Grooming adalah Pelecehan Seksual kepada Anak, Ini Penyebab, Tanda, dan Contohnya

Tindakan grooming adalah sama dengan eksploitasi anak.

oleh Laudia Tysara diperbarui 14 Nov 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2022, 14:00 WIB
Ilustrasi anak mengalami ketakutan
Ilustrasi anak mengalami ketakutan. (Photo by Caleb Woods on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Apa arti grooming? Grooming adalah istilah baru yang menggambarkan tentang perilaku melecehkan secara seksual. Grooming umumnya dilakukan oleh orang dewasa untuk melakukan tindak pelecehan seksual kepada anak-anak.

Korban yang mendapat perlakuan grooming adalah mereka anak-anak yang sebelumnya tidak mengetahui arti dari pelecehan seksual. Tindakan grooming sama dengan eksploitasi anak.

Grooming adalah dilakukan dengan persiapan seperti memberi hadiah, merayu, dan lainnya. Tujuan utamanya untuk mengelabuhi korban agar tindak pelecehan seksual kepada anak tersebut bisa dilancarkan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang grooming, penyebab grooming, tanda-tanda grooming, dan contoh grooming, Senin (14/11/2022).

Grooming adalah Tindakan Pelecehan Seksual kepada Anak

Panduan Waktu Ideal Bagi Anak untuk Bermain Ponsel Berdasarkan Usia, Dari Bayi Hingga Remaja
Ilustrasi anak bermain ponsel (Sumber foto: Pexels.com)

Grooming umumnya ditujukan kepada anak-anak dan banyak dialami oleh anak-anak. Anak-anak yang mendapat perilaku grooming adalah tidak memandang jenis kelamin, anak laki-laki dan anak perempuan sama rentannya.

Department of Education and Training Victoria menjelaskan grooming adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mempersiapkan seorang anak di bawah umur melakukan aktivitas seksual sesuai keinginannya di kemudian hari. Persiapan ini sering dilakukan pelaku dengan merayu, memberikan hadiah, mendekati layaknya teman, hingga mengancam.

Seorang anak yang mengalami grooming adalah mereka yang belum memahami betul tentang tindakan pelecehan seksual. Ini mengapa sering kali kedekatan yang dibangun pelaku pelecehan seksual pada anak untuk menciptakan grooming tampak seperti suatu hal yang normal bagi anak.

Grooming adalah upaya pendekatan kepada anak untuk melecehkan bukan hanya secara fisik, tetapi emosional juga. Emosi yang berhasil dikuasai oleh pelaku, akan semakin mudah melancarkan aksi child grooming kepada korbannya.

National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) menegaskan, perilaku grooming adalah upaya membangun hubungan, kepercayaan, dan hubungan emosional dengan seorang anak atau remaja sehingga mereka bisa memanipulasi, mengeksploitasi, dan melecehkan.

Tindakan grooming sama dengan eksploitasi. Dalam buku berjudul The Psychology of Adult Sexual Grooming. The Psychology of Criminal and Antisocial Behavior oleh Sinnamon, tidak hanya anak-anak, karena orang dewasa dengan kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi pun rentan dilecehkan oleh pelaku grooming.

Penyebab Grooming dan Penjelasannya

Pelaku grooming mulanya akan melakukan identifikasi dengan mengumpulkan informasi calon korbannya. Kemudian, mereka akan mulai melancarkan aksi dengan mengandalkan hal-hal yang menarik bagi korban dan melemahkan korban.

Apa sebenarnya penyebab grooming bisa terjadi? Dalam buku berjudul Hukum Internet (2010) oleh A. Sitompul, ada enam penyebab child grooming yang perlu diketahui, ini penjelasannya:

1. Manipulation

Penyebab grooming adalah adanya manipulasi. Teknik manipulasi digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kontrol pelaku terhadap korban serta meningkatkan ketergantungan korban pada pelaku seperti memberikan pujian untuk membuat korban merasa istimewa.

Cara manipulasi grooming ini dilakukan agar korban merasa dicintai dan diperhatikan. Di sisi lain, pelaku dapat mengontrol korban dengan cara mengintimidasi sehingga korban merasa takut dengan pelaku.

2. Accessibility

Penyebab grooming adalah mudahnya akses berinteraksi dengan orang asing, terutama melalui internet. Menurut penelitian, 20 persen anak yang menggunakan jejaring sosial mengatakan pernah berbicara dengan orang asing di internet dan 20 persen diantara berumur 9 hingga 12 tahun.

Pelaku grooming umumnya memanfaatkan teknologi internet untuk berinteraksi baik satu atau dua arah dengan korban melalui chat room, blog, media sosial, forum atau bulletin.

3. Rapport Building

Penyebab grooming adalah rapport building, di mana pelaku memanfaatkan ketertarikan korban dan mencari tahu keadaan di sekeliling korban. Pelaku akan membangun hubungan, melakukan penyesuaian perilaku, dan gaya berkomunikasi sehingga membuat korban nyaman berbicara dengan pelaku.

4. Sexual Context

Penyebab grooming adalah mulai membicarakan atau mengaitkan segala sesuatu dengan hal-hal berbau seksual. Pelaku akan mulai berbicara jorok, merayu korban, mengirim gambar porno atau menghubungkan ke dalam hal-hal berbau pornografi.

5. Risk Assessment

Penyebab grooming adalah kepintaran pelaku melakukan manajemen risiko. Misalnya memanfaatkan internet atau teknologi dengan baik, menahan tidak berkomunikasi secara langsung dengan korban di tempat umum, dan memungkinkan untuk melakukan pertemuan yang jauh dari lingkungan korban.

6. Deception

Penyebab grooming adalah melakukan penyamaran yang sempurna. Ada pelaku yang mulanya menyamar sebagai teman sebaya atau anak muda. Penelitian mencatat, ada 5 persen pelaku yang menyamar sebagai anak muda ketika berkomunikasi dengan korban.

Mayoritas pelaku memberitahu korban, mereka adalah orang dewasa yang ingin membangun hubungan khusus dengan korban. Kemudian, korban bertemu pelaku dan melakukan hubungan seks dengan risiko.

Tanda-Tanda dan Contoh Grooming

Panduan Waktu Ideal Bagi Anak untuk Bermain Ponsel Berdasarkan Usia, Dari Bayi Hingga Remaja
Ilustrasi ibu dan anak menggunakan ponsel. (Sumber foto: Pexels.com)

Ada tanda-tanda khusus ketika anak mengalami grooming. The UK Children's Charity menjelaskan tanda-tanda dan contoh grooming sebagai berikut:

Tanda-Tanda Grooming

1. Ingin pergi sendirian saat akan bertemu dengan orang dewasa.

2. Tidak mau bercerita mengenai apa yang dilakukannya atau tidak terbuka.

3. Sering menyendiri di kamar atau tidak suka berinteraksi secara normal.

4. Sering mendapatkan mainan atau baju baru, tetapi tidak jelas siapa yang memberikannya.

5. Si anak tidak mau menceritakan siapa yang memberikan hadiahnya selama ini.

6. Mendapatkan banyak pesan dari orang asing yang mereka temui di dunia maya atau media sosial.

7. Sering berbicara tentang orang dewasa yang tidak sesuai dengan pergaulannya selama ini.

8. Ingin menghabiskan waktu bersama orang dewasa.

Contoh Grooming

1. Grooming pelaku dilakukan dengan secara sengaja atau tidak sengaja menunjukkan konten serta tindakan seksual kepada korban.

2. Grooming pelaku dilakukan dengan mengendalikan melalui ancaman, pemaksaan, atau penyalahgunaan wewenang, tujuannya agar membuat korban merasa takut untuk melaporkan perilaku tidak terpuji tersebut.

3. Grooming pelaku dilakukan dengan memberikan hadiah atau perhatian lebih kepada anak-anak, atau orang tua mereka untuk membuat korban merasa spesial atau berutang budi kepada pelaku.

4. Grooming dilakukan dengan kontak fisik secara seksual, seperti menggelitik, bergulat, atau berkelahi secara lembut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya