Indonesia Pusaka Lirik, Makna, Sosok Pencipta Lagu, dan Sejarah di Baliknya

Ismail Marzuki adalah pencipta Indonesia Pusaka lirik.

oleh Laudia Tysara diperbarui 18 Sep 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 06:00 WIB
Pengibaran bendera Merah Putih di Bundaran HI
Sejumlah pasukan pengibar bendera (Paskibra) berbaris membawa bendera Merah Putih di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Kamis (15/8/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh warga negara Indonesia perlu mengenal Indonesia Pusaka lirik sebagai bagian dari warisan budaya dan semangat nasionalisme. Lagu kebangsaan ini diciptakan oleh Ismail Marzuki, seorang komponis legendaris Indonesia, pada tahun 1949 di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Indonesia Pusaka mengandung makna mendalam tentang kecintaan pada tanah air, kebanggaan akan kekayaan alam, dan tekad untuk menjaga kedaulatan negara.

Ismail Marzuki, pencipta lagu Indonesia Pusaka lirik, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam perkembangan musik nasional Indonesia. Karyanya yang berjumlah lebih dari 200 lagu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah pergerakan nasional dan perayaan kemerdekaan. Indonesia Pusaka lirik menjadi salah satu mahakarya Ismail Marzuki yang paling dikenal dan sering dinyanyikan dalam berbagai acara kenegaraan.

Makna utama Indonesia Pusaka terletak pada penggambaran Indonesia sebagai warisan berharga yang harus dijaga dan dibanggakan oleh seluruh bangsa. Lirik lagu wajib ini menekankan hubungan emosional antara warga negara dengan tanah kelahirannya, sekaligus mengingatkan akan tanggung jawab untuk melestarikan dan memajukan negara.

Indonesia Pusaka lirik juga menyiratkan harapan agar Indonesia tetap berjaya dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Selasa (17/9/2024).

Indonesia Pusaka Lirik

Tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang bertugas untuk mengibarkan bendera Merah Putih pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau HUT ke-79 RI pada Sabtu, (17/8/2024)
Tim Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang bertugas untuk mengibarkan bendera Merah Putih pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia atau HUT ke-79 RI pada Sabtu, (17/8/2024). (Lizsa Egeham).

Indonesia Tanah Air Beta

Pusaka Abadi nan Jaya

Indonesia Sejak Dulu Kala

Tetap Dipuja Puja Bangsa

Di Sana Tempat Lahir Beta

Dibuai Dibesarkan Bunda

Tempat Berlindung di Hari Tua

Tempat Akhir Menutup Mata

Indonesia Tanah Air Beta

Pusaka Abadi nan Jaya

Indonesia Sejak Dulu Kala

Tetap Dipuja Puja Bangsa

Di Sana Tempat Lahir Beta

Dibuai Dibesarkan Bunda

Tempat Berlindung di Hari Tua

Makna Lirik Indonesia Pusaka

Indonesia Pusaka lirik mengandung pesan mendalam tentang kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air. Melansir dari buku "Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia" (2010), lagu ini sering dinyanyikan pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, menegaskan posisinya sebagai simbol nasionalisme.

Bait pertama, "Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya," langsung menyatakan tema utama lagu ini: Indonesia sebagai tanah air yang berharga dan abadi. Penggunaan kata "pusaka" menekankan nilai Indonesia sebagai warisan yang harus dijaga dan dihormati oleh generasi ke generasi.

Bait kedua Indonesia Pusaka lirik, "Indonesia sejak dulu kala, tetap dipuja-puja bangsa," menggambarkan kebanggaan historis dan kontinuitas budaya Indonesia. Kalimat ini menyiratkan bahwa kecintaan pada tanah air bukan hal baru, melainkan tradisi yang telah berlangsung lama. Hal ini memperkuat rasa identitas nasional dan mengingatkan pendengar akan kewajiban mereka untuk meneruskan warisan leluhur.

Pada bait ketiga dan keempat, Indonesia Pusaka lirik mengekspresikan hubungan personal antara individu dengan tanah airnya. "Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda," menggambarkan Indonesia bukan hanya sebagai entitas geografis, tetapi juga sebagai 'ibu' yang membesarkan anak-anaknya. Metafora ini memperdalam ikatan emosional antara warga negara dengan negaranya, menyamakan cinta tanah air dengan kasih sayang terhadap ibu.

Bait terakhir Indonesia Pusaka lirik, "Tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata," menyiratkan komitmen seumur hidup terhadap negara. Ini menunjukkan bahwa kecintaan pada tanah air bukan hanya tentang masa lalu atau masa kini, tetapi juga tentang masa depan. Lirik ini mengajak pendengar untuk memikirkan warisan apa yang akan mereka tinggalkan untuk generasi mendatang, mendorong rasa tanggung jawab terhadap pembangunan dan pelestarian negara.

Secara keseluruhan, Indonesia Pusaka lirik merangkum esensi nasionalisme dalam bentuk yang puitis dan mudah diingat. Lagu ini tidak hanya mengekspresikan kebanggaan, tetapi juga mengingatkan akan tanggung jawab setiap warga negara.

Melalui lirik yang sederhana namun kuat, Ismail Marzuki berhasil menciptakan sebuah himne yang terus bergema di hati masyarakat Indonesia, menginspirasi generasi demi generasi untuk mencintai dan mengabdi pada tanah air mereka.

Sosok Pencipta Lirik Indonesia Pusaka

Sejarah, Detik-detik Proklamasi Dipenganti di Ibu Kota Negara Nusantara
Presiden Joko Widodo (kiri tengah) menyerahkan bendera Merah-Putih kepada seorang pembawa bendera untuk dikibarkan dalam upacara Peringatan Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia di Istana Kepresidenan yang baru di Ibu Kota Negara, Nusantara, Sabtu, 17 Agustus 2024. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Ismail Marzuki, pencipta Indonesia Pusaka lirik, lahir pada 11 Mei 1914 di Kwitang, Jakarta. Melansir dari website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ismail Marzuki tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan seni dan budaya.

Meskipun tidak mendapatkan pendidikan musik formal, bakatnya dalam bermusik mulai terlihat sejak usia muda. Ia belajar secara otodidak dan berlatih berbagai alat musik, termasuk piano, gitar, biola, dan saksofon, yang kemudian menjadi fondasi bagi karirnya sebagai komponis.

Perjalanan Ismail Marzuki dalam dunia musik dimulai saat ia bergabung dengan kelompok musik Lief Java pada tahun 1936. Dikutip dari Buku "Biografi Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman", selama karirnya, Ismail Marzuki menciptakan lebih dari 200 lagu yang sebagian besar bernafaskan semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Lagu-lagunya tidak hanya populer pada masanya, tetapi juga bertahan hingga saat ini dan sering digunakan dalam berbagai peringatan nasional.

Indonesia Pusaka lirik, salah satu karya masterpiece Ismail Marzuki, diciptakan pada tahun 1949. Lagu ini lahir di tengah-tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, mencerminkan semangat zaman dan harapan akan masa depan bangsa yang baru merdeka. Melalui Indonesia Pusaka lirik, Ismail Marzuki berhasil menangkap dan mengekspresikan perasaan cinta tanah air yang mendalam, sekaligus menyuarakan optimisme akan kejayaan Indonesia di masa depan.

Kehidupan pribadi Ismail Marzuki juga menarik untuk disoroti. Ia menikah dengan Eulis Zuraidah, seorang seniman Sunda, namun pasangan ini tidak dikaruniai anak. Meskipun demikian, mereka saling mendukung dalam karir masing-masing, dengan Eulis menjadi pendamping setia Ismail hingga akhir hayatnya. Dedikasi Ismail terhadap musik dan negara tercermin dalam karya-karyanya, termasuk Indonesia Pusaka lirik, yang terus menginspirasi generasi penerus.

Ismail Marzuki wafat pada usia 44 tahun, tepatnya pada 25 Mei 1958 di Kampung Bali, Jakarta. Meskipun relatif singkat, hidupnya meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia musik Indonesia. Karya-karyanya, termasuk Indonesia Pusaka lirik, terus diajarkan di sekolah-sekolah dan dinyanyikan dalam berbagai acara kenegaraan, memastikan bahwa semangat nasionalisme yang ia tanamkan terus hidup dalam hati rakyat Indonesia.

Nama Ismail Marzuki diabadikan sebagai nama jalan dan pusat kesenian di Jakarta, menunjukkan penghargaan bangsa terhadap kontribusinya yang besar dalam membangun identitas musikal Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya