Mengenal Empty Nest Syndrome, Rasa Kesepian Orang Tua saat Anaknya Mulai Tinggal Terpisah

Empty Nest Syndrome adalah istilah yang menggambarkan perasaan sedih, kehilangan, dan cemas yang dialami orang tua ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah untuk mandiri, seperti melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mulai bekerja.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 29 Agu 2024, 12:27 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2024, 12:27 WIB
Mengenal Empty Nest Syndrome, Rasa Kesepian yang Dirasakan Orang Tua Saat Anaknya Pisah Rumah untuk Hidup Mandiri
"Kredit foto oleh Pexels.com/cottonbro studio"

Liputan6.com.com, Jakarta Ketika saatnya tiba, anak-anak akan beranjak dewasa. Mereka akan menikah dan membentuk keluarga sendiri. Pada momen itu, biasanya mereka akan meninggalkan rumah orang tua untuk hidup mandiri. Bagi beberapa orang tua, hal ini bisa menjadi momen yang berat, karena mereka tidak lagi bisa tinggal serumah dengan anak-anaknya. Perasaan ini dikenal dengan istilah Empty Nest Syndrome.

Empty Nest Syndrome adalah istilah yang menggambarkan perasaan sedih, kehilangan, dan cemas yang dialami orang tua ketika anak-anak mereka meninggalkan rumah untuk mandiri, seperti melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mulai bekerja. Kondisi ini sering kali lebih umum terjadi pada ibu, yang biasanya berperan sebagai pengasuh utama dan mungkin telah menghabiskan dua dekade atau lebih dalam membesarkan anak-anak mereka.

Perasaan yang timbul akibat Empty Nest Syndrome bisa bervariasi, mulai dari kesedihan mendalam dan kehilangan tujuan hidup, hingga kecemasan mengenai kesejahteraan anak-anak yang telah pergi. Meskipun peristiwa ini dianggap sebagai langkah normal dalam perkembangan anak, banyak orang tua yang merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (29/8/2023), beberapa faktor yang dapat memperburuk Empty Nest Syndrome termasuk hubungan pernikahan yang tidak stabil, identitas diri yang sangat bergantung pada peran sebagai orang tua, dan kesulitan dalam menerima perubahan. Selain itu, orang tua yang juga menghadapi peristiwa hidup stres lainnya, seperti pensiun atau kehilangan pasangan, lebih rentan mengalami sindrom ini.

Walaupun Empty Nest Syndrome bisa menimbulkan perasaan negatif, periode ini juga dapat menjadi kesempatan untuk menemukan kembali diri sendiri dan mengeksplorasi minat serta hobi yang mungkin terabaikan selama bertahun-tahun mengasuh anak.

Cara Mencegah Empty Nest Syndrome

Ilustrasi orang tua dan anak
Ilustrasi orang tua dan anak. (Photo by leah hetteberg on Unsplash)

1. Persiapkan anak untuk mandiri

Sejak usia dini, sangat penting untuk menanamkan rasa tanggung jawab dan kemandirian pada anak-anak. Berikan mereka kesempatan untuk membuat keputusan kecil, seperti memilih pakaian atau mengatur jadwal belajar mereka sendiri. Dengan cara ini, anak-anak akan lebih siap menghadapi kehidupan mandiri ketika saatnya tiba. Misalnya, ajarkan mereka keterampilan dasar seperti memasak, mencuci, dan mengelola keuangan pribadi.

2. Bangun hubungan yang sehat

Ciptakan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak-anak. Diskusikan harapan, impian, dan kekhawatiran secara rutin. Hubungan yang kuat akan membantu orang tua merasa lebih terhubung meskipun anak-anak sudah tidak tinggal serumah. Hal ini juga menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbagi pengalaman mereka setelah meninggalkan rumah.

3. Fokus pada diri sendiri

Dorong orang tua untuk mengeksplorasi minat dan hobi mereka sendiri. Ini bisa termasuk kegiatan seperti olahraga, seni, atau belajar keterampilan baru. Dengan memiliki kegiatan yang memuaskan, orang tua dapat mengalihkan perhatian dari perasaan kehilangan saat anak-anak pergi. Misalnya, bergabung dengan kelas yoga atau kelompok seni dapat membantu orang tua menemukan komunitas baru dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.

4. Rencanakan kegiatan bersama

Selama masa transisi, rencanakan kegiatan yang menyenangkan bersama anak-anak sebelum mereka pergi. Hal ini bisa mencakup perjalanan keluarga, piknik, atau hanya menghabiskan waktu berkualitas di rumah. Kegiatan ini tidak hanya menciptakan kenangan positif tetapi juga memperkuat ikatan keluarga sebelum anak-anak memulai babak baru dalam hidup mereka.

Cara Mencegah Empty Nest Syndrome

ibu dan anak dewasa
ilsutrasi perempuan mertua orang tua/Photo by Elina Fairytale

5. Dukung kemandirian anak

Berikan dukungan penuh saat anak-anak bersiap untuk meninggalkan rumah. Ini bisa mencakup membantu mereka mencari tempat tinggal, mempersiapkan kebutuhan sehari-hari, atau memberikan nasihat bijak tentang kehidupan mandiri. Dengan cara ini, orang tua dapat merasa lebih optimis menghadapi perubahan yang akan datang, karena mereka tahu anak-anak mereka siap menghadapi tantangan baru.

6. Jaga kesehatan mental

Orang tua juga perlu menjaga kesehatan mental mereka sendiri. Jika merasa cemas atau tertekan, sangat penting untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional. Mengikuti terapi atau bergabung dengan kelompok dukungan dapat membantu mengatasi perasaan yang muncul dan memberikan strategi untuk menghadapi perubahan.

7. Tetap terhubung

Setelah anak-anak pergi, tetaplah berkomunikasi secara rutin. Mengatur panggilan video atau kunjungan dapat membantu menjaga hubungan tetap erat dan mengurangi perasaan kesepian. Ini juga memberi orang tua kesempatan untuk terus terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, meskipun mereka tidak lagi tinggal bersama.

8. Fokus pada pertumbuhan pribadi

Gunakan waktu ini untuk merenungkan tujuan hidup dan apa yang ingin dicapai di masa depan. Ini bisa menjadi kesempatan emas untuk mendefinisikan kembali diri dan mengejar impian yang mungkin terabaikan. Misalnya, orang tua bisa mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan, memulai bisnis, atau terlibat dalam kegiatan sukarela.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kelak jika kamu menjadi orang tua, kamu dapat lebih siap menghadapi perubahan yang datang dengan kepergian anak-anakmu dan mengurangi risiko mengalami Empty Nest Syndrome. Membangun fondasi yang kuat sejak dini akan membantu menciptakan transisi yang lebih mulus dan positif bagi seluruh keluarga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya