwa salah satu mimpi yang belum sempat diwujudkan di tahun 2013 adalah travelling. Diakuinya, saat itu kendala terbesar adalah izin dari orangtua yang tak kunjung didapat.
"Kebetulan juga saya lagi ngerjain skripsi, dan tak ada uang. Kalau travelling gitu kan enaknya pakai uang sendiri. Jadinya, di tahun ini harus terwujud mimpi itu," kata Prima saat berbincang dengan Health Liputan6.com, ditulis Rabu (1/1/2013)
Untuk tujuannya sendiri, Prima sangat mengidam-idamkan dapat menginjakkan kaki di pink beach yang ada Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tempat itu dipilih mahasiswi cantik ini karena terinspirasi dari sebuah tayangan televisi.
"Enggak tahu kenapa ingin saja ke pink beach yang ada di Lombok. Itu gara-gara nonton acara travelling di salah satu stasiun televisi (menyebut nama program dan stasiun televisi). Saya melihatnya kok indah banget, ya," kata Prima menjelaskan.
"Enggak muluk-muluk kok. Maunya ke situ dulu. Habis dari situ, ingin ke mana lagi belum kepikiran. Kalau ada sisa, tabung lagi," kata Prima menambahkan.
Sangaji Guntoro, 20 tahun, mahasiswa
Lain Prima, lain pula Sangaji. Laki-laki berewok yang merupakan asisten dosen di sebuah universitas negeri di Bandung ini mengungkapkan, kalau dirinya memiliki mimpi dapat menghabiskan hari ulangtahunnya di Gunung Semeru yang terletak di Jawa Timur, pada bulan April 2014.
Diakuinya, keinginannya ini sudah ada sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kala itu, sang kakaklah yang meracuninya hingga ia bertekad dapat menginjakkan kaki di sana, sama halnya seperti yang dilakukan kakaknya itu.
"Saya punya kakak yang suka banget naik gunung. Pertama dia pulang dari Semeru, dia ceritain ke saya, sambil nunjukkin foto-foto di sana. Aslilah, saya mupeng (muka pengen)," kata Sangaji.
Tekadnya semakin kuat ketika tahu kalau Semeru akhir-akhir ini banyak dipilih kawula muda untuk melakukan pendakian di sana. Ya, tak lain dan tak bukan, para remaja ini terinspirasi dari film 5 cm yang berhasil membetot perhatian masyarakat di penghujung 2012 kemarin.
Pendapat para pelaku travelling
Alid Abdul (22), Tirta Agung (25), Roy Saputra (25) dan Muhammad Arif Rahman (25) merupakan pelancong muda yang sudah menjajal lebih dari 5 negara tujuan. Semua perjalanan yang dilakukan ke-empatnya, ditulis dan dirangkum dengan manis di blog pribadinya masing-masing.
Dari perjalanan yang tak memakan biaya banyak, sampai perjalanan dengan biaya yang cukup menyekik leher sudah dijajal oleh semuanya.
Kepada Health Liputan6.com, mereka memberikan pendapatnya mengenai resolusi para remaja ini:
1. Alid Abdul (22)
Bagi Alid, anak muda harus melakukan pelisiran sejak usia dini. Dari awal, blogger asal Jombang ini tidak pernah berpikir mengapa ia harus travelling. Sebab, dari kecil Alid sudah memiliki cita-cita untuk mengunjungi tempat-tempat yang tertulis pada buku RPUL, Keajaiban dunia dan lain-lain.
"Saya percaya akan kutipan `waktu kecil kita belum punya tenaga, waktu, dan uang untuk jalan-jalan. Dewasa, tenaga dan uang ada, tapi waktu tersita untuk bekerja. Tua, uang ada, waktu ada, tapi tenaga yang enggak ada. Jadi, sebisa mungkin travelling setiap ada kesempatan," kata Alid Abdul.
Semakin bertambah usianya, lanjut Alid, ia semakin sadar bahwa travelling benar-benar dibutuhkan bagi kaum muda untuk belajar bagaimana menghargai hidup, menghargai alam, menghargai budaya, menghargai sejarah, menghargai perbedaan, dan menghargai sesama.
"Hal-hal tersebut enggak akan kita peroleh di bangku sekolah," kata Alid menegaskan.
2. Tirta (25)
Tirta yang berprofesi sebagai akuntan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, sekaligus seorang blogger menyambut positif resolusi para remaja ini. Tirta juga berharap, semakin banyak orang yang mau melakukan travelling di masa yang akan datang
Tirta yang baru-baru ini menulurkan sebuah buku berjudul `Trave(love)ing 2`, travelling itu bukan sekedar jalan-jalan semata. Lebih dari itu, travelling merupakan cara sederhana bagi kita untuk mendapatkan ilmu baru dari hobi tersebut.
"Ada banyak yang bisa dipelajarai saat travelling. Belajar budaya baru, toleransi, kemandirian dan lain-lain," kata Tirta.
Travelling itu, lanjut Tirta, membuka mata si pelaku atas hal-hal baru yang jarang banget dilihat. Selain itu, travelling merupakan proses pendewasaan yang paling baik.
"Dan kenapa harus dilakukan saat usia muda? Karena belum ada tanggungan. masih bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi, bisa mengatur sendiri keuangannya," kata Tirta menjelaskan.
3. Roy Saputra (25)
Penulis buku `Luntang lantung` ini mengungkapkan bahwa selagi muda dan belum memiliki tanggungan, ada baiknya remaja menggunakannya untuk melakukan hal-hal positif yang disenangi. Dikatakan Roy, mumpung sumber daya masih ada dan mencukupi.
"Berkarya, bereksperimen dengan hidup, mengejar apa yang passionnya. Travelling ke tempat baru, adalah salah satunya," kata Roy.
Menurut pemilik blog saputraroy.com ini, travelling ke tempat baru merupakan media untuk belajar. Masih banyak budaya yang jauh berbeda untuk kita belajar toleransi.
"Masih ada hal-hal baik di luar negara kita yang bisa kita pelajari. Masih luas daerah yang bisa dijelajah untuk kita belajar bertahan hidup," kata Roy menekankan.
4. Muhammad Arif Rahman (25)
Arif yang merupakan seorang karyawan sekaligus penulis banyak buku mengatakan sah-sah saja bila para remaja memiliki keinginan untuk mewujudkan mimpinya pelisiran. Menurut Arif, selama tidak mengganggu pekerjaan dan tidak merugikan orang lain, maka apa yang dikerjakan oleh para remaja itu tak akan pernah jadi masalah.
"Merugikan orang lain itu misalnya, apabila menggunakan uang orang lain atau ngutang hanya untuk travelling," kata Arif.
Dilanjutkan penulis buku `The Journeys 3` ini usia muda merupakan usia yang tepat untuk bertualang, yang mungkin nantinya akan terbatasi apabila sudah berkeluarga.
Ada orang yang percaya bahwa dengan travelling, dirinya dapat melakukan banyak cara untuk membuktikan dunia adalah tempat yang aman untuk hidup, dan memiliki pemandangan yang indah untuk diekplorasi, dan banyak budaya unik untuk ditemukan.
Jadi, masih mau hanya berdiam diri saja? Yuk, sisihkan uangmu untuk menikmati kegiatan seru ini. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana sensasinya, jika kita tak mencoba. Tak ada alasan takut untuk melakukan ini, karena kita hanya saja tak terbiasa.
(Adt/Abd)
Banyaknya maskapai penerbangan yang menawarkan harga promo, tak pelak membuat segelintir orang menjadikan travelling sebagai hobi yang sayang rasanya bila dilewatkan begitu saja. Kapan lagi, bisa pelisiran dengan harga murah kalau bukan sekarang?
Di tahun 2014, ternyata masih ada kaum muda yang menjadikan travelling sebagai salah satu resolusi yang harus terwujud di tahun shio kuda perang ini.
Prima Handayani, 21 tahun, mahasiswi
Adalah Prima Handayani (21), mahasiswi jurusan Psikolog salah satu Universitas Swasta di Jakarta ini mengungkapkan bahwa salah satu mimpi yang belum sempat diwujudkan di tahun 2013 adalah travelling. Diakuinya, saat itu kendala terbesar adalah izin dari orangtua yang tak kunjung didapat.
"Kebetulan juga saya lagi ngerjain skripsi, dan tak ada uang. Kalau travelling gitu kan enaknya pakai uang sendiri. Jadinya, di tahun ini harus terwujud mimpi itu," kata Prima saat berbincang dengan Health Liputan6.com, ditulis Rabu (1/1/2013)
Untuk tujuannya sendiri, Prima sangat mengidam-idamkan dapat menginjakkan kaki di pink beach yang ada Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tempat itu dipilih mahasiswi cantik ini karena terinspirasi dari sebuah tayangan televisi.
"Enggak tahu kenapa ingin saja ke pink beach yang ada di Lombok. Itu gara-gara nonton acara travelling di salah satu stasiun televisi (menyebut nama program dan stasiun televisi). Saya melihatnya kok indah banget, ya," kata Prima menjelaskan.
"Enggak muluk-muluk kok. Maunya ke situ dulu. Habis dari situ, ingin ke mana lagi belum kepikiran. Kalau ada sisa, tabung lagi," kata Prima menambahkan.
Sangaji Guntoro, 20 tahun, mahasiswa
Lain Prima, lain pula Sangaji. Laki-laki berewok yang merupakan asisten dosen di sebuah universitas negeri di Bandung ini mengungkapkan, kalau dirinya memiliki mimpi dapat menghabiskan hari ulangtahunnya di Gunung Semeru yang terletak di Jawa Timur, pada bulan April 2014.
Diakuinya, keinginannya ini sudah ada sejak dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kala itu, sang kakaklah yang meracuninya hingga ia bertekad dapat menginjakkan kaki di sana, sama halnya seperti yang dilakukan kakaknya itu.
"Saya punya kakak yang suka banget naik gunung. Pertama dia pulang dari Semeru, dia ceritain ke saya, sambil nunjukkin foto-foto di sana. Aslilah, saya mupeng (muka pengen)," kata Sangaji.
Tekadnya semakin kuat ketika tahu kalau Semeru akhir-akhir ini banyak dipilih kawula muda untuk melakukan pendakian di sana. Ya, tak lain dan tak bukan, para remaja ini terinspirasi dari film 5 cm yang berhasil membetot perhatian masyarakat di penghujung 2012 kemarin.
Pendapat para pelaku travelling
Alid Abdul (22), Tirta Agung (25), Roy Saputra (25) dan Muhammad Arif Rahman (25) merupakan pelancong muda yang sudah menjajal lebih dari 5 negara tujuan. Semua perjalanan yang dilakukan ke-empatnya, ditulis dan dirangkum dengan manis di blog pribadinya masing-masing.
Dari perjalanan yang tak memakan biaya banyak, sampai perjalanan dengan biaya yang cukup menyekik leher sudah dijajal oleh semuanya.
Kepada Health Liputan6.com, mereka memberikan pendapatnya mengenai resolusi para remaja ini:
1. Alid Abdul (22)
Bagi Alid, anak muda harus melakukan pelisiran sejak usia dini. Dari awal, blogger asal Jombang ini tidak pernah berpikir mengapa ia harus travelling. Sebab, dari kecil Alid sudah memiliki cita-cita untuk mengunjungi tempat-tempat yang tertulis pada buku RPUL, Keajaiban dunia dan lain-lain.
"Saya percaya akan kutipan `waktu kecil kita belum punya tenaga, waktu, dan uang untuk jalan-jalan. Dewasa, tenaga dan uang ada, tapi waktu tersita untuk bekerja. Tua, uang ada, waktu ada, tapi tenaga yang enggak ada. Jadi, sebisa mungkin travelling setiap ada kesempatan," kata Alid Abdul.
Semakin bertambah usianya, lanjut Alid, ia semakin sadar bahwa travelling benar-benar dibutuhkan bagi kaum muda untuk belajar bagaimana menghargai hidup, menghargai alam, menghargai budaya, menghargai sejarah, menghargai perbedaan, dan menghargai sesama.
"Hal-hal tersebut enggak akan kita peroleh di bangku sekolah," kata Alid menegaskan.
2. Tirta (25)
Tirta yang berprofesi sebagai akuntan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta, sekaligus seorang blogger menyambut positif resolusi para remaja ini. Tirta juga berharap, semakin banyak orang yang mau melakukan travelling di masa yang akan datang
Tirta yang baru-baru ini menulurkan sebuah buku berjudul `Trave(love)ing 2`, travelling itu bukan sekedar jalan-jalan semata. Lebih dari itu, travelling merupakan cara sederhana bagi kita untuk mendapatkan ilmu baru dari hobi tersebut.
"Ada banyak yang bisa dipelajarai saat travelling. Belajar budaya baru, toleransi, kemandirian dan lain-lain," kata Tirta.
Travelling itu, lanjut Tirta, membuka mata si pelaku atas hal-hal baru yang jarang banget dilihat. Selain itu, travelling merupakan proses pendewasaan yang paling baik.
"Dan kenapa harus dilakukan saat usia muda? Karena belum ada tanggungan. masih bertanggung jawab pada diri sendiri. Jadi, bisa mengatur sendiri keuangannya," kata Tirta menjelaskan.
3. Roy Saputra (25)
Penulis buku `Luntang lantung` ini mengungkapkan bahwa selagi muda dan belum memiliki tanggungan, ada baiknya remaja menggunakannya untuk melakukan hal-hal positif yang disenangi. Dikatakan Roy, mumpung sumber daya masih ada dan mencukupi.
"Berkarya, bereksperimen dengan hidup, mengejar apa yang passionnya. Travelling ke tempat baru, adalah salah satunya," kata Roy.
Menurut pemilik blog saputraroy.com ini, travelling ke tempat baru merupakan media untuk belajar. Masih banyak budaya yang jauh berbeda untuk kita belajar toleransi.
"Masih ada hal-hal baik di luar negara kita yang bisa kita pelajari. Masih luas daerah yang bisa dijelajah untuk kita belajar bertahan hidup," kata Roy menekankan.
4. Muhammad Arif Rahman (25)
Arif yang merupakan seorang karyawan sekaligus penulis banyak buku mengatakan sah-sah saja bila para remaja memiliki keinginan untuk mewujudkan mimpinya pelisiran. Menurut Arif, selama tidak mengganggu pekerjaan dan tidak merugikan orang lain, maka apa yang dikerjakan oleh para remaja itu tak akan pernah jadi masalah.
"Merugikan orang lain itu misalnya, apabila menggunakan uang orang lain atau ngutang hanya untuk travelling," kata Arif.
Dilanjutkan penulis buku `The Journeys 3` ini usia muda merupakan usia yang tepat untuk bertualang, yang mungkin nantinya akan terbatasi apabila sudah berkeluarga.
Ada orang yang percaya bahwa dengan travelling, dirinya dapat melakukan banyak cara untuk membuktikan dunia adalah tempat yang aman untuk hidup, dan memiliki pemandangan yang indah untuk diekplorasi, dan banyak budaya unik untuk ditemukan.
Jadi, masih mau hanya berdiam diri saja? Yuk, sisihkan uangmu untuk menikmati kegiatan seru ini. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana sensasinya, jika kita tak mencoba. Tak ada alasan takut untuk melakukan ini, karena kita hanya saja tak terbiasa.
(Adt/Abd)