Viral, Pasangan Ini Gunakan ChatGPT sebagai Penghulu Pernikahan

kisah lengkap bagaimana ChatGPT dapat menjadi penghulu dalam pernikahan

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 16 Jul 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi pernikahan, menikah
Ilustrasi pernikahan, menikah. (Gambar oleh Gde Kertayasa dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Dalam era digital yang semakin maju, teknologi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kisah-kisah cinta. Salah satu kisah menarik yang menggambarkan peran penting teknologi dalam menciptakan hubungan yang bermakna adalah kisah Reece Wiench dan Deyton Truitt. 

Pasangan ini bertemu secara online melalui aplikasi kencan dan memutuskan untuk menikah hanya beberapa hari sebelum Reece ditempatkan di Angkatan Darat. Dengan persiapan pernikahan yang terburu-buru, mereka mengalami kendala dalam mencari seorang pendeta yang dapat meresmikan pernikahan mereka. 

Namun, dengan kemajuan kecerdasan buatan (AI), sebuah solusi yang tak terduga muncul. ChatGPT, sebuah chatbot AI, menjadi penghulu pernikahan mereka, memimpin upacara tersebut dengan teknologi modern namun tetap mengharukan.

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari indiatimes.com kisah lengkap bagaimana ChatGPT dapat menjadi penghulu dalam pernikahan yang mengharukan ini, pada Minggu (16/7/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Alasan ChatGPT Jadi Penghulu

ChatGPT
Tampilan ChatGPT. (unsplash/Rolf van Root)

Dalam era modern ini, teknologi telah memainkan peran penting dalam membantu orang-orang menemukan cinta melalui platform kencan dan membangun hubungan yang bermakna. Salah satu cerita menarik yang menunjukkan pengaruh teknologi dalam kisah cinta adalah kisah Reece Wiench dan Deyton Truitt. 

Pasangan ini bertemu secara online melalui aplikasi kencan, dan kisah mereka agak mirip dengan pepatah "Cinta selalu menemukan jalan." Reece dan Deyton jatuh cinta satu sama lain dan memutuskan untuk menikah hanya seminggu sebelum Reece ditempatkan di Angkatan Darat AS. 

Meskipun memiliki waktu yang sangat terbatas, pasangan ini bersama dengan keluarga mereka bekerja tanpa lelah untuk merencanakan pernikahan yang berarti bagi mereka. Mereka mencari tempat pernikahan, menyusun daftar tamu, dan memilih musik untuk acara pernikahan mereka yang akan berlangsung cepat di Colorado, AS.

Dalam usahanya untuk membuat pernikahan mereka berkesan, Reece dan Deyton berhasil menemukan seorang pembuat kue pernikahan yang setuju untuk membuat gambar mereka di bagian atas kue. Namun, ada satu hal yang tidak dapat mereka temukan, yaitu seorang pendeta atau penghulu yang dapat meresmikan pernikahan mereka.


Ide Cemerlang, Hemat dan Efisien

10 Kata-kata Bijak Bahasa Inggris dan Artinya untuk Menikmati Hidup
Ilustrasi Menemukan Ide Credit: pexels.com/Laura

Di Colorado, pasangan ini tidak memerlukan pejabat pernikahan berlisensi untuk memimpin upacara pernikahan mereka. Inilah saat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) datang untuk menyelamatkan mereka. Ayah dari mempelai wanita, Stephen, memiliki ide brilian dan hemat biaya untuk menghadirkan sebuah chatbot AI sebagai penghulu pernikahan mereka.

Dengan bantuan dari chatbot ChatGPT OpenAI, Reece Wiench dan Deyton Truitt mengikat ikatan dalam upacara pernikahan yang mengharukan. Meskipun awalnya chatbot tersebut ragu untuk melaksanakan tugas tersebut, pasangan ini tidak menyerah. Mereka memberikan informasi pribadi tentang diri mereka kepada chatbot, yang kemudian dimasukkan ke dalam pidato yang disampaikan oleh ChatGPT selama upacara pernikahan mereka.


Fenomena ChatGPT untuk Kehidupan Sehari-hari

Ilustrasi menggunakan ChatGPT OpenAI di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi menggunakan ChatGPT OpenAI di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Kisah Reece Wiench dan Deyton Truitt yang menggunakan ChatGPT sebagai penghulu pernikahan mereka adalah salah satu contoh baru dari bagaimana teknologi AI semakin terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan pertama kalinya chatbot AI digunakan untuk tujuan yang tidak biasa. Baru-baru ini, seorang wanita mengungkapkan bahwa klien lamanya memutuskan kontrak setelah mengetahui bahwa dia menggunakan AI mirip ChatGPT untuk pembuatan konten.

Namun, penggunaan teknologi AI juga dapat menimbulkan beberapa masalah dan kontroversi. Dalam kasus lain, seorang hakim di Amerika Serikat memberikan sanksi kepada seorang pengacara yang menggunakan ChatGPT untuk mengajukan tuntutan hukum yang mencakup kutipan palsu dan kutipan pendapat pengadilan yang tidak ada.

Dengan semakin berkembangnya teknologi AI, kita dapat mengharapkan adanya lebih banyak cerita menarik dan kontroversi yang melibatkan kehadiran ChatGPT dan teknologi serupa dalam kehidupan kita sehari-hari. Kisah Reece Wiench dan Deyton Truitt adalah salah satu contoh bagaimana cinta dapat menemukan jalan dalam era modern ini, dengan bantuan teknologi yang tak terduga seperti chatbot AI.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya