Liputan6.com, Jakarta Faktor ekonomi nampaknya masih menjadi alasan bagi sebagian masyarakat Indonesia dalam mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Kesulitan memperoleh pendidikan juga dirasakan oleh seorang gadis bernama Miftahul Jannah.
Gadis kelahiran Jakarta, 29 November 2000 itu membagikan kisah haru yang luar biasa di Twitter. Ia membagikan kisah haru dalam bentuk utas yang telah disukai oleh 20 ribu lebih pengguna.Â
Baca Juga
Advertisement
"Thread ini gua persembahkan buat "Miftahul Jannah" sebagai ucapan terima kasih karna udah jadi manusia kuat versi dirinya sendiri," tulisnya mengawali utas, seperti yang dikutip Liputan6.com pada Rabu (28/7/2021).
Saat berusia 16 tahun, Miftahul Jannah harus kehilangan ayahnya. Ia mengaku, hari tersebut sebagai hari patah hati terbesar dalam hidupnya. Dan ketika lulus SMP, ia harus merasakan patah hati yang kedua kalinya, karena tak bisa lanjut ke SMA.
Â
Lulus SMP Langsung Bekerja
Belum bisa lanjut ke SMA karena faktor biaya, kala itu Miftahul Jannah merasa jika dirinya jadi remaja paling sengsara. Gadis berusia 20 tahun itu kerap meneteskan air matanya secara diam-diam karena memikirkan nasibnya yang kurang beruntung.
Sampai akhirnya, ia menyadari bahwa hidup tak berhenti hanya karena tak bisa lanjut ke SMA. Miftahul bertekad untuk mencari kerja untuk membantu meringankan kebutuhan sehari-hari sang ibu sebagai orang tua tunggal.
"Susah banget nyari kerja modal ijazah SMP, tapi untungnya gua bisa diterima jadi cleaning service di bioskop," tulisnya.
Usia 17 tahun, di mana sebagian besar remaja seusianya harusnya menikmati masa-masa terindah belajar di sekolah atau main bareng teman-teman. Ia justru sibuk mencari uang untuk menghidupi dirinya dan sang ibunda tercinta.
Â
Advertisement
Tekad Mengikuti Kejar Paket C
Meski melelahkan, pengalaman bekerja membuatnya belajar banyak hal. Seperti disiplin waktu, kerja sama antar teman, dan yang paling utama bersyukur. Sibuk dalam bekerja tak membuatnya lupa akan keinginannya untuk lanjut SMA.
Akhirnya, Miftahul Jannah memutuskan untuk ikut program Paket C (setara SMA). Ia mendaftar dan membiayai dirinya sendiri dengan cara menyicil setiap bulan. Awalnya susah dalam mengatur jadwal karena sekolah diadakan setiap hari Sabtu dan Minggu.
Sementara itu, jadwal liburnya bekerja hanya hari Senin. Namun, berkat hal itu, ia bisa memanfaatkan waktu walau hanya belajar 1-2 jam di sekolah. Dan meskipun waktunya lebih singkat dari sekolah formal, ia tetap bangga dan bersyukur bisa lulus sekolah setara SMA.
Â
Ingin Lanjut Kuliah
Berjuang bersama teman-teman yang juga mengikuti kelas Paket C membuatnya sadar bahwa bukan hanya dirinya yang kurang beruntung. Dengan itu, ia mengaku akan terus bersyukur dan berterima kasih pada dirinya sendiri karena kuat dan bisa menerima takdir yang diberikan Tuhan.
Dengan ijazah yang telah diterima, Miftahul Jannah berpikir bisa daftar kuliah. Tapi, rupanya ia harus sabar karena pandemi membuatnya jadi pengangguran. "Sabar mif, sabar.......pasti bakal ada jalannya," tulisnya.
Â
Advertisement
Bercita-cita Jadi Guru
Gadis tangguh itu mengaku saat SD bercita-cita jadi guru. Karena keadaan, cita-cita itu jadi redup. Namun, ia tetap ikhlas. Meski tak bisa jadi guru dan mengajar murid di sekolah, tapi kini ia bisa jadi guru untuk keponakan-keponakannya di rumah.
Dan, yang paling membuatnya kuat adalah sang ibunda. Ia mengungkapkan bahwa semenjak SD, ibunya sudah jualan kue keliling dan tak pernah mengeluh. "Pokoknya selama ada emak disisi gua, insyallah gua kuat," ungkapnya.
Sebagai penutup, Miftahul Jannah punya pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman hidupnya. "Hidup gak segampang yang kita mau dan hidup gak sesulit yang kita takutin. Jalanin aja dulu," pungkasnya.
Â