Raden Patah: Kisah Sultan Demak Bintoro Pertama dan Kejayaan Kerajaan Islam di Jawa

Temukan kisah menarik Raden Patah, sultan Demak Bintoro pertama yang mengubah wajah Pulau Jawa. Dari kelahirannya yang unik hingga perjuangannya membangun kerajaan Islam pertama di Jawa.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 15 Agu 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2024, 16:30 WIB
FOTO: Jejak Syiar Islam di Masjid Agung Demak
Suasana Masjid Agung Demak di Bintoro, Demak, Jawa Tengah, pada akhir Maret lalu. Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Kerajaan Demak Bintoro memiliki tempat istimewa dalam sejarah Indonesia. Sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, Demak menjadi titik balik penting dalam perkembangan politik, sosial, dan budaya di Nusantara. Di balik kejayaan Demak, ada sosok penting yang menjadi fondasi kekuatan kerajaan ini: Raden Patah, sultan Demak Bintoro yang pertama.

Raden Patah bukanlah nama asing bagi mereka yang mengenal sejarah Indonesia. Namun, kisah hidupnya yang penuh lika-liku dan perjuangannya dalam membangun Demak menjadi kerajaan yang besar masih belum banyak diketahui. Dari kelahirannya yang unik, perjalanan spiritualnya, hingga strategi politiknya yang brilian, Raden Patah meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi perkembangan Islam dan budaya di Tanah Jawa.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri perjalanan hidup Raden Patah sebagai sultan Demak Bintoro yang pertama. Kita akan mengungkap asal-usulnya yang menarik, perjuangannya membangun Demak dari sebuah kadipaten kecil menjadi kerajaan besar, serta perannya dalam menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana warisan Raden Patah masih terasa hingga saat ini, baik dalam bentuk peninggalan fisik maupun nilai-nilai yang ditanamkannya.

Untuk mengenal lebih dekat tentang Sultan Demak Bintoro yang pertama, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (15/8/2024).

Asal-Usul Raden Patah: Putra Majapahit yang Menjadi Sultan Demak

Kisah Raden Patah dimulai dari sebuah pernikahan politik di Kerajaan Majapahit. Prabu Brawijaya V atau Prabu Kertabumi, raja terakhir Majapahit, menikahi seorang putri dari Champa (sekarang bagian dari Vietnam) yang kemudian dikenal sebagai Putri Cempa. Dari pernikahan ini, lahirlah seorang putra yang kelak akan dikenal sebagai Raden Patah.

Namun, takdir berkata lain. Ketika masih dalam kandungan, Putri Cempa dihadiahkan kepada Aria Damar, penguasa Palembang. Inilah yang menyebabkan Raden Patah lahir dan dibesarkan di Palembang, jauh dari tanah kelahiran ayahnya. Meskipun demikian, darah Majapahit tetap mengalir dalam dirinya.

Raden Patah tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas dan berbakat. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Keinginan ini membawanya ke Jawa, di mana ia berguru kepada salah satu tokoh penting dalam penyebaran Islam di Nusantara: Sunan Ampel.

Perjalanan Spiritual dan Politik Raden Patah

Di bawah bimbingan Sunan Ampel, Raden Patah tidak hanya memperdalam ilmu agama, tetapi juga belajar tentang kepemimpinan dan strategi politik. Sunan Ampel melihat potensi besar dalam diri Raden Patah dan menikahkannya dengan putrinya, Nyai Ageng Maloka. Pernikahan ini semakin memperkuat posisi Raden Patah dalam lingkaran para wali dan ulama di Jawa.

Atas perintah Sunan Ampel, Raden Patah kemudian bermukim di sebuah daerah yang dikenal sebagai Glagah Wangi atau Bintoro. Di sinilah ia memulai misinya untuk menyebarkan agama Islam. Namun, Raden Patah tidak hanya fokus pada dakwah. Ia juga mulai membangun kekuatan politik dan ekonomi di wilayah tersebut.

Glagah Wangi atau Bintoro, yang kelak akan menjadi pusat Kerajaan Demak, berkembang pesat di bawah kepemimpinan Raden Patah. Wilayah ini tidak hanya menjadi pusat penyebaran agama Islam, tetapi juga berkembang menjadi pusat kegiatan politik, militer, perdagangan, dan pengembangan budaya Islam di Jawa.

Penobatan Raden Patah sebagai Sultan Demak Bintoro Pertama

Mengintip 'Benda Peninggalan' di Masjid Walisongo
Masjid Demak sering dijuluki 'Masjid Walisongo' karena dibangun oleh Raja Demak, Raden Patah bersama walisongo

Pertumbuhan pesat Bintoro di bawah kepemimpinan Raden Patah tidak luput dari perhatian Prabu Kertabumi, raja Majapahit. Mengetahui asal-usul Raden Patah, Prabu Kertabumi mengakuinya sebagai putra dan mengizinkan Raden Patah untuk melanjutkan misinya di Bintoro. Bahkan, Raden Patah kemudian diangkat sebagai Adipati Notopraja, sebuah pengakuan resmi atas kekuasaannya di wilayah tersebut.

Namun, situasi politik di Majapahit semakin tidak stabil. Konflik internal dan ancaman dari luar membuat kekuasaan Majapahit semakin melemah. Di sisi lain, kekuatan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah terus bertumbuh, didukung oleh para wali dan penguasa wilayah pesisir utara Jawa yang telah memeluk Islam.

Momen Bersejarah: Penobatan Sultan Demak Pertama

Titik balik dalam sejarah Demak terjadi ketika Prabu Kertabumi wafat dalam sebuah pertempuran melawan Girindra Wardana Dyah Ranawijaya. Mendengar kabar ini, Raden Patah mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Kudus untuk menyerang Majapahit, sebagai bentuk pembalasan atas wafatnya sang ayah.

Setelah berhasil mengalahkan Majapahit, Demak muncul sebagai kekuatan politik baru di Jawa. Momentum ini dimanfaatkan oleh para wali dan penguasa wilayah yang telah memeluk Islam untuk menobatkan Raden Patah sebagai Sultan Demak yang pertama. Penobatan ini menandai lahirnya kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.

Raden Patah dinobatkan dengan gelar lengkap "Senopati Jimbun Ngabdul Rahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama". Gelar ini mencerminkan berbagai aspek dari kekuasaan dan peran Raden Patah: sebagai pemimpin militer (Senopati), penguasa wilayah (Panembahan Palembang), dan pemimpin agama (Sayidin Panatagama).

Kejayaan Demak di Bawah Kepemimpinan Sultan Pertama

Mengintip 'Benda Peninggalan' di Masjid Walisongo
Memasuki bagian dalam, terdapat makam raja-raja kesultanan Demak, Raden Patah dan Pati Unus (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Di bawah kepemimpinan Raden Patah sebagai sultan Demak Bintoro yang pertama, kerajaan ini mengalami masa kejayaan. Wilayah kekuasaan Demak meluas, mencakup daerah-daerah strategis seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.

Ekspansi wilayah ini tidak hanya memperkuat posisi politik Demak, tetapi juga memperluas jaringan perdagangan kerajaan. Demak menjadi pusat perdagangan yang ramai, menghubungkan wilayah penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur dengan pasar di Malaka dan wilayah barat.

Pembangunan Masjid Agung Demak

Salah satu peninggalan paling penting dari masa pemerintahan Raden Patah adalah Masjid Agung Demak. Pembangunan masjid ini melibatkan para wali dan sunan, menjadikannya bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga simbol penyatuan kekuatan Islam di Jawa.

Masjid Agung Demak memiliki arsitektur yang unik, memadukan unsur-unsur budaya Jawa dengan nilai-nilai Islam. Atapnya yang bertingkat tiga dan adanya pendapa mencerminkan gaya arsitektur asli Indonesia. Keberadaan masjid ini menjadi bukti nyata bagaimana Islam yang dibawa oleh Raden Patah dan para wali mampu beradaptasi dengan budaya lokal.

Perkembangan Budaya dan Pendidikan Islam

Selain pembangunan fisik, Raden Patah juga memberikan perhatian besar pada pengembangan budaya dan pendidikan Islam. Di bawah kepemimpinannya, Demak menjadi pusat pembelajaran Islam yang menarik banyak santri dari berbagai daerah.

Perkembangan budaya Islam di Demak tidak menghapuskan tradisi lokal yang sudah ada. Sebaliknya, terjadi akulturasi budaya yang melahirkan bentuk-bentuk kesenian dan tradisi baru. Upacara-upacara seperti perayaan Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi mulai dirayakan secara luas, dari pusat kerajaan hingga ke desa-desa.

Strategi Politik dan Militer Raden Patah

FOTO: Jejak Syiar Islam di Masjid Agung Demak
Umat muslim melaksanakan ibadah di Masjid Agung Demak, Bintoro, Demak, Jawa Tengah, pada akhir Maret lalu. Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno yang dibangun oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak dibantu para Walisongo pada abad ke-15 Masehi. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebagai sultan Demak Bintoro yang pertama, Raden Patah menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam strategi politik dan militer. Ia tidak hanya berhasil memperluas wilayah kekuasaan Demak, tetapi juga mampu membangun aliansi yang kuat dengan para penguasa Muslim di pesisir utara Jawa.

Salah satu strategi politik Raden Patah yang paling berhasil adalah memanfaatkan jaringan para wali dan ulama untuk memperkuat legitimasinya. Dukungan dari tokoh-tokoh agama ini tidak hanya memperkuat posisinya sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai pemimpin agama.

Ekspedisi Militer ke Malaka

Pada tahun 1512 Masehi, Raden Patah mengirim ekspedisi militer ke Malaka untuk melawan penjajahan Portugis. Meskipun ekspedisi ini tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, langkah ini menunjukkan ambisi Demak untuk menjadi kekuatan maritim yang diperhitungkan di kawasan.

Ekspedisi ke Malaka juga memperlihatkan visi Raden Patah yang melampaui batas-batas Pulau Jawa. Ia memahami pentingnya menguasai jalur perdagangan maritim untuk memperkuat posisi Demak secara ekonomi dan politik.

Warisan dan Pengaruh Raden Patah

Warisan dan Pengaruh Raden Patah
Warisan dan Pengaruh Raden Patah./Youtube.com/Tentang Kita

Warisan Raden Patah sebagai sultan Demak Bintoro yang pertama tidak hanya berupa peninggalan fisik seperti Masjid Agung Demak. Lebih dari itu, ia meninggalkan warisan berupa nilai-nilai dan teladan kepemimpinan yang masih relevan hingga saat ini.

Teladan Kepemimpinan

Raden Patah dikenal sebagai pemimpin yang memiliki berbagai kualitas unggul:

  1. Patuh kepada orang tua dan guru: Meskipun tumbuh jauh dari ayahnya, Raden Patah tetap menghormati Prabu Kertabumi. Ia juga sangat menghormati gurunya, Sunan Ampel.
  2. Ulama besar yang ulet dan tangguh: Raden Patah tidak hanya fokus pada urusan politik, tetapi juga terus memperdalam ilmu agama dan menyebarkannya.
  3. Negarawan besar: Ia mampu membangun Demak dari sebuah kadipaten kecil menjadi kerajaan besar yang berpengaruh.
  4. Ahli strategi: Kemampuannya dalam menyusun strategi politik dan militer terbukti dari keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan Demak.
  5. Cinta tanah air: Raden Patah menunjukkan dedikasi yang besar untuk membangun dan memajukan wilayahnya.

Pengaruh dalam Perkembangan Islam di Jawa

Peran Raden Patah dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Jawa sangatlah besar. Ia tidak hanya menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, tetapi juga mendorong perkembangan pendidikan dan budaya Islam yang berakar pada kearifan lokal.

Model penyebaran Islam yang dikembangkan oleh Raden Patah dan para wali, yang mengedepankan pendekatan kultural dan akomodatif terhadap tradisi lokal, menjadi contoh yang banyak diikuti dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah di Nusantara.

Tantangan dan Akhir Masa Pemerintahan

Meskipun berhasil membangun Demak menjadi kerajaan yang kuat, Raden Patah juga menghadapi berbagai tantangan selama masa pemerintahannya. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga stabilitas internal kerajaan di tengah proses transisi dari sistem kerajaan Hindu-Buddha ke sistem kerajaan Islam.

Raden Patah juga harus menghadapi ancaman dari luar, terutama dari kekuatan-kekuatan Eropa yang mulai masuk ke Nusantara. Meskipun ekspedisi ke Malaka tidak berhasil mengusir Portugis, langkah ini menunjukkan kesadaran Raden Patah akan ancaman kolonialisme yang mulai muncul.

Masa pemerintahan Raden Patah sebagai sultan Demak Bintoro yang pertama berakhir pada tahun 1518. Ia digantikan oleh putranya, Pati Unus, yang dikenal juga dengan nama Pangeran Sabrang Lor. Meskipun masa pemerintahan penggantinya tidak berlangsung lama, fondasi yang dibangun oleh Raden Patah memungkinkan Demak untuk terus berkembang dan mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya