Liputan6.com, Jakarta Lagu Syukur adalah lagu wajib nasional Indonesia yang diciptakan oleh Husein Mutahar. Lagu ini berisi tentang masyarakat Indonesia yang diajak untuk sama-sama mensyukuri nikmat Allah SWT karena atas ridhonya. Lagu ini memiliki makna yang sangat dalam dan berhubungan dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
Sebagian besar orang mungkin baru mengetahui kalau lirik lagu Syukur bait yang pertama saja, atau stanza yang pertama saja. Padahal, lirik lagu Syukur selengkapnya terdiri dari tiga stanza.
Advertisement
Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk mengetahui lirik lagu Syukur selengkapnya dalam tiga stanza. Di samping itu, penting juga bagi kita untuk memahami makna di balik lirik lagu Syukur tersebut.
Advertisement
Berikut adalah lirik lagu Syukur tiga stanza dan maknanya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (4/6/2024).
Lirik Lagu Syukur 3 Stanza
Berikut adalah lirik lagu Syukur yang lengkap 3 stanza:
Stanza Pertama:
Â
Dari yakinku teguh
Hati ikhlas 'ku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan
Â
Â
Stanza Kedua:
Â
Dari yakinku teguh
Cinta ikhlas 'ku penuh
Akan jasa usaha
Pahlawanku yang baka
Indonesia merdeka
Syukur aku hunjukkan
Ke bawah duli tuan
Â
Â
Stanza Ketiga:
Â
Dari yakinku teguh
Bakti ikhlas 'ku penuh
Akan azas rukunmu
Pandu bangsa yang nyata
Indonesia merdeka
Syukur aku hunjukkan
Ke hadapanmu tuan
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan
Â
Â
Advertisement
Makna Lirik Lagu Syukur
Lirik lagu Syukur mengandung makna yang sangat dalam dan berhubungan erat dengan perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Lagu ini merupakan wujud puji syukur yang dipersiapkan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam liriknya, terdapat keyakinan dan keikhlasan dalam berjuang demi membela negara, sebagaimana yang dilakukan oleh para pahlawan dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
Lagu Syukur juga menggambarkan pengorbanan yang telah diberikan oleh para pahlawan, baik secara fisik maupun materi, untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal ini menjadi alasan mengapa penghargaan dan apresiasi kepada mereka sangatlah penting. Lagu ini juga menitipkan harapan pada pemimpin bangsa, agar mereka dapat berbakti kepada rakyat dan memastikan kerukunan, kesejahteraan, dan kemakmuran terwujud.
Selain itu, lirik lagu Syukur juga mencerminkan situasi kemiskinan yang melanda Indonesia saat itu. Husein Mutahar, penulis lirik lagu ini, menyaksikan banyak warga Semarang yang makan bekicot dalam upaya bertahan hidup di masa penjajahan Jepang. Melalui lagu ini, Husein Mutahar ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan itu sendiri merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan tersebut harus terus dilanjutkan.
Secara keseluruhan, lirik lagu Syukur mengajak setiap individu untuk bersyukur atas kemerdekaan yang sudah dicapai oleh bangsa ini, serta mengingatkan akan perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan untuk mencapainya. Lagu ini menjelaskan bahwa kemerdekaan adalah anugerah yang harus dijaga, dirawat, dan dirayakan oleh semua warga negara sehingga Indonesia dapat membangun kehidupan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Pencipta Lagu Syukur
Husein Mutahar, seorang tokoh pencipta lagu perjuangan di Indonesia, adalah sosok yang menciptakan lagu nasional Indonesia yang berjudul "Syukur." Ia adalah seorang komponis yang juga merupakan seorang habib, keturunan nabi Muhammad SAW. Dengan latar belakang agamisnya, Husein Mutahar menciptakan lagu Syukur sebagai ajakan kepada rakyat Indonesia untuk senantiasa bersyukur atas karunia Tuhan yang telah menjadikan bangsa ini merdeka.
Lagu Syukur sendiri merupakan karya puncak dari Husein Mutahar, tercipta pada tahun 1944. Menurut buku "Indonesia Pusaka" karya Sopan Adrianto, lagu ini memiliki tempo yang lamban dan dianggap sebagai lagu yang mengheningkan cipta. Melalui lagu ini, pencipta berusaha mengajak rakyat Indonesia untuk merenung dan bersyukur atas kemerdekaan yang telah mereka raih.
Fakta menarik lainnya adalah ketika Husein Mutahar menciptakan lagu Syukur, ia sedang berada di sebuah hotel di Yogyakarta dan berada dalam satu kamar dengan Hoegeng, seorang polisi yang sangat jujur dan bersih. Husein Mutahar menuliskan lagu ini saat sedang berada di toilet hotel, dan Hoegeng membantu mendapatkan kertas agar Husein bisa menulis dan meluapkan ide untuk lagunya.
Karya-karya Husein Mutahar, termasuk lagu Syukur, telah menjadi bagian penting dari sejarah musik Indonesia dan turut menginspirasi semangat patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat. Lagu Syukur sendiri tetap menjadi salah satu lagu yang dihormati dan sering dinyanyikan dalam berbagai upacara kenegaraan dan acara nasional. Selain lagu Syukur, Husein Mutahar juga menciptakan beberapa lagu nasional lainnya, termasuk "Hari Merdeka," "Dirgahayu Indonesia," dan "Himne Universitas Indonesia."
Dalam buku "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" karya Cindy Adams, terungkap peran penting Husein Mutahar dalam menjaga Bendera Pusaka agar tidak jatuh ke tangan musuh. Dengan tindakan cerdasnya, Husein Mutahar memisahkan kedua warna bendera tersebut, yaitu merah dan putih, yang telah dijahit oleh istri Bung Karno, Ibu Fatmawati. Ia menaruh kain merah dan putih tersebut di dua tas berbeda dan menumpuknya dengan baju miliknya. Tindakan cerdas ini menghindari potensi bahaya apabila bendera tersebut jatuh ke tangan musuh, dan menunjukkan dedikasi Mutahar dalam menjalankan tugasnya untuk melindungi simbol penting kemerdekaan Indonesia. Dengan semua prestasinya, Husein Mutahar telah meninggalkan warisan berharga yang terus dikenang dan dihargai dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Advertisement