Liputan6.com, Jakarta Hikayat Amir Hamzah mendapatkan pengaruh dari jaran Islam adalah salah satu karya sastra Melayu klasik. Hikayat ini tergolong sebagai karya sastra yang ditulis dalam huruf Jawi atau huruf Arab namun dalam bahasa Melayu. Seperti hikayat melayu klasik lain, Hikayat Amir Hamzah tidak diketahui siapa pengarangnya. Hikayat ini disalin dari satu naskah ke naskah lain.
Sewaktu menyalin si penyalin bebas mengubah, menambah, dan mengurangi hal-hal yang dianggapnya perlu. Oleh sebab itu, Hikayat Amir Hamzah mendapatkan pengaruh dari berbagai macam penyalin hingga cerita ini memiliki berbagai versi.
Hikayat Amir Hamzah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam karena berisi perjuangan tokoh utama yang mencurahkan hidupnya untuk menegakkan Islam. Berikut ulasan tentang Hikayat Amir Hamzah mendapatkan pengaruh dari ajaran Islam, dirangkum Liputan6.com dari Jurnal Humaniora edisi 1 Februari 2001 berjudul Hikayat Amir Hamzah: Jejak dan Pengaruhnya dalam Kesusastraan Nusantara, Rabu (23/8/2023).
Advertisement
Konteks Islam dalam Hikayat Amir Hamzah
Dilansir dari jurnal Humaniora edisi 1 Februari 2001 berjudul “Hikayat Amir Hamzah: Jejak dan Pengaruhnya dalam Kesusastraan Nusantara”, Hikayat Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang mengisahkan tentang peristiwa dan kejadian yang terjadi pada abad ke-7 di Timur Tengah. Tokoh utama dalam kisah ini adalah Amir Hamzah bin Abdul Mutalib, yang juga merupakan paman dari Nabi Muhammad SAW.
Dalam sejarah Islam, Amir Hamzah adalah seorang panglima perang yang dikenal karena kepahlawanan dan keberaniannya. Ia dianggap setara dengan Umar bin Khattab, sahabat dan panglima perang pada masa Nabi Muhammad SAW. Amir Hamzah dan Nabi Muhammad SAW memiliki usia yang sebaya. Ia masuk Islam untuk membela Nabi Muhammad SAW dari gangguan orang-orang kafir Quraisy. Amir Hamzah dikisahkan selalu berada di samping, melindungi, dan membela Nabi Muhammad SAW dalam usahanya menyebarkan agama Islam.
Amir Hamzah pernah dikirim oleh Nabi Muhammad SAW ke daerah Ish di tepi Laut Merah untuk berperang melawan Abu Jahal dan pemimpin kaum kafir Quraisy. Amir Hamzah yang hanya membawa 30 orang saat itu berhadapan dengan 300 orang tentara kafir Quraisy. Meskipun peperangan tersebut batal, peristiwa ini menunjukkan tekad Amir Hamzah dalam membela Rasulullah dan Islam.
Terdapat dua perang penting dalam kisah Amir Hamzah, yaitu Perang Badar dan Perang Uhud. Pada Perang Uhud, Amir Hamzah menunjukkan keberanian dan kepahlawanannya dengan membela kaum Muslimin dan membunuh banyak musuh dengan pedangnya.
Dalam dunia sastra, keberanian dan kepahlawanan Amir Hamzah juga mengilhami penulis epos dari bangsa Parsi. Epos kepahlawanan Amir Hamzah dalam bahasa Parsi ini diberi judul "Qissa‘i Emir Hamza". Versi Parsi ini menggambarkan Amir Hamzah sebagai tokoh legendaris yang berjuang melawan banyak negara yang raja-rajanya menolak memeluk agama Nabi Ibrahim. Dalam epos Parsi ini, Amir Hamzah selalu didampingi oleh Umar bin Umayah al Damri.
Epos Parsi tersebut kemudian disadur ke dalam bahasa Arab dengan judul "Sirat Hamzah". Namun, dalam versi Arab ini, hubungan kekeluargaan Amir Hamzah dengan Nabi Muhammad SAW dihapuskan. Amir Hamzah ditampilkan sebagai keturunan Kinana, nenek moyang Suku Quraiys. Ini menyebabkan perbedaan antara versi Arab dan Parsi dari kisah ini.
Dalam Hikayat Amir Hamzah versi Melayu, disebutkan dengan jelas bahwa Amir Hamzah adalah paman Nabi Muhammad SAW. Meski Hikayat Amir Hamzah mendapatkan pengaruh dari budaya Arab, nampaknya epos Sirat Hamzah tidak benyak berpengaruh pada hikayatnya dalam versi Melayu.
Advertisement
Perkembangan Kisah Amir Hamzah di Nusantara
Cerita tentang Amir Hamzah tersebar di berbagai bahasa di seluruh dunia, seperti Turki (Hamsaname), Hindustan (Quissa-i Amir Hamza), Benggali (d‘ Amir Hamza), dan lain-lain. Dalam kesusastraan Nusantara, cerita ini juga dikenal dengan nama Hikayat Amir Hamzah dalam bahasa Melayu, Serat Menak dalam bahasa Jawa, Amir Hamjah dalam bahasa Sunda, dan Amir dalam bahasa Bali.
Dalam sastra Melayu, teks Hikayat Amir Hamzah ditulis dalam bentuk prosa dan ada banyak versi naskah yang berbeda. Hikayat Amir Hamzah memuat banyak episode, dimana cerita diawali dengan kelahiran tokoh-tokoh penting yang akan menjadi pendamping dan lawan dari Amir Hamzah. Episode Raja Lahad, yang hanya ada dalam versi Melayu, menjadi inspirasi untuk menciptakan Hikayat Raja Lahad.
Meskipun banyak mendapat pengaruh dari kisah versi Parsi, teks Hikayat Amir Hamzah Melayu memiliki lebih banyak episode. Ada beberapa cerita tambahan seperti cerita Raja Lahad yang mungkin ditambahkan oleh penyalin Melayu. Cerita wafatnya Umar ibn Umayah juga ditambahkan sebagai penghormatan terakhir kepada sahabat Amir Hamzah.
Dalam sastra Jawa, cerita Amir Hamzah dikenal dengan nama Serat Menak yang mungkin disadur dari Hikayat Amir Hamzah Melayu. Teks ini lebih luas daripada versi Melayu karena penulis Jawa cenderung menambahkan dan memperluas cerita. Versi Jawa ini kemungkinan dipengaruhi oleh cerita Panji yang berkembang saat itu. Dalam sastra Sunda, ada versi cerita Amir Hamzah yang dikenal dengan nama Amir Hamjah.
Dalam sastra Bugis, cerita Amir Hamzah juga ada dengan nama Hikayat Amir Hamzah. Versi Bugis memiliki lebih banyak cerita daripada versi Melayu, dengan total 92 cerita. Selain itu, cerita Amir Hamzah juga diadaptasi ke dalam kesenian tradisional seperti wayang golek menak di Jawa dan tari golek menak. Kesenian ini memiliki peran penting dalam menyebarkan nilai-nilai kepahlawanan dan keberanian Amir Hamzah.
Kisah Amir Hamzah mengalami berbagai perkembangan dalam kesusastraan dan kesenian Nusantara, dengan variasi cerita dan interpretasi yang terinspirasi dari cerita aslinya.