Mengenal Brigade Al-Qassam, Pasukan Khusus Hamas yang Perjuangkan Kemerdekaan Palestina

Dibentuk pada tahun 1991, Al-Qassam merupakan kekuatan militer terbesar di Gaza, dengan fokus utama saat ini untuk melawan Israel.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 17 Sep 2024, 13:15 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2024, 13:15 WIB
Semangat Calon Prajurit Hamas Ikut Latihan Militer di Gaza
Dua kadet Palestina melewati rintangan kawat berduri saat berlatih fisik dengan militer Hamas, Brigade Ezzedin al-Qassam, di Kota Gaza (20/7/2019). Sejumlah pemuda Palestina direkrut Hamas untuk menjadi bagian anggotanya. (AFP Photo/Mahmud Hams)

Liputan6.com, Jakarta Brigade Izzuddin al-Qassam menjadi pusat perhatian internasional sejak serangan besar pada Sabtu, 7 Oktober 2023, yang berhasil menembus perbatasan Israel. Dalam serangan tersebut, brigade ini mengklaim berhasil menyandera belasan prajurit Israel, menunjukkan kemampuan mereka yang semakin berkembang dalam pertempuran. 

Dibentuk pada tahun 1991, Al-Qassam merupakan kekuatan militer terbesar di Gaza, dengan fokus utama saat ini untuk melawan Israel. Sejak dipimpin oleh Mohammad Deif pada 2002, bersama wakilnya Marwan Issa, brigade ini semakin menunjukkan kekuatannya di medan perang. Pada awal pembentukannya, brigade ini berfokus untuk menentang perundingan Perjanjian Oslo, tetapi peran mereka kini telah bergeser sepenuhnya pada perlawanan militer terhadap Israel.

Al-Qassam sering kali menjadi simbol perlawanan Palestina, terutama di Gaza, dan dalam beberapa tahun terakhir telah berulang kali menunjukkan kemampuannya melakukan serangan berani yang mengejutkan banyak pihak. Berikut ulasan lebih lanjut tentang Al-Qassam yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (17/9/2024).

Siapa Itu Brigade Al-Qassam?

Semangat Calon Prajurit Hamas Ikut Latihan Militer di Gaza
Sejumlah kadet Palestina berlatih menembak dengan militer Hamas, Brigade Ezzedin al-Qassam, di Kota Gaza (20/7/2019). Serangkaian tes militer pun harus dilakukan para kadet yang dimulai dari uji fisik, ketangkasan hingga menembak. (AFP Photo/Mahmud Hams)

Brigade Al-Qassam adalah sayap militer dari organisasi Hamas, kelompok politik dan militan Islam Sunni yang berdiri di Palestina. Nama brigade ini diambil dari Izz Ad-Din al-Qassam, seorang pendakwah Palestina yang dikenal sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan.

Didirikan pada tahun 1991, Brigade Al-Qassam awalnya beroperasi secara rahasia dan memiliki tujuan utama untuk menyatukan wilayah Israel dan Palestina di bawah pemerintahan Islam. Pada awal berdirinya, brigade ini difokuskan untuk melancarkan serangan sporadis, penculikan, dan bom bunuh diri di kawasan yang diduduki Israel, dengan berbagai taktik radikal untuk mencapai tujuan tersebut.

Seiring berjalannya waktu, terutama setelah Hamas mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza pada 2007, Brigade Al-Qassam berkembang menjadi kekuatan militer yang lebih terorganisir dan konvensional. Brigade ini sekarang memiliki struktur yang lebih formal dan operasional yang lebih terencana, meskipun mereka tetap mengadopsi berbagai metode serangan dalam melawan Israel.

Brigade Al-Qassam beroperasi hampir eksklusif di wilayah Israel dan Palestina, dan tidak pernah melakukan serangan di luar kawasan tersebut. Diperkirakan bahwa brigade ini memiliki antara 7.000 hingga 10.000 anggota aktif, dengan sekitar 20.000 cadangan. Brigade ini dipimpin oleh Mohammad Deif sejak tahun 2002, dan pendanaan mereka dikatakan berasal dari berbagai sumber, termasuk bantuan dari negara-negara seperti Arab Saudi dan Iran.

Pemimpin Brigade Al-Qassam Sempat Dinyatakan Gugur

Papan iklan di Tel Aviv, Israel, memajang potret pemimpin Hamas Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh dengan tulisan "dibunuh" dalam bahasa Ibrani, pada 2 Agustus 2024.
Papan iklan di Tel Aviv, Israel, memajang potret pemimpin Hamas Mohammed Deif dan Ismail Haniyeh dengan tulisan "dibunuh" dalam bahasa Ibrani, pada 2 Agustus 2024. (Dok. AFP/Oren Ziv)

Pemimpin Brigade Izzuddin al-Qassam, Mohammed Deif, kini berada di tengah sorotan internasional setelah kabar kematiannya muncul. Deif, yang dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam serangan besar Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza, diduga tewas dalam serangan udara Israel di Khan Younis, Gaza pada 13 Juli 2024. Namun, hingga saat ini, statusnya masih menjadi kontroversi.

Jaksa penuntut di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah menyatakan bahwa mereka akan mencabut kasus terhadap Deif jika kematiannya dapat dikonfirmasi. Pengajuan hukum yang diumumkan pada 10 September 2024 mengindikasikan bahwa ICC masih menyelidiki laporan kematian Deif dan akan menghentikan proses hukum jika bukti yang memadai mengenai kematiannya tersedia.

Sementara itu, Hamas menyatakan pada 14 Juli 2024 bahwa Deif masih hidup setelah serangan udara Israel yang menewaskan banyak orang, termasuk beberapa anak-anak. Hamas menegaskan bahwa Deif selamat dari serangan tersebut dan menyebutkan bahwa negosiasi untuk gencatan senjata di Gaza masih berlangsung. Namun, Hamas belum memberikan bukti konkret untuk mendukung klaim mereka mengenai kondisi Deif.

Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan ketidakpastian mengenai kematian Deif, mengindikasikan bahwa meskipun ada serangan besar yang menargetkan Deif, belum ada konfirmasi mutlak tentang kematiannya. Netanhayu juga menekankan bahwa semua pemimpin Hamas, termasuk Deif, menjadi target operasional Israel.

Dengan situasi yang masih berkembang dan informasi yang belum sepenuhnya jelas, kabar mengenai status Mohammed Deif tetap menjadi isu utama dalam konflik yang sedang berlangsung dan proses hukum internasional terkait.

Pengangkatan Yahya Sinwar sebagai Pemimpin Hamas dan Kesetiaan Brigade Al-Qassam

Yahya Sinwar
Beberapa menit setelah pengumuman tersebut, sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, mengatakan bahwa mereka menembakkan rentetan roket dari Jalur Gaza ke arah Israel. (MAHMUD HAMS / AFP)

Pada saat yang krusial dalam konflik Israel-Palestina, Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer utama Hamas, secara resmi mengucapkan sumpah setia kepada Yahya Sinwar, yang baru-baru ini terpilih sebagai ketua baru biro politik Hamas. Pengangkatan Sinwar sebagai pemimpin menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran pada 31 Juli 2024, merupakan langkah penting dalam penguatan struktur kepemimpinan Hamas di tengah ketegangan yang meningkat.

Yahya Sinwar, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala gerakan Hamas di Jalur Gaza sejak 2017, terpilih sebagai ketua biro politik pada 2024. Sinwar dikenal sebagai arsitek dari operasi serangan lintas batas “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan dampak besar pada Israel dan mencoreng reputasi intelijen dan keamanan negara tersebut.

Dalam pernyataan mereka, Brigade Al-Qassam menegaskan komitmen penuh untuk mendukung kepemimpinan Sinwar. Abu Ubaida, juru bicara Brigade Al-Qassam, menyebut pemilihan Sinwar sebagai bukti kekuatan dan vitalitas Hamas, menunjukkan kesiapan brigade untuk melaksanakan keputusan dan arahan dari pemimpin baru mereka.

Pemilihan Sinwar dan sumpah setia Brigade Al-Qassam datang pada saat yang sangat sensitif. Israel, yang menganggap Sinwar sebagai target utama, telah menyatakan bahwa penghapusan Sinwar adalah salah satu tujuan utama dari operasi militer mereka terhadap Gaza. Perang yang sedang berlangsung telah menyebabkan kerugian besar, dengan hampir 40.000 orang Palestina tewas dan lebih dari 91.700 terluka sejak Oktober 2023.

Di tengah situasi yang semakin memburuk di Gaza, dengan blokade yang parah dan krisis kemanusiaan yang mendalam, pengangkatan Sinwar sebagai pemimpin Hamas dan dukungan dari Brigade Al-Qassam menandakan fase baru dalam dinamika konflik. Sementara Israel terus menghadapi kecaman internasional atas tindakannya, Hamas berusaha memperkuat posisinya dengan kepemimpinan baru yang lebih terpusat dan berkomitmen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya