Liputan6.com, Jakarta Dalam penanggalan Islam, nama-nama bulan hijriyah memiliki makna dan sejarah yang mendalam, mencerminkan kondisi sosial dan budaya masyarakat Arab pada masa itu. Setiap nama bulan dalam kalender hijriyah memiliki arti khusus yang berkaitan dengan fenomena alam, kegiatan sosial, atau peristiwa penting yang terjadi pada masa tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Memahami nama-nama bulan hijriyah menjadi sangat penting bagi umat Islam, karena berkaitan erat dengan pelaksanaan berbagai ibadah dan peringatan hari-hari besar Islam. Dari Muharram hingga Dzulhijjah, setiap bulan memiliki karakteristik dan keutamaan tersendiri yang menjadi panduan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah sepanjang tahun.
Mengetahui nama-nama bulan hijriyah beserta sejarahnya juga membantu kita memahami perkembangan peradaban Islam dan bagaimana sistem penanggalan ini telah membentuk kehidupan sosial dan religius umat Islam. Setiap nama bulan menyimpan kisah dan hikmah yang menarik untuk dipelajari dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber nama-nama bulan Hijriyah dan maknanya, pada Kamis (21/11).
1. Muharram (محرم)
Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender hijriyah dan memiliki kedudukan istimewa sebagai salah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Nama Muharram berasal dari kata "haram" (حرم) yang secara literal berarti terlarang atau diharamkan. Pemilihan nama ini memiliki kaitan erat dengan tradisi masyarakat Arab yang mengharamkan peperangan pada bulan ini.
Sejarah penamaan bulan Muharram mencerminkan kebijaksanaan masyarakat Arab kuno dalam menjaga perdamaian. Pada masa jahiliyah, meskipun sering terjadi konflik antar suku, mereka memiliki kesepakatan untuk tidak melakukan peperangan di bulan ini. Tradisi ini kemudian dilanjutkan dan diperkuat dalam ajaran Islam, menjadikan Muharram sebagai bulan yang sangat dihormati.
Dalam Islam, bulan Muharram memiliki beberapa keutamaan dan amalan khusus. Di antaranya adalah puasa Tasua pada tanggal 9, puasa Asyura pada tanggal 10, dan puasa pada tanggal 11. Rasulullah SAW menyebut puasa di bulan Muharram sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Bulan ini juga dikenal sebagai momentum yang baik untuk memulai tahun baru dengan berbagai kebaikan dan pertaubatan.
2. Shafar (صفر)
Shafar menempati posisi kedua dalam urutan bulan hijriyah. Nama ini berasal dari kata "shifr" (صفر) yang berarti kosong atau nol. Penamaan ini memiliki kaitan historis dengan kondisi sosial masyarakat Arab pada masa tersebut, di mana banyak perkampungan yang menjadi kosong karena penduduknya keluar untuk berbagai keperluan.
Kekosongan perkampungan pada bulan Shafar terjadi karena beberapa faktor. Pertama, pada masa ini biasanya masyarakat Arab melakukan perjalanan dagang ke berbagai wilayah. Kedua, sebagian penduduk juga keluar untuk mencari sumber air dan padang rumput baru untuk ternak mereka. Kondisi ini menciptakan situasi di mana banyak pemukiman yang tampak lengang atau kosong.
Meskipun ada mitos yang berkembang di masyarakat tentang kesialan bulan Shafar, hal ini sebenarnya merupakan kepercayaan jahiliyah yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri telah membantah adanya konsep bulan sial, dan menegaskan bahwa setiap waktu memiliki potensi keberkahan bagi mereka yang memanfaatkannya dengan baik.
3. Rabiul Awwal (ربيع الأول)
Rabiul Awwal menempati posisi ketiga dalam kalender hijriyah dan memiliki arti khusus bagi umat Islam. Nama ini berasal dari kata "rabi" (ربيع) yang berarti musim semi atau masa di mana tumbuh-tumbuhan mulai berbunga. Penamaan ini berkaitan dengan kondisi alam di jazirah Arab yang mengalami musim semi pada periode tersebut.
Bulan ini memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah Islam karena bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal. Peristiwa bersejarah ini kemudian diperingati oleh sebagian besar umat Islam di seluruh dunia sebagai Maulid Nabi, meskipun terdapat perbedaan pendapat tentang perayaannya.
Rabiul Awwal juga menandai awal musim yang penuh keberkahan, di mana tanaman mulai tumbuh dan cuaca menjadi lebih bersahabat. Bagi masyarakat Arab kuno, ini merupakan periode yang dinantikan karena membawa harapan akan hasil panen yang baik dan kehidupan yang lebih makmur.
Advertisement
4. Rabiul Akhir (ربيع الآخر)
Rabiul Akhir atau juga dikenal sebagai Rabiul Tsani (ربيع الثاني) adalah bulan keempat dalam kalender hijriyah. Nama ini masih berkaitan dengan musim semi yang berlanjut dari bulan sebelumnya, menandakan periode di mana kehidupan alam berada dalam puncak keindahannya.
Dalam tradisi masyarakat Arab, bulan ini memiliki makna khusus sebagai masa kembalinya para musafir dan pedagang dari perjalanan mereka. Setelah melewati musim dingin dan awal musim semi, banyak kafilah dagang yang memilih untuk pulang ke kampung halaman mereka pada periode ini.
Rabiul Akhir juga dikenal sebagai bulan yang penuh berkah karena masih membawa keberlanjutan dari musim yang subur. Pada masa ini, padang rumput masih hijau dan sumber air masih melimpah, menciptakan kondisi yang ideal bagi kehidupan masyarakat nomaden Arab.
5. Jumadil Awwal (جمادى الأول)
Jumadil Awwal, yang juga dikenal sebagai Jumadil Ula (جمادى الأولى), merupakan bulan kelima dalam penanggalan hijriyah. Nama ini berasal dari kata "jamad" (جمد) yang berarti membeku, merujuk pada kondisi air yang mulai membeku karena datangnya musim dingin di jazirah Arab.
Sebelum masa Islam, bulan ini dikenal dengan nama Jumadi Khomsah, mengindikasikan posisinya sebagai bulan kelima dalam kalender. Penamaan ini mencerminkan sistem penanggalan yang telah ada dalam masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam, yang kemudian diadopsi dan disesuaikan dalam kalender hijriyah.
Meskipun bulan ini ditandai dengan cuaca yang lebih dingin, Jumadil Awwal tetap membawa berkah tersendiri bagi masyarakat Arab. Air yang membeku membantu menjaga ketersediaan air untuk periode yang lebih lama, dan cuaca dingin juga membantu mengawetkan bahan makanan dengan lebih baik.
6. Jumadil Akhir (جمادى الآخر)
Jumadil Akhir atau Jumadil Tsani (جمادى الثانية) adalah bulan keenam dalam kalender hijriyah. Seperti bulan sebelumnya, nama ini juga berkaitan dengan kondisi cuaca yang dingin dan air yang membeku. Pada masa pra-Islam, bulan ini dikenal dengan nama Jumadi Sittah.
Periode ini masih ditandai dengan suhu udara yang rendah di wilayah Arab, memengaruhi pola kehidupan dan aktivitas masyarakat. Kondisi ini membuat mereka harus beradaptasi dengan berbagai cara, termasuk dalam hal berpakaian, tempat tinggal, dan cara menyimpan makanan.
Jumadil Akhir menjadi waktu di mana masyarakat Arab mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan musim berikutnya. Mereka mulai merencanakan perjalanan dan aktivitas yang akan dilakukan ketika cuaca mulai menghangat kembali.
7. Rajab (رجب)
Rajab merupakan bulan ketujuh dalam kalender hijriyah dan termasuk salah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Nama Rajab berasal dari kata "rajaba" (رجب) yang berarti menghormati atau mengagungkan. Penamaan ini mencerminkan tingginya penghormatan masyarakat Arab terhadap kesucian bulan ini.
Pada masa jahiliyah, masyarakat Arab memiliki tradisi melepaskan mata tombak dari gagangnya sebagai simbol larangan berperang selama bulan Rajab. Tradisi ini menunjukkan bahwa bahkan sebelum kedatangan Islam, bulan ini sudah dianggap sebagai periode damai yang harus dihormati oleh semua suku.
Dalam Islam, Rajab dikenal sebagai bulan istighfar dan taubat. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam juga terjadi di bulan ini, termasuk peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
8. Sya'ban (شعبان)
Sya'ban menempati posisi kedelapan dalam urutan bulan hijriyah. Nama ini berasal dari kata "sha'ba" (شعب) yang berarti bercabang atau berpencar. Penamaan ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Arab yang berpencar mencari air dan sumber penghidupan pada periode ini.
Bulan Sya'ban memiliki kedudukan istimewa dalam Islam karena menjadi bulan persiapan menuju Ramadhan. Pada masa ini, Rasulullah SAW dikenal banyak melakukan puasa sunnah. Salah satu malam yang istimewa di bulan ini adalah malam Nisfu Sya'ban, yang jatuh pada tanggal 15, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah.
Di bulan ini juga, masyarakat Arab kuno mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi bulan Ramadhan. Mereka mengumpulkan persediaan makanan dan mengatur strategi perdagangan mengingat aktivitas akan berkurang selama bulan puasa.
9. Ramadhan (رمضان)
Ramadhan adalah bulan kesembilan dan paling mulia dalam kalender hijriyah. Nama ini berasal dari kata "ramdha" (رمض) yang berarti sangat panas atau membakar. Penamaan ini berkaitan dengan kondisi cuaca di jazirah Arab yang sangat panas pada periode tersebut.
Dalam ajaran Islam, Ramadhan memiliki kedudukan yang sangat istimewa sebagai bulan diwajibkannya puasa bagi umat Islam. Allah SWT memilih bulan ini untuk menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia. Di dalamnya terdapat malam Lailatul Qadr, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Tradisi puasa di bulan Ramadhan telah mengubah pola hidup masyarakat muslim secara signifikan. Selama sebulan penuh, umat Islam tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga meningkatkan ibadah dan amal saleh. Bulan ini menjadi momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperbaiki diri.
Advertisement
10. Syawwal (شوال)
Syawwal merupakan bulan kesepuluh dalam penanggalan hijriyah. Nama ini berasal dari kata "shala" (شال) yang berarti mengangkat atau meninggalkan. Secara historis, penamaan ini berkaitan dengan fenomena alam dimana pada masa ini unta-unta betina mengalami penurunan produksi susu akibat cuaca yang ekstrem.
Bagi umat Islam, Syawwal memiliki makna khusus sebagai bulan kemenangan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Hari pertama bulan Syawwal dirayakan sebagai Hari Raya Idul Fitri, di mana umat Islam merayakan keberhasilan mereka dalam menjalankan puasa sebulan penuh dan kembali ke fitrah (kesucian).
Bulan ini juga dikenal dengan tradisi puasa enam hari di bulan Syawwal, yang dikenal sebagai puasa Syawal. Rasulullah SAW menjanjikan bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka pahalanya seperti berpuasa setahun penuh.
11. Dzulqo'dah (ذو القعدة)
Dzulqo'dah menempati posisi kesebelas dalam kalender hijriyah dan merupakan salah satu dari empat bulan suci. Nama ini berasal dari kata "qa'ada" (قعد) yang berarti duduk atau tidak berangkat. Penamaan ini mencerminkan tradisi masyarakat Arab yang menghentikan segala bentuk peperangan dan perjalanan jauh pada bulan ini.
Dalam sejarah Islam, Dzulqo'dah menjadi bulan persiapan bagi umat Islam yang akan menunaikan ibadah haji. Pada masa ini, calon jamaah haji mulai melakukan persiapan fisik, mental, dan spiritual untuk menghadapi rangkaian ibadah haji yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya.
Bulan ini juga dikenal sebagai masa istirahat dan introspeksi diri. Masyarakat Arab kuno memanfaatkan periode ini untuk memulihkan diri dari perjalanan panjang dan mempersiapkan diri menghadapi musim haji. Dalam konteks modern, bulan ini tetap menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan mempersiapkan diri menuju puncak ibadah di bulan Dzulhijjah.
12. Dzulhijjah (ذو الحجة)
Dzulhijjah adalah bulan terakhir dalam kalender hijriyah dan merupakan bulan yang paling agung. Nama ini berasal dari kata "hajj" (حج) yang berarti berkunjung atau berhaji, karena pada bulan inilah ibadah haji dilaksanakan. Dzulhijjah menjadi saksi dari berkumpulnya umat Islam dari seluruh penjuru dunia di tanah suci Mekkah.
Sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki keutamaan khusus dalam Islam. Allah SWT bahkan bersumpah dengan sepuluh malam di awal bulan ini dalam Al-Qur'an, menunjukkan betapa mulianya waktu tersebut. Pada periode ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan baik, termasuk puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah bagi yang tidak sedang berhaji.
Puncak dari rangkaian ibadah di bulan ini adalah pelaksanaan Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah, yang diikuti dengan penyembelihan hewan kurban sebagai bentuk pengorbanan dan kepedulian sosial. Tradisi berkurban ini mengingatkan umat Islam pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS, sekaligus menjadi momentum untuk berbagi dengan sesama, khususnya kaum yang membutuhkan.
Dengan memahami sejarah dan makna dari setiap bulan dalam kalender hijriyah, umat Islam dapat lebih menghayati nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya. Setiap bulan membawa pesan dan hikmah tersendiri yang dapat menjadi panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan meningkatkan kualitas keimanan.