BDS Movement, Mengenal Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi Terhadap Israel

Latar belakang, tujuan, metode, dan dampak dari BDS movement.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 17 Sep 2024, 15:45 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2024, 15:45 WIB
Kampanye Anti-Israel
Sebuah tanda di dinding di kota Bethlehem, West Bank, menyerukan pemboikotan produk Israel dari permukiman Yahudi, pada 5 Juni 2015. (Thomas Coex/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Gerakan BDS (Boycott, Divestment, and Sanctions) atau BDS movement telah menjadi topik yang semakin hangat diperbincangkan dalam beberapa tahun terakhir. BDS movement merupakan kampanye global yang bertujuan untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional terkait hak-hak rakyat Palestina. Sejak diluncurkan pada 2005, BDS movement telah mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan di seluruh dunia, termasuk aktivis, akademisi, selebritas, dan organisasi masyarakat sipil.

Inti dari BDS movement adalah seruan untuk melakukan boikot ekonomi, akademik, dan budaya terhadap Israel, serta mendorong penarikan investasi dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina. Para pendukung BDS movement meyakini bahwa tekanan internasional ini dapat memaksa Israel untuk mengakhiri pendudukan ilegal, memberikan kesetaraan penuh bagi warga Palestina di Israel, dan menghormati hak kembali pengungsi Palestina.

Meskipun BDS movement telah mendapatkan momentum yang signifikan, gerakan ini juga menghadapi tantangan dan kritik dari berbagai pihak. Pemerintah Israel dan para pendukungnya menganggap BDS movement sebagai ancaman strategis dan telah melakukan berbagai upaya untuk melawannya. 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum secara mendalam tentang latar belakang, tujuan, metode, dan dampak dari BDS movement, pada Selasa (17/9).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Latar Belakang dan Sejarah BDS Movement

Tuntut Upaya Perdamaian, Aktivis Pro Palestina di Prancis Kembali Berunjuk Rasa
Pengunjuk rasa juga menyerukan pemboikotan. (Lionel BONAVENTURE/AFP)

BDS movement memiliki akar yang dapat ditelusuri ke berbagai inisiatif boikot terhadap Israel yang telah ada sebelumnya. Namun, gerakan ini secara resmi diluncurkan pada 9 Juli 2005, tepat setahun setelah Mahkamah Internasional mengeluarkan pendapat penasihat yang menyatakan bahwa pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat adalah ilegal menurut hukum internasional.

Pada saat itu, lebih dari 170 organisasi masyarakat sipil Palestina mengeluarkan seruan bersama untuk melakukan boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel. Seruan ini dikenal sebagai "BDS Call" dan menjadi landasan bagi gerakan global yang kemudian berkembang. BDS Call menuntut Israel untuk memenuhi tiga tuntutan utama:

  1. Mengakhiri pendudukan dan kolonisasi atas semua tanah Arab yang diduduki sejak 1967 dan membongkar Tembok Pemisah.
  2. Mengakui hak-hak fundamental warga negara Arab-Palestina Israel untuk kesetaraan penuh.
  3. Menghormati, melindungi, dan mempromosikan hak-hak pengungsi Palestina untuk kembali ke rumah dan properti mereka sebagaimana diatur dalam Resolusi PBB 194.

Sejak diluncurkan, BDS movement telah berkembang menjadi gerakan global yang terdesentralisasi namun terkoordinasi. Berbagai organisasi, kelompok mahasiswa, serikat pekerja, dan aktivis di seluruh dunia telah mengadopsi prinsip-prinsip BDS dan mengorganisir kampanye-kampanye lokal untuk mendukung tujuan gerakan ini.


Tujuan dan Metode BDS Movement

BDS movement memiliki tujuan utama untuk menekan Israel agar memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional dan menghormati hak-hak rakyat Palestina. Gerakan ini mengadopsi strategi yang terinspirasi dari gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan, dengan keyakinan bahwa tekanan internasional dapat memaksa perubahan kebijakan dan perilaku Israel.

Metode yang digunakan oleh BDS movement dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:

  1. Boikot: Mengajak masyarakat dan institusi untuk tidak membeli produk-produk Israel atau produk dari perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di Palestina. Boikot juga mencakup penolakan untuk berpartisipasi dalam acara-acara budaya atau akademik yang disponsori atau didukung oleh pemerintah Israel.
  2. Divestasi: Mendorong institusi keuangan, dana pensiun, dan investor lainnya untuk menarik investasi mereka dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam atau mengambil keuntungan dari pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
  3. Sanksi: Menekan pemerintah-pemerintah di seluruh dunia untuk menerapkan sanksi terhadap Israel, termasuk embargo senjata, pemutusan perjanjian perdagangan bebas, dan penangguhan keanggotaan Israel di forum-forum internasional.

BDS movement menekankan bahwa taktik-taktik ini bersifat non-kekerasan dan bertujuan untuk menciptakan tekanan ekonomi, budaya, dan politik terhadap Israel. Gerakan ini juga mendorong solidaritas lintas gerakan, menghubungkan perjuangan Palestina dengan perjuangan-perjuangan keadilan sosial lainnya di seluruh dunia.


Dampak dan Kontroversi BDS Movement

Sejak diluncurkan, BDS movement telah mencapai sejumlah kesuksesan dan juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa dampak signifikan dari gerakan ini antara lain:

  1. Kesadaran Publik: BDS movement telah berhasil meningkatkan kesadaran global tentang situasi di Palestina dan kebijakan-kebijakan Israel yang dianggap melanggar hukum internasional.
  2. Tekanan Ekonomi: Beberapa perusahaan besar telah memutuskan untuk menghentikan operasi mereka di wilayah pendudukan Israel sebagai respons terhadap kampanye BDS.
  3. Solidaritas Akademik: Sejumlah universitas dan asosiasi akademik telah mengadopsi kebijakan yang mendukung boikot akademik terhadap institusi-institusi Israel.
  4. Debat Publik: BDS movement telah memicu perdebatan luas tentang konflik Israel-Palestina dan hak-hak rakyat Palestina di berbagai forum internasional.

Namun, BDS movement juga menghadapi kritik dan tantangan yang signifikan:

  1. Tuduhan Antisemitisme: Kritikus BDS sering menuduh gerakan ini sebagai antisemit dan bertujuan untuk mendelegitimasi keberadaan Israel sebagai negara Yahudi.
  2. Regulasi Anti-BDS: Beberapa negara, terutama Amerika Serikat, telah mengeluarkan undang-undang yang melarang atau membatasi aktivitas BDS.
  3. Dampak Ekonomi yang Diperdebatkan: Ada perbedaan pendapat tentang sejauh mana BDS movement benar-benar mempengaruhi ekonomi Israel.
  4. Kritik terhadap Taktik: Beberapa pihak mengkritik taktik BDS sebagai kontraproduktif dan berpotensi menghambat dialog dan upaya perdamaian.

Respon Israel dan Upaya Kontra-BDS

Pemerintah Israel telah mengambil sikap yang sangat serius terhadap BDS movement, menganggapnya sebagai ancaman strategis terhadap keamanan nasional. Beberapa langkah yang diambil Israel untuk melawan BDS antara lain:

  1. Kampanye Diplomatik: Israel telah melakukan lobi intensif di berbagai negara untuk mendorong pengesahan undang-undang anti-BDS.
  2. Inisiatif "Brand Israel": Upaya untuk mempromosikan citra positif Israel di dunia internasional sebagai tandingan terhadap narasi BDS.
  3. Pengawasan dan Pembatasan: Israel telah melarang masuk aktivis BDS ke wilayahnya dan melakukan pengawasan terhadap organisasi-organisasi yang mendukung gerakan ini.
  4. Pendanaan Kontra-BDS: Pemerintah Israel telah mengalokasikan dana besar untuk mendukung kampanye dan organisasi yang melawan BDS.
  5. Tindakan Hukum: Upaya untuk menggunakan sistem hukum untuk melawan aktivis dan organisasi yang mendukung BDS.

Tantangan dan Masa Depan BDS Movement

Meski telah berkembang pesat sejak diluncurkan, BDS movement masih menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai tujuannya. Beberapa tantangan utama termasuk:

  1. Polarisasi Opini Publik: Konflik Israel-Palestina tetap menjadi isu yang sangat memecah belah, membuat sulit untuk membangun konsensus luas tentang BDS.
  2. Resistensi Institusional: Banyak institusi besar, terutama di negara-negara Barat, enggan untuk sepenuhnya mengadopsi prinsip-prinsip BDS karena tekanan politik dan ekonomi.
  3. Kompleksitas Konflik: Situasi di Israel-Palestina sangat kompleks, dan beberapa kritikus berpendapat bahwa pendekatan BDS terlalu menyederhanakan masalah.
  4. Efektivitas Jangka Panjang: Masih ada pertanyaan tentang sejauh mana BDS dapat benar-benar mempengaruhi kebijakan Israel dalam jangka panjang.

Namun, pendukung BDS tetap optimis bahwa gerakan ini akan terus tumbuh dan akhirnya mencapai tujuannya. Mereka melihat perkembangan BDS sebagai bagian dari perjuangan jangka panjang untuk keadilan dan hak asasi manusia di Palestina.

BDS movement telah menjadi salah satu gerakan solidaritas Palestina yang paling signifikan dan kontroversial dalam beberapa dekade terakhir. Dengan mengadopsi taktik non-kekerasan dan memanfaatkan jaringan global, gerakan ini telah berhasil membawa isu Palestina ke dalam perdebatan publik internasional.

Meskipun dampak ekonomi langsung dari BDS masih diperdebatkan, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan ini telah memainkan peran penting dalam membentuk diskursus global tentang konflik Israel-Palestina. Baik pendukung maupun penentang BDS setuju bahwa gerakan ini telah mengubah lanskap politik dan aktivisme terkait isu ini.

Ke depannya, BDS movement kemungkinan akan terus menjadi kekuatan yang signifikan dalam upaya mencari resolusi bagi konflik Israel-Palestina. Bagaimana gerakan ini berkembang dan beradaptasi terhadap tantangan yang dihadapinya akan memiliki implikasi penting bagi dinamika regional dan global di Timur Tengah.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya