Kamu Korban Gaslighting? Ungkap Kebenaran yang Mengejutkan di Balik Manipulasi Psikologis dan Cara Mengatasinya

Pelajari apa itu gaslighting, tanda-tandanya, dan cara mengatasi manipulasi psikologis ini. Lindungi diri Anda dari dampak negatif gaslighting dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 24 Sep 2024, 13:04 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 12:15 WIB
Contoh Perilaku Gaslighting
Ilustrasi Perilaku Gaslighting Credit: pexels.com/Fendy

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda merasa kebingungan dan mulai meragukan ingatan atau persepsi Anda sendiri karena perkataan atau tindakan orang lain? Jika ya, Anda mungkin sedang mengalami gaslighting. Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan, baik romantis, keluarga, pertemanan, maupun di tempat kerja.

Istilah "gaslighting" berasal dari drama panggung tahun 1938 berjudul "Gas Light" yang kemudian diadaptasi menjadi film pada tahun 1940 dan 1944. Dalam cerita tersebut, seorang suami berusaha membuat istrinya percaya bahwa dia berhalusinasi dengan sengaja memanipulasi cahaya gas di rumah mereka.

Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang apa itu gaslighting, bagaimana mengenali tanda-tandanya, dan langkah-langkah yang dapat Anda ambil untuk melindungi diri dari dampak negatifnya. Dengan memahami konsep ini, Anda akan lebih siap menghadapi situasi manipulatif dan menjaga kesehatan mental Anda.

Untuk memahami lebih dalam tentang apa itu gaslighting dan bagaimana cara mengatasinya, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (24/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa Itu Gaslighting?

Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis di mana seseorang atau sekelompok orang berusaha membuat orang lain meragukan ingatan, persepsi, atau penilaian mereka sendiri. Tujuan utama dari gaslighting adalah menciptakan ketidakpastian dan keraguan diri pada korban, sehingga pelaku dapat memperoleh kendali atas situasi atau hubungan.

Dr. Paige Sweet, asisten profesor sosiologi di University of Michigan, menjelaskan bahwa gaslighting erat kaitannya dengan upaya untuk mengasosiasikan seseorang dengan label "gila". Pelaku gaslighting berusaha membuat korban merasa tidak stabil, tidak rasional, dan tidak dapat dipercaya. Mereka ingin korban merasa bahwa apa yang mereka lihat atau alami tidaklah nyata.

Hal yang membedakan gaslighting dari bentuk manipulasi lainnya adalah bahwa pelaku tidak hanya ingin mengendalikan korban atau mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka juga menginginkan korban untuk setuju dengan perspektif mereka dan meragukan realitas yang sebenarnya.

Mengapa Disebut 'Gaslighting'?

Istilah "gaslighting" muncul dari drama panggung berjudul "Gas Light" yang dipentaskan pada tahun 1938. Cerita ini kemudian diadaptasi menjadi film berjudul "Gas Light" pada tahun 1940 dan "Gaslight" pada tahun 1944 yang dibintangi oleh Charles Boyer dan Ingrid Bergman.

Dalam cerita tersebut, seorang suami berusaha meyakinkan istrinya bahwa dia berhalusinasi. Salah satu cara yang dia lakukan adalah dengan sengaja meredupkan lampu gas di rumah mereka, lalu menyangkal bahwa ada perubahan pada intensitas cahaya ketika istrinya mengomentari hal tersebut. Tujuannya adalah membuat sang istri percaya bahwa dia telah kehilangan akal sehatnya.

Sejak saat itu, istilah "gaslighting" mulai digunakan secara luas untuk menggambarkan manipulasi psikologis yang serupa dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari.


Tanda-tanda Gaslighting

Tanda-tanda Gaslighting
Ilustrasi Tanda-tanda Gaslighting Credit: pexels.com/Barren

Mengenali tanda-tanda gaslighting sangatlah penting agar Anda dapat melindungi diri dari dampak negatifnya. Berikut adalah beberapa indikator yang perlu Anda waspadai:

1. Efek "Twilight Zone": Korban gaslighting sering merasa seperti berada dalam situasi yang tidak nyata, seolah-olah terjadi di dimensi yang berbeda dari kehidupan normal mereka.

2. Penggunaan bahasa yang meremehkan: Pelaku gaslighting sering menggunakan kata-kata yang menggambarkan korban sebagai "gila", "tidak rasional", atau "terlalu emosional".

3. Dituduh melebih-lebihkan: Ketika Anda mengungkapkan kekhawatiran atau perasaan, pelaku gaslighting mungkin mengatakan bahwa Anda terlalu berlebihan menanggapi situasi tersebut.

4. Merasa bingung dan tidak berdaya: Setelah berinteraksi dengan pelaku gaslighting, Anda mungkin merasa bingung dan tidak mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi.

5. Isolasi: Pelaku gaslighting sering berusaha mengisolasi korban dari teman, keluarga, dan jaringan pendukung lainnya.

6. Tone policing: Jika Anda menantang pelaku gaslighting, mereka mungkin mengkritik nada suara Anda untuk mengalihkan perhatian dari masalah yang sebenarnya.

7. Perilaku hangat-dingin yang bergantian: Untuk membuat korban tidak seimbang, pelaku gaslighting mungkin bergantian antara pelecehan verbal dan pujian, bahkan dalam percakapan yang sama.

National Domestic Violence Hotline juga mengidentifikasi lima teknik yang sering digunakan oleh pelaku gaslighting:

1. Menahan diri: Pelaku berpura-pura tidak mengerti atau menolak mendengarkan.

2. Menyanggah: Pelaku mempertanyakan ingatan korban tentang kejadian, meskipun korban mengingatnya dengan benar.

3. Memblokir/Mengalihkan: Pelaku mengubah topik pembicaraan dan/atau mempertanyakan pikiran korban.

4. Meremehkan: Pelaku membuat kebutuhan atau perasaan korban terlihat tidak penting.

5. Lupa/Menyangkal: Pelaku berpura-pura lupa apa yang sebenarnya terjadi atau menyangkal hal-hal seperti janji yang telah dibuat kepada korban.


Dampak Gaslighting terhadap Kesehatan Mental

Seputar Gaslighting
Ilustrasi Gaslighting Credit: pexels.com/Seth

Gaslighting dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental korban. Beberapa efek yang mungkin dialami oleh korban gaslighting antara lain:

1. Kecemasan: Korban mungkin merasa cemas dan gelisah karena terus-menerus meragukan persepsi mereka sendiri.

2. Depresi: Perasaan tidak berdaya dan kebingungan yang terus-menerus dapat menyebabkan depresi pada korban gaslighting.

3. Disorientasi: Korban mungkin merasa kehilangan arah dan sulit memahami realitas di sekitar mereka.

4. Penurunan harga diri: Gaslighting dapat menyebabkan korban merasa tidak berharga dan tidak mampu.

5. Gangguan stres pasca-trauma (PTSD): Dalam kasus yang parah, korban gaslighting mungkin mengalami PTSD.

6. Kewaspadaan berlebihan: Korban mungkin menjadi sangat waspada terhadap bahaya potensial, yang dikenal sebagai "hypervigilance".

7. Pikiran bunuh diri: Dalam kasus ekstrem, korban gaslighting mungkin mengalami pikiran untuk mengakhiri hidup mereka.

Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, sangat penting untuk mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau konselor yang dapat membantu Anda mengatasi trauma akibat gaslighting.


Contoh Gaslighting dalam Berbagai Konteks

gaslighting
gaslighting (Unsplash.com)

Gaslighting dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan dan situasi. Berikut adalah beberapa contoh gaslighting dalam konteks yang berbeda:

Gaslighting dalam Hubungan Romantis

Dalam hubungan romantis, gaslighting sering terjadi ketika salah satu pasangan berusaha mengendalikan yang lain. Contohnya:

  • Seorang suami yang berselingkuh meyakinkan istrinya bahwa kecurigaannya hanyalah hasil dari imajinasinya yang berlebihan.
  • Pasangan yang mencuri uang dari rekening bersama, lalu menuduh pasangannya "ceroboh" dalam mengelola keuangan ketika uang tersebut hilang.

Gaslighting di Tempat Kerja

Di lingkungan kerja, gaslighting dapat terjadi antara atasan dan bawahan atau antar rekan kerja. Contohnya:

  • Seorang manajer yang mengabaikan laporan pelecehan seksual dari karyawannya, dengan mengatakan bahwa korban "terlalu sensitif" atau "salah mengartikan" situasi tersebut.
  • Rekan kerja yang sengaja menyembunyikan informasi penting, lalu menyalahkan Anda karena tidak mengetahui informasi tersebut.

Gaslighting dalam Konteks Rasial

Gaslighting rasial terjadi ketika stereotip atau prasangka rasial digunakan untuk memanipulasi persepsi seseorang. Contohnya:

  • Mengatakan kepada orang kulit berwarna bahwa mereka "terlalu sensitif" ketika membicarakan masalah rasisme sistemik.
  • Gerakan "All Lives Matter" yang berusaha mengaburkan fokus dari isu-isu spesifik yang dihadapi oleh komunitas kulit hitam.

Gaslighting dalam Politik

Politisi atau entitas politik terkadang menggunakan taktik gaslighting untuk mempengaruhi opini publik. Contohnya:

  • Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau berita palsu, lalu menyangkal bahwa mereka pernah mengatakan hal tersebut ketika dikonfrontasi dengan bukti.
  • Menggunakan bahasa eufemistik untuk mengaburkan kenyataan yang tidak menyenangkan, seperti menyebut kamp konsentrasi sebagai "pusat relokasi".

Cara Mengatasi Gaslighting

Gaslighting dan Narsisme
Ilustrasi Gaslighting Credit: pexels.com/Allef

Jika Anda merasa sedang mengalami gaslighting, berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk melindungi diri:

1. Ceritakan pengalaman Anda kepada orang lain: Jangan hanya bercerita kepada satu orang. Bagikan pengalaman Anda dengan beberapa orang terpercaya dalam jaringan sosial Anda. Mereka dapat membantu memverifikasi pengalaman Anda dan memberikan dukungan emosional.

2. Jaga kontak dengan teman dan keluarga: Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat Anda, bahkan jika Anda tidak secara langsung membicarakan tentang gaslighting. Isolasi membuat Anda lebih rentan terhadap manipulasi.

3. Catat kejadian dalam jurnal: Menulis jurnal dapat membantu Anda mempertahankan perspektif yang jelas tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ini juga bisa menjadi bukti jika Anda memutuskan untuk mengambil tindakan hukum di kemudian hari.

4. Percayai intuisi Anda: Jika sesuatu terasa salah, mungkin memang ada yang tidak beres. Jangan biarkan orang lain meyakinkan Anda bahwa perasaan Anda tidak valid.

5. Tetapkan batasan yang jelas: Komunikasikan batasan Anda dengan tegas kepada pelaku gaslighting dan pertahankan konsekuensi jika mereka melanggarnya.

6. Cari bantuan profesional: Konselor atau terapis dapat membantu Anda memproses pengalaman Anda dan mengembangkan strategi untuk menghadapi gaslighting.

7. Pertimbangkan untuk mengakhiri hubungan: Jika gaslighting terus berlanjut dan membahayakan kesehatan mental Anda, mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan mengakhiri hubungan tersebut.

8. Hubungi hotline bantuan: Jika Anda mengalami gaslighting dalam konteks kekerasan dalam rumah tangga, jangan ragu untuk menghubungi hotline bantuan.

Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan korban. Dengan memahami tanda-tanda gaslighting dan mengetahui cara mengatasinya, Anda dapat lebih baik melindungi diri dari dampak negatifnya.

Ingatlah bahwa Anda berhak untuk merasa aman, dihargai, dan dipercaya dalam semua hubungan Anda. Jika Anda merasa sedang mengalami gaslighting, jangan ragu untuk mencari bantuan dari orang-orang terdekat atau profesional kesehatan mental. Anda tidak sendirian dalam menghadapi situasi ini, dan ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu Anda memulihkan rasa percaya diri dan kewarasan Anda.

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, Anda dapat mengatasi gaslighting dan membangun hubungan yang lebih sehat dan saling menghargai di masa depan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya