Liputan6.com, Jakarta Jokes adalah salah satu bentuk dari humor, namun tidak setiap humor adalah jokes. Bisa dikatakan jokes adalah lelucon. Jokes merupakan sesuatu yang tidak dianggap serius yang dikatakan dengan tujuan untuk membuat orang lain tertawa.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sebagian besar mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah jokes. Apalagi sekarang banyak sekali bertebaran jokes di media sosial yang dibuat untuk membuat orang-orang tertawa. Secara harfiah, jokes merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti candaan. Jokes adalah bentuk plural dari joke.
Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar istilah jokes receh, jokes bapak-bapak, dark jokes, dan sebagainya. Semua itu merupakan macam-macam jokes atau lelucon yang dibuat untuk membuat orang lain tertawa.
Dalam konteks percakapan bahasa Inggris, jokes tidak hanya digunakan untuk mengacu pada bentuk-bentuk lelucon yang digunakan untuk membuat orang lain tertawa. Jokes adalah sebuah kata atau istilah yang juga digunakan untuk mengacu pada hal-hal yang tidak dianggap serius.
Tentu saja, karena jokes adalah candaan, maka hal itu tidak bisa dianggap serius. Lalu apa itu jokes yang sebenarnya? Berikut adalah ulasan lengkapnya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis, (17/11/2022).
Pengertian Jokes
Menurut Cambridge Dictionary, jokes adalah sesuatu, seperti cerita atau trik lucu, yang dikatakan atau dilakukan untuk membuat orang tertawa. Sementara itu, menurut Britannica Dictionary, jokes adalah sesuatu yang juga bisa diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang tidak layak dianggap serius.
Menurut ahli linguistik Robert Hetzron, jokes adalah salah satu bentuk karya sastra lisan. Dia menyebutkan bahwa jokes adalah sastra lisan pendek lucu yang kelucuannya memuncak pada kalimat terakhir, yang disebut punch line.
Pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi, Sigmund Freud mengungkapkan bahwa jokes adalah sekadar cara yang cerdik atau lucu untuk melihat kenyataan. Hal itu diungkapkan dalam karyanya yang berjudul The "Joke and Their Relation to the Unconscious" yang diterbitkan pada 1905.
Dalam karyanya tersebut, Freud memaparkan hasil analisisnya, termasuk elemen, dan motivasi di balik lelucon sehari-hari yang kebanyakan kita tertawakan. Dia berpikir bahwa, mungkin jokes dapat mengungkap realitas lebih dari apa yang dapat disadari.
Apa yang diungkapkan Freud mengenai jokes bisa dibilang cukup relevan hingga saat ini, karena jokes sekarang tidak hanya digunakan sekadar untuk membuat orang lain tertawa, tapi juga digunakan untuk mengungkapkan berbagai macam pesan, termasuk kritik, agar lebih diterima. Praktik menyampaikan kritik dengan menggunakan jokes sangat umum terjadi dalam pentas stand up comedy.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jokes adalah sesuatu yang diucapkan atau dipraktikkan untuk membuat orang lain tertawa. Jokes adalah kata yang digunakan untuk mengacu pada sesuatu atau seseorang yang tidak bisa dianggap serius. Sedangkan menurut Sigmund Freud, jokes adalah jokes adalah salah satu cara dalam mengungkap realitas yang jarang disadari.
Advertisement
Teknik Menyampaikan Jokes
Meski jokes adalah candaan, namun jokes sebenarnya tidak bisa disampaikan secara sembarangan. Ada sejumlah teknik penyampaian jokes agar pesan atau tujuan dari jokes untuk membuat orang lain tertawa bisa tercapai.
Menurut Freud, jokes adalah lelucon umumnya disampaikan dengan enam teknik dasar, yakni condensation (pemadatan), displacement (perpindahan), makna ganda, dan paradoks.
Condensation adalah perpaduan dua kata atau konsep menjadi satu, menghasilkan kesalahpahaman yang berpotensi lucu. Seperti ketika seseorang berkata: “Berhenti merokok” dan orang lain menjawab: “Saya ahli berhenti merokok. Saya sudah melakukannya delapan kali”.
Displacement adalah ketika komedian sesuatu ke sesuatu yang lain. Berikut contoh jokes tentang tim sepak bola yang tidak pernah berprestasi:
a: “Tahukah Anda bahwa Independents (tim sepak bola) ingin kiper mereka menikah?”
b: "Betulkah? Mengapa?"
a: "Karena itu satu-satunya kesempatan mereka untuk merayakan sesuatu."
Makna ganda adalah teknik yang digunakan oleh komedian ketika menggunakan satu kata yang berpotensi memiliki makna lain dalam konteks yang berbeda.
Penggunaan bahan yang sama. Ini adalah penggunaan kata atau ungkapan yang sama untuk menghasilkan makna baru. Contohnya adalah: “Apa kabar?”, tanya si buta kepada si lumpuh. "Tidak bisakah kamu melihat?" jawab orang lumpuh itu.
Permainan kata adalah ketika suatu kata mengacu pada konteks tertentu, lalu di bagian berikutnya, kata tersebut menggunakan arti lain. Dalam teknik ini, biasanya melibatkan kata-kata yang memiliki homograf (kesamaan ejaan) atau homofon (kesamaan bunyi). Contohnya sebagai berikut:
A : “Kau jadi berangkat besok atau minggu depan?”
B : “Belum tahu.”
A : “Oh, masih kedelai, ya.”
Kontradiksi diri atau paradoks adalah sebuah pernyataan yang dibuat yang kemudian dibantah. Contohnya sebagai berikut: "Dia tidak hanya tidak percaya pada hantu, tapi dia bahkan tidak takut pada mereka".
Jenis-Jenis Jokes
Jokes tadinya adalah cerita yang sederhana, namun seiring berjalannya waktu, jokes adalah sesuatu yang mengalami perkembangan juga sehingga menghasilkan berbagai macam tipe atau variasi. Sekarang ada berbagai macam jenis jokes berdasarkan format dan strukturnya. Berikut adalah jenis-jenis jokes;
1. Observasional. Jokes observasional adalah pemeriksaan terhadap hal atau situasi sehari-hari melalui lensa komedi. Komedi observasi mencakup topik yang akrab bagi hampir semua orang, bahkan aspek kehidupan yang paling sepele.
2. Anekdot. Jokes anekdot ditarik dari kehidupan pribadi komedian dan populer di kalangan penonton karena kita dapat mengidentifikasi dengan cerita mereka.
3. Situasional. Humor situasional digunakan untuk mendeskripsikan genre komedi dan lelucon yang bergantung pada sekumpulan karakter, tempat, dan peristiwa. Televisi adalah media populer untuk komedi situasional—atau komedi situasi, demikian sebutannya—yang mengikuti karakter berulang dalam skenario yang berbeda.
4. Karakter. Beberapa komedian membuat persona atau persona yang berbeda demi kepentingan komedi mereka. Stephen Colbert memainkan versi fiksi dirinya di The Colbert Report, tetap dalam karakternya bahkan saat dia mewawancarai tamu.
5. One-liner. "Aku mengalami malam yang sangat indah, tapi bukan ini." Satu kalimat itu dibawakan oleh Groucho Marx. Robin Williams pernah bercanda: "Mengapa mereka menyebutnya jam sibuk ketika tidak ada yang bergerak?" One-liner adalah jokes yang terdiri dari setup dan punchline dalam satu kalimat yang ringkas.
6. Ironis. Lelucon ironis itu kontradiktif, dengan dua konsep yang berlawanan saling tarik-menarik. Misalnya: mengapa orang parkir di jalan masuk tetapi mengemudi di jalan parkir?
7. Deadpan. Deadpan adalah lelucon atau joke yang disampaikan dengan suara monoton tanpa ekspresi. Steven Wright adalah seorang komedian deadpan. Humor dalam aksinya berasal dari kombinasi konten sepele dan ucapan leluconnya yang tanpa emosi: “Saya telah masuk ke astronomi jadi saya memasang lampu atap. Orang-orang yang tinggal di atasku sangat marah.”
8. Farcical. Farcical jokes adalah alur cerita yang berlebihan dengan cerita, karakter, dan peristiwa yang dilebih-lebihkan.
9. Mencela diri sendiri. Beberapa komedian mengolok-olok orang yang paling mereka kenal, yang tak lain adalah diri mereka sendiri. Rodney Dangerfield adalah komedian yang terkenal dengan jokes jenis ini. Dia pernah menyampaikan jokes sebagai berikut: “Saya pergi ke psikiater, dan dia berkata 'Kamu gila.' Saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin pendapat kedua. Dia berkata, 'Oke, kamu juga jelek!'”
10. Slapstick. Jokes slapstick juga dikenal sebagai komedi fisik. Jokes slapstick sering melibatkan "kekerasan fisik" untuk menciptakan tawa, seperti memukul atau mendorong. Salah satu contoh komedi slapstick adalah Opera van Java.
Advertisement