Mampukah Danantara Jaga Stabilitas Ekonomi Indonesia?

Danantara diharapkan ubah aset negara jadi pendorong utama stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional & maju.

oleh Andre Kurniawan Kristi Diperbarui 24 Feb 2025, 11:17 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 11:17 WIB
Kantor Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). (Foto: Liputan6.com/Arief RH)
Kantor Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). (Foto: Liputan6.com/Arief RH)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya mengatasi tantangan ekonomi yang semakin kompleks di tengah dinamika global dan penurunan nilai ekspor bahan mentah, pemerintah Indonesia meluncurkan inisiatif strategis yang diharapkan dapat mengubah paradigma pengelolaan aset negara secara menyeluruh melalui program yang dikenal dengan nama Danantara.

Seiring dengan data yang menunjukkan defisit transaksi berjalan mencapai -3,2 persen dari PDB pada 2013, pemerintah mengajukan solusi inovatif melalui pendekatan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah produk nasional sehingga ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan fluktuasi harga global dapat diminimalisir.

Inisiatif yang mengusung visi transformasi ekonomi ini, sebagaimana diungkapkan oleh pihak kepresidenan dan berbagai elemen masyarakat, diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen per tahun sekaligus menghapuskan kemiskinan ekstrem, meskipun pertanyaan publik masih menggantung mengenai sejauh mana implementasinya nantinya.

1. Latar Belakang Ekonomi dan Konsep Hilirisasi

Indonesia selama ini telah mengandalkan ekspor bahan mentah sebagai tulang punggung ekonomi yang menyebabkan kerentanan signifikan ketika harga komoditas global mengalami penurunan, sehingga menekan neraca transaksi berjalan yang pada tahun 2013 tercatat mengalami defisit mendalam dibandingkan negara lain.

Data dari BPS dan Bank Indonesia menunjukkan bahwa ketergantungan tersebut mengakibatkan dampak ekonomi yang terasa luas, terutama ketika fluktuasi pasar internasional memicu penurunan pendapatan nasional dan menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan ekonomi jangka panjang yang mendasari urgensi transformasi struktur ekonomi.

Konsep hilirisasi yang mendorong pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti pengolahan bijih nikel menjadi baterai litium pun mulai mendapat perhatian serius. Sebagai strategi untuk mengubah dinamika tersebut, dengan harapan dapat mengukir pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan berdaya saing global.

2. Pembentukan Danantara dan Ambisinya untuk Transformasi Ekonomi

Pembentukan Danantara sebagai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara merupakan upaya pemerintah untuk mengkonsolidasikan pengelolaan aset negara secara terintegrasi dengan tujuan mengoptimalkan investasi dan meminimalkan ketergantungan pada modal asing dalam sektor hilirisasi.

Pemerintahan Prabowo sendiri telah menegaskan bahwa keberadaan Danantara merupakan langkah konkret yang diharapkan dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8 persen per tahun sekaligus menghapus kemiskinan ekstrem hingga nol persen, sehingga memberikan harapan besar bagi stabilitas ekonomi di masa depan.

Selain itu, kajian dari Kantor Komunikasi Kepresidenan menekankan bahwa melalui Danantara, proses hilirisasi yang sebelumnya sangat bergantung pada investasi asing dapat dialihkan untuk lebih mengandalkan pengelolaan aset negara secara internal, sehingga menciptakan sinergi yang lebih kuat antar sektor ekonomi, seperti yang diungkapkan dalam berbagai pernyataan resmi dan didukung oleh data BKPM.

3. Tantangan Pengawasan dan Risiko Korupsi

Meski dirancang sebagai terobosan dalam pengelolaan aset negara, Danantara menghadapi sorotan tajam dari publik yang mengkhawatirkan potensi penyalahgunaan dana dan praktik korupsi, terutama dengan membayangkan bayang-bayang skandal keuangan besar seperti 1MDB yang pernah mengguncang ekonomi negara tetangga.

Para pengamat, termasuk Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy, menyarankan agar pengelolaan badan ini sepenuhnya diserahkan kepada para profesional yang berintegritas dan tidak terafiliasi dengan kepentingan politik atau kelompok tertentu, sehingga upaya pengawasan dapat berjalan secara independen dan transparan.

"Sepenuhnya serahkan ke para profesional yang berintegritas dan berkomitmen tinggi, serta tidak terafiliasi dengan partai politik dan kelompok tertentu," ujar Budi dikutip dari ANTARA pada Senin (24/2). 

Dalam konteks pengawasan, keterlibatan dewan pengawas dan DPR menjadi kunci untuk memastikan setiap transaksi investasi tidak menyimpang dari prinsip tata kelola yang baik, meskipun kekhawatiran mengenai intervensi politik dan penambahan lapisan birokrasi masih terus mencuat di kalangan masyarakat dan pengamat ekonomi.

4. Dukungan dari Partai dan Evaluasi Para Ekonom

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memberikan dukungan terhadap inisiatif Danantara dengan menilai bahwa pembentukan badan ini merupakan terobosan kreatif yang diperlukan untuk menjaga kesehatan perekonomian nasional di tengah situasi global yang menantang, seperti diungkapkan oleh juru bicara DPP PSI Kokok Dirgantoro dalam keterangannya di Jakarta.

“Dengan pengelolaan yang profesional, kita layak mendukung ide ini. Kami di PSI yakin Danantara dapat berkontribusi terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional hingga delapan persen per tahun,” ujar juru bicara DPP PSI Kokok Dirgantoro. 

Kokok menegaskan bahwa melalui pengelolaan aset negara yang profesional, Danantara dapat menjadi motor penggerak ekonomi yang signifikan, sekaligus mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional hingga delapan persen per tahun, dan menambahkan bahwa badan tersebut tetap tidak kebal hukum karena pengawasan ketat akan dilakukan oleh dewan pengawas internal maupun DPR.

Di sisi lain, ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin, mengkritisi bahwa meskipun tujuan pendirian Danantara positif untuk meningkatkan transparansi dan koordinasi dalam pengelolaan BUMN, struktur holding yang berpotensi menambah birokrasi justru bisa menghambat inovasi dan performa operasional, sehingga menuntut adanya langkah lanjutan berupa merjer dan akuisisi agar efisiensi benar-benar terwujud.

"Manfaat Danantara itu lebih ke defensif bukan ke ofensif. Artinya, transparansi dan tata kelola mungkin membaik namun performa dan inovasi belum tentu,” ungkap ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin. 

5. Prospek ke Depan dan Strategi Optimalisasi Aset Negara

Melihat potensi yang dimiliki Danantara, keberhasilan program ini sangat bergantung pada penerapan mekanisme pengawasan yang ketat dan independen, di mana keterlibatan lembaga seperti KPK, BPK, dan audit internasional menjadi syarat mutlak agar setiap langkah investasi dapat diaudit secara transparan dan akuntabel demi menjaga kepercayaan publik serta stabilitas keuangan negara.

Dengan strategi pengelolaan yang fokus pada sektor-sektor strategis serta penempatan tenaga profesional yang telah terbukti rekam jejaknya, Danantara diharapkan mampu mengubah paradigma BUMN dengan memberikan ruang bagi inovasi dan peningkatan kinerja yang lebih agresif, sehingga tidak hanya memperbaiki tata kelola, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk nasional secara signifikan.

Meskipun dalam jangka pendek dampak dari implementasi Danantara mungkin belum menunjukkan perubahan drastis, kolaborasi lintas sektor dan penataan ulang struktur investasi nasional diyakini dapat menghasilkan transformasi ekonomi yang berkelanjutan, sehingga pada akhirnya program ini bisa menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di era global yang semakin kompetitif.

Pertanyaan dan Jawaban

Q1: Apa itu Danantara dan apa tujuan utamanya?

A1: Danantara merupakan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara yang bertujuan mengoptimalkan pengelolaan aset negara, mengurangi ketergantungan pada investasi asing, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Q2: Bagaimana Danantara akan mengubah struktur investasi negara?

A2: Dengan mengkonsolidasikan pengelolaan BUMN dan menerapkan strategi hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk, Danantara diharapkan menciptakan sistem investasi yang lebih efisien dan transparan.

Q3: Apa saja tantangan utama yang dihadapi Danantara?

A3: Tantangan utama mencakup pengawasan yang ketat untuk mencegah potensi korupsi, risiko intervensi politik, dan penambahan lapisan birokrasi yang dapat menghambat inovasi serta kinerja operasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya