Muhammad Bin Salman Al-Saud yang Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), menyatakan bahwa negaranya semakin mendekati normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 11 Jun 2024, 13:19 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2024, 08:15 WIB
Muhammad Bin Salman Al-Saud yang Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. (Source: AP Photo/Cliff Owen)

Liputan6.com, Jakarta Pangeran Mahkota Arab Saudi, Muhammad Bin Salman Al-Saud, baru-baru ini menyatakan bahwa perdamaian antara Arab Saudi dan Israel semakin mendekati kenyataan. Pernyataan ini menandai langkah signifikan dalam hubungan diplomatik di Timur Tengah yang selama ini penuh dengan ketegangan. Optimisme Pangeran Muhammad mencerminkan perubahan besar dalam pendekatan politik Saudi terhadap Israel.

Upaya perdamaian ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk perubahan geopolitik dan kepentingan ekonomi bersama antara kedua negara. Muhammad Bin Salman menekankan pentingnya dialog dan kerjasama untuk menciptakan stabilitas di kawasan tersebut. Dengan adanya potensi normalisasi hubungan, Arab Saudi dan Israel diharapkan dapat membuka babak baru dalam sejarah hubungan internasional mereka.

Meski demikian, tantangan besar masih ada, terutama dari pihak-pihak yang menentang normalisasi hubungan ini. Namun, pernyataan optimistis dari Muhammad Bin Salman memberikan harapan baru bagi perdamaian yang telah lama diimpikan. Dunia kini menantikan langkah konkret berikutnya yang akan diambil oleh kedua negara dalam mewujudkan perdamaian tersebut.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai Muhammad Bin Salman Al-Saud yang sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di depan mata yang telah dirangkum ari berbagai sumber, Selasa (11/6/2024).

Muhammad Bin Salman Al-Saud Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata

Muhammad Bin Salman Al-Saud yang Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata
Putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. (Foto: Bandar al-Jaloud / Istana Kerajaan Saudi / AFP)

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), menyatakan bahwa negaranya semakin mendekati normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, yang dikutip oleh Reuters pada Kamis (11/6/2024), MBS menyatakan, "Setiap hari kita makin dekat," ketika diminta untuk menjelaskan terkait kemungkinan kesepakatan membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Wawancara ini dilakukan di tengah upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk menengahi hubungan historis antara dua kekuatan regional yang merupakan sekutu utama Washington di Timur Tengah.

Pembicaraan mengenai normalisasi hubungan ini merupakan bagian dari perundingan yang kompleks, yang juga mencakup diskusi mengenai jaminan keamanan dari Amerika Serikat dan bantuan nuklir sipil yang diinginkan Riyadh. Selain itu, pembicaraan ini juga melibatkan potensi konsesi dari Israel kepada Palestina.

"Bagi kami, masalah Palestina sangat penting. Kami perlu menyelesaikan bagian itu," kata MBS, penguasa de facto Arab Saudi, ketika ditanya apa yang diperlukan untuk mendapatkan perjanjian normalisasi.

"Dan kami memiliki strategi negosiasi yang baik hingga saat ini," tambahnya, menekankan pentingnya menemukan solusi yang dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat.

MBS juga menyuarakan kekhawatirannya mengenai kemungkinan Iran memperoleh senjata nuklir, sebuah isu yang menjadi perhatian bersama bagi Arab Saudi dan Israel serta upaya Amerika Serikat untuk membendung pengaruh Teheran.

"Itu tindakan yang buruk," katanya. "Jika kamu menggunakannya, kamu harus bertengkar hebat dengan seluruh dunia."

Ketika ditanya apa yang akan terjadi jika Iran benar-benar mendapatkan bom nuklir, MBS menegaskan, "Jika mereka mendapatkannya, kita harus mendapatkannya," menunjukkan sikap tegas dan kehati-hatian dalam menghadapi potensi ancaman di kawasan tersebut.

Profil Muhammad Bin Salman Al-Saud

Muhammad Bin Salman Al-Saud yang Sebut Perdamaian Arab Saudi-Israel di Depan Mata
Mohammed bin Salman ditunjuk jadi putra Mahkota Arab Saudi (Foto:Hassan Ammar/AP)

Muhammed bin Salman Al-Saud, yang lebih dikenal sebagai MBS, adalah Putra Mahkota Arab Saudi dan penguasa de facto negara tersebut. Muhammed bin Salman Al-Saud memiliki nama lengkap Muhammad bin Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman Alu Saud Lahir pada 31 Agustus 1985, MBS adalah putra dari Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan istri ketiganya, Fahda binti Falah bin Sultan bin Hathleen. Ia adalah tokoh yang sangat berpengaruh di Arab Saudi dan dikenal karena visinya yang ambisius untuk modernisasi dan reformasi di kerajaan tersebut.

1. Latar Belakang dan Pendidikan

MBS lahir di Riyadh, ibu kota Arab Saudi, dan merupakan anak ketujuh dari Raja Salman. Ia memperoleh gelar sarjana hukum dari King Saud University, di mana ia lulus di peringkat kedua dari seluruh angkatan. Selain pendidikan formal, MBS juga mendapatkan banyak pelatihan dan pengalaman praktis dalam berbagai aspek pemerintahan dan bisnis, yang mempersiapkannya untuk peran kepemimpinan di masa depan.

2. Karier Politik dan Pemerintahan

Karier politik MBS dimulai ketika ia menjadi penasihat khusus bagi ayahnya, yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur Riyadh. Ketika Raja Salman naik tahta pada Januari 2015, MBS diangkat menjadi Menteri Pertahanan, menjadikannya menteri termuda di dunia pada saat itu. Selain menjabat sebagai Menteri Pertahanan, MBS juga ditunjuk sebagai Ketua Dewan Urusan Ekonomi dan Pembangunan, yang bertanggung jawab atas kebijakan ekonomi negara.

Pada April 2016, MBS meluncurkan Visi 2030, sebuah rencana ambisius untuk mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi yang selama ini sangat bergantung pada minyak. Visi 2030 mencakup reformasi sosial dan ekonomi yang luas, termasuk pengembangan sektor non-minyak, pengurangan subsidi, peningkatan investasi asing, dan peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.

3. Reformasi dan Kontroversi

Sebagai bagian dari Visi 2030, MBS telah melakukan sejumlah reformasi sosial yang signifikan, termasuk mengizinkan perempuan untuk mengemudi, membuka kembali bioskop, dan mengurangi kekuasaan polisi moral. Reformasi-reformasi ini mendapat pujian di dalam dan luar negeri, namun kebijakan dan gaya kepemimpinan MBS juga menimbulkan kontroversi.

Salah satu isu paling kontroversial adalah keterlibatannya dalam perang di Yaman, yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Selain itu, MBS juga mendapat sorotan tajam terkait pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat Saudi di Istanbul pada 2018, yang memicu kecaman internasional dan memperburuk citra Arab Saudi di dunia.

4. Pengaruh dan Masa Depan

Meskipun menghadapi banyak tantangan dan kritik, MBS tetap menjadi tokoh sentral dalam upaya modernisasi dan transformasi Arab Saudi. Kebijakannya yang berani dan visinya untuk masa depan Arab Saudi telah mengubah dinamika politik dan ekonomi di kawasan tersebut. Dengan dukungan kuat dari ayahnya, Raja Salman, serta posisinya sebagai Putra Mahkota, MBS diharapkan akan terus memainkan peran kunci dalam menentukan arah masa depan negara tersebut.

Mohammed bin Salman adalah figur yang kompleks, dipuji karena visinya yang progresif dan reformis, namun juga dikritik karena kebijakan dan tindakannya yang kontroversial. Di bawah kepemimpinannya, Arab Saudi berada di persimpangan jalan, menghadapi tantangan besar namun juga peluang besar untuk transformasi dan kemajuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya