Liputan6.com, Jakarta - Masjid Ar-Rohmah Jeddah, Arab Saudi, merupakan salah satu destinasi populer bagi jemaah haji dan umrah, terutama dari wilayah Asia Timur. Dikenal sebagai masjid terapung pertama di dunia, masjid ini terletak di tepi Laut Merah dan memberikan pemandangan yang memukau. Terutama saat matahari terbit atau terbenam.
Baca Juga
Advertisement
Masjid ini tidak memiliki kisah sejarah tertentu yang terkait dengan perkembangan Islam. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri bahwa keindahannya, fasilitas modernnya, dan lokasi yang unik membuatnya menjadi daya tarik bagi pengunjung dari seluruh dunia.
Masjid Ar-Rohmah Jeddah juga memiliki cerita menarik tentang pendiriannya. Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun di atas tanah wakaf yang berasal dari seorang janda kaya penduduk asli setempat. Setelah kematian suaminya, wanita ini mewakafkan kekayaannya untuk membangun masjid ini, menjadikannya sebagai warisan berharga bagi umat Muslim.
Masjid ini juga terletak dalam kompleks Jeddah Corniche, yang dulunya adalah pantai kota yang menghadap Laut Merah dan sekarang telah diubah menjadi sebuah kota baru yang terkenal.
Selain menjadi tujuan ibadah, Masjid Ar-Rohmah juga menawarkan pengalaman wisata religi dan arsitektur yang mengesankan. Lampu-lampu berkilauan, pemandangan laut yang mempesona, dan fasilitas modern yang canggih, masjid ini merupakan salah satu landmark yang tak terlupakan di kota Jeddah dan menjadi daya tarik bagi wisatawan dan jemaah sepanjang tahun.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang Masjid Ar-Rohmah Jeddah dan sejarah berdirinya, Selasa (5/9/2023).
Destinasi Favorit Jemaah Haji dan Umrah
Masjid Ar-Rohmah di Jeddah telah menjadi salah satu destinasi favorit bagi para jemaah haji dan umrah sebelum mereka kembali ke negara asal mereka. Keunikan utama masjid ini adalah lokasinya yang mengapung di tepi Laut Merah.
Namun, menariknya, masjid ini tidak memiliki nilai historis signifikan dalam sejarah Islam atau kaitannya dengan ritual ibadah haji dan umrah, seperti yang dijelaskan dalam buku berjudul Menunggu Suara Azan Dari Langit Budapest, Catatan Sang Musafir: Aceh Sampai Eropah karya Usamah El-Madny.
Awalnya, masjid ini dikenal dengan nama Masjid Fatimah, tetapi seiring berjalannya waktu, peziarah mulai menyebutnya sebagai Masjid Fatimah Az-Zahra. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dan kesalahpahaman, terutama karena nama tersebut dapat dikaitkan dengan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Pemerintah Arab Saudi memutuskan untuk mengubah nama masjid ini menjadi Masjid Ar-Rahmah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang populer di kalangan masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, fungsi masjid ini telah berkembang seiring dengan pembangunan fasilitas modern dan arsitektur yang menakjubkan. Bangunan-bangunan megah masjid ini memukau mata para pengunjung, tidak hanya memberikan tempat yang nyaman untuk beribadah, tetapi juga menampilkan keindahan arsitektur. Melansir dari Alarabiya, Masjid Ar-Rohmah Jeddah adalah masjid terapung pertama di dunia.
Masjid Ar-Rohmah adalah contoh unik dari perpaduan arsitektur modern dan tradisional di kota pesisir Jeddah, Arab Saudi. Bangunan ini terletak di atas permukaan Laut Merah, menjadikannya sebagai masjid terapung pertama di dunia. Dibangun pada tahun 1985 di atas lahan seluas 2.400 meter persegi, masjid ini memiliki kapasitas untuk menampung 2.300 orang.
Selain itu, Masjid Ar-Rohmah dilengkapi dengan teknologi modern, termasuk sistem pengeras suara dan pencahayaan yang canggih. Fasad eksteriornya memiliki 52 kubah dan 23 payung yang menambah pesona visualnya. Di setiap kubah, terdapat lukisan kaligrafi Al-Quran dengan beragam jenis khat, seperti diwani, riq'ah, dan naskhi, menambahkan elemen seni yang indah ke dalam desain masjid ini.
Advertisement
Sejarah Berdiri Masjid Apung Ini
Masjid Ar-Rohmah Jeddah telah menjadi salah satu destinasi yang sangat populer dan banyak dikunjungi, terutama oleh jemaah umrah dan haji dari Asia Timur sebagaimana dilaporkan Alarabiya. Pengunjung biasanya memilih waktu kunjungan saat Subuh atau matahari terbenam untuk mengagumi keindahan masjid ini.
Masjid ini terkenal karena lampu-lampu berkilauannya dan pemandangan langsung yang menghadap ke Laut Merah.
Nama "Masjid Terapung" diberikan kepada Masjid Ar-Rohmah Jeddah karena masjid ini dikelilingi oleh air Laut Merah, sehingga memberikan kesan seakan-akan terapung di atas permukaan laut. Meskipun begitu, infrastruktur masjid telah dirancang dengan mempertimbangkan faktor cuaca, sehingga tetap aman meski terkena banjir air laut. Meskipun masjid ini tidak memiliki sejarah tertentu yang terkait dengan perkembangan Islam, lokasinya yang unik tetap menarik minat banyak orang.
Kisah dibangunnya Masjid Terapung juga menarik. Banyak sumber menyebutkan bahwa Masjid Ar-Rohmah Jeddah ini didirikan di atas tanah wakaf yang berasal dari seorang janda kaya raya penduduk asli setempat. Setelah kematian suaminya, wanita ini mewakafkan kekayaannya untuk membangun masjid ini, menjadikannya sebagai warisan yang berharga bagi umat Muslim.
Keindahan Masjid Ar-Rohmah Jeddah juga dapat dinikmati melalui taman yang mengelilinginya yang menjorok ke arah Laut Merah. Ukurannya sekitar 20 x 30 meter, masjid ini bukan hanya destinasi populer bagi para jemaah, tetapi juga menjadi bagian dari kompleks Jeddah Corniche yang terkenal. Kawasan ini dulunya adalah pantai kota Jeddah yang menghadap Laut Merah dan telah diubah menjadi sebuah kota baru yang terkenal sebagai Jeddah Corniche.
Jeddah, kota yang memiliki julukan "pengantin perempuannya laut merah," memiliki sejarah yang kaya. Salah satu momen penting adalah saat Khalifah Usman Bin Affan menjadikan Jeddah sebagai kota pelabuhan internasional bagi jemaah haji dari seluruh dunia pada tahun 647 Masehi. Kota ini juga menjadi gerbang utama bagi calon haji yang menuju Mekah dan Madinah, sehingga disebut "Pintu Gerbang Dua Tanah Haram."
Selain itu, Jeddah juga dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir Siti Hawa, istri Nabi Adam AS. Makam Siti Hawa, yang dikenal sebagai Moqbara Umna Hawwa, terletak di pusat kota Jeddah. Ziarah ke makam ini memiliki aturan tertentu, seperti larangan membawa perangkat kamera atau video, dan wanita tidak diizinkan masuk ke dalam area pemakaman ini.