5 Keutamaan Puasa Syawal yang Jarang Diketahui, Raih Pahala Setara Puasa Setahun

Puasa Syawal, enam hari di bulan Syawal, memiliki keutamaan luar biasa, seperti pahala puasa setahun penuh dan penyempurna ibadah Ramadhan. Ketahui tata cara dan manfaatnya!

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 25 Mar 2025, 13:19 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2025, 13:19 WIB
[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-29, 12 Juni 2018
Semakin nggak sabar untuk merayakan Lebaran, kan? Tapi jangan lupa masih ada waktu untuk puasa dan ini jadwal sholatnya. (Ilustrasi: Pexels.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Setelah melewati bulan Ramadhan yang penuh berkah, umat Islam diberikan kesempatan untuk melanjutkan kebaikan dengan berpuasa sunnah di bulan Syawal. Tidak banyak yang mengetahui bahwa keutamaan puasa Syawal sangatlah besar, dari mendapatkan pahala setara puasa setahun hingga bentuk konsistensi dalam beribadah. Keutamaan puasa Syawal ini telah dijelaskan dalam hadits shahih dan menjadi amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dilaksanakan sebagai penyempurna ibadah Ramadhan.

Dalam praktiknya, keutamaan puasa Syawal dapat diraih dengan menjalankan puasa selama enam hari di bulan Syawal setelah menyelesaikan puasa wajib Ramadhan. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara berturut-turut atau dengan jeda sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Memahami berbagai keutamaan puasa Syawal dapat menjadi motivasi bagi umat Islam untuk tetap menjaga semangat beribadah meski bulan Ramadhan telah berlalu, sehingga nilai-nilai ketakwaan terus terpelihara dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak umat Muslim yang belum sepenuhnya memahami berbagai keistimewaan ibadah yang satu ini. Padahal, jika dicermati lebih dalam, keutamaan puasa Syawal tidak hanya terbatas pada pahala besar yang dijanjikan, tetapi juga memberikan manfaat spiritual dan kesehatan bagi pelakunya. Artikel ini akan mengupas secara lengkap tentang berbagai keutamaan puasa Syawal yang perlu diketahui, sehingga semakin menguatkan motivasi untuk melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan semangat beribadah yang tinggi.

Berikut penjelasan lengkapnya, yang telah Liputan6.com rangkum pada Selasa (25/3).

Dalil Puasa Syawal

Puasa Syawal merupakan ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan selama enam hari di bulan Syawal, yaitu bulan yang mengikuti Ramadhan dalam kalender Hijriah. Anjuran melaksanakan puasa Syawal ini didasarkan pada hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Artinya: "Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun." (HR Muslim)

Hadits ini dengan jelas menunjukkan keistimewaan puasa Syawal dan bagaimana ibadah ini dapat melengkapi puasa Ramadhan untuk memberikan pahala yang berlipat ganda. Dalam ajaran Islam, setiap amalan kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat pahala, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 160:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya: "Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan (dizalimi)." (QS. Al-An'am: 160)

Berdasarkan penjelasan ini, jika dikalkulasikan maka satu bulan puasa Ramadhan (30 hari) akan mendapatkan pahala sepuluh kali lipat, yaitu setara dengan 300 hari. Kemudian ditambah dengan 6 hari puasa Syawal yang juga dilipatgandakan menjadi 60 hari. Total keseluruhan menjadi 360 hari, yang hampir setara dengan satu tahun penuh. Inilah mengapa puasa Syawal disebut memiliki keutamaan pahala seperti berpuasa setahun penuh.

Meskipun pelaksanaan puasa Syawal sangat dianjurkan, namun puasa ini bersifat sunnah, bukan wajib. Artinya, umat Muslim bebas memilih untuk melaksanakannya atau tidak. Terdapat beberapa pendapat mengenai waktu pelaksanaan puasa Syawal. Sebagian ulama berpendapat bahwa puasa tersebut bisa dilakukan secara berturut-turut langsung setelah Idul Fitri, sebagian lain berpendapat bisa dilakukan kapan saja selama masih dalam bulan Syawal. Yang terpenting adalah niat ikhlas dan konsistensi dalam menjalankannya sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu.

 

Lima Keutamaan Puasa Syawal yang Istimewa

Puasa Syawal memiliki beberapa keutamaan istimewa yang menjadikannya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Berikut ini adalah lima keutamaan puasa Syawal yang perlu diketahui:

1. Penyempurna Puasa Ramadhan

Salah satu keutamaan puasa Syawal adalah sebagai penyempurna puasa Ramadhan. Setiap ibadah yang dilakukan manusia pasti memiliki kekurangan, sehingga dibutuhkan amalan-amalan tambahan yang bisa menambal kekurangan tersebut. Sebagaimana shalat sunnah rawatib (qabliyah dan ba'diyah) yang menjadi penyempurna bagi shalat fardhu, puasa Syawal juga berperan sebagai penyempurna puasa Ramadhan.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكْمَلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الْفَرِيضَةِ ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ

Artinya: "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amalan seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka dia beruntung dan sukses. Jika shalatnya rusak, maka dia kecewa dan merugi. Jika ada yang kurang dari kewajiban shalatnya, Allah Azza wa Jalla berfirman: 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah untuk menyempurnakan apa yang kurang dari kewajiban shalatnya.' Kemudian semua amalannya akan diperlakukan seperti itu." (HR. Tirmidzi)

Meskipun hadits ini berbicara tentang shalat, namun prinsip yang sama juga berlaku untuk ibadah puasa. Puasa sunnah, termasuk puasa Syawal, dapat menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi selama kita menjalankan puasa Ramadhan. Dengan demikian, melaksanakan puasa Syawal setelah Ramadhan merupakan bentuk ikhtiar untuk menyempurnakan ibadah puasa wajib yang telah dilakukan.

2. Mendapat Pahala Puasa Satu Tahun

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, keutamaan puasa Syawal yang paling menonjol adalah mendapatkan pahala puasa selama satu tahun penuh. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa Ramadhan yang diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal akan memberikan pahala seperti berpuasa sepanjang tahun.

Jika dihitung berdasarkan prinsip bahwa setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat, maka puasa Ramadhan selama 30 hari akan mendapatkan pahala 300 hari. Ditambah dengan puasa Syawal selama 6 hari yang juga dilipatgandakan menjadi 60 hari, totalnya menjadi 360 hari atau hampir setara dengan satu tahun.

Peluang mendapatkan pahala besar dengan usaha yang relatif ringan ini merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Melalui keutamaan puasa Syawal ini, kita diberikan kesempatan untuk meraih pahala puasa setahun penuh tanpa harus berpuasa sepanjang tahun, yang tentu saja akan sangat memberatkan dan berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Tanda Diterimanya Puasa Ramadhan

Salah satu keutamaan puasa Syawal adalah sebagai tanda diterimanya puasa Ramadhan. Dalam tradisi keilmuan Islam, salah satu ciri-ciri diterimanya sebuah amal ibadah adalah ketika seseorang diberi taufik (kemudahan) untuk melakukan kebaikan lain setelahnya. Sebagaimana disebutkan dalam atsar:

إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا

Artinya: "Sesungguhnya di antara balasan kebaikan adalah kebaikan sesudahnya."

Ketika seseorang diberi kemudahan untuk melaksanakan puasa sunnah Syawal setelah menyelesaikan puasa Ramadhan, ini bisa menjadi indikasi bahwa Allah SWT menerima ibadah puasa Ramadhannya. Sebab, jika suatu amal diterima oleh Allah SWT, maka akan mendatangkan amal-amal kebaikan berikutnya. Sebaliknya, jika suatu amal ditolak, maka akan menyebabkan kemalasan dan ketidaksemangatan dalam beribadah.

Oleh karena itu, melaksanakan puasa Syawal dapat dipandang sebagai bentuk optimisme spiritual bahwa puasa Ramadhan kita telah diterima oleh Allah SWT. Tentu saja, Allah-lah yang paling mengetahui apakah suatu amal diterima atau tidak, namun kita sebagai hamba-Nya selalu diajarkan untuk berprasangka baik kepada-Nya.

4. Sebagai Tanda Syukur

Melaksanakan puasa sunnah Syawal juga merupakan bentuk rasa syukur seorang hamba kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan selama bulan Ramadhan. Di antara nikmat tersebut adalah kemampuan untuk menjalankan ibadah puasa sepanjang bulan, melaksanakan shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan berbagai amalan lainnya. Terlebih lagi, Allah SWT telah menjanjikan ampunan bagi siapa saja yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan pengharapan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam hadits qudsi:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Artinya: "Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Puasa Syawal menjadi ungkapan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk beribadah di bulan Ramadhan. Dengan melaksanakan puasa sunnah ini, seorang hamba menunjukkan bahwa ia menghargai bulan Ramadhan bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, melainkan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas ketakwaan yang efeknya terus berlanjut setelah Ramadhan berakhir.

5. Menjaga Konsistensi Ibadah

Keutamaan puasa Syawal yang tidak kalah penting adalah sebagai sarana untuk menjaga konsistensi ibadah. Setelah sebulan penuh menjalankan puasa wajib, shalat tarawih, membaca Al-Qur'an, dan amalan-amalan lainnya, terdapat kecenderungan psikologis untuk "beristirahat" dari rutinitas ibadah. Kondisi ini seringkali menyebabkan turunnya semangat beribadah secara drastis setelah Ramadhan berakhir.

Dengan melaksanakan puasa Syawal, seorang Muslim dilatih untuk tetap istiqomah (konsisten) dalam beribadah meskipun bulan Ramadhan telah berlalu. Konsistensi ini sangat penting, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Artinya: "Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Melalui puasa Syawal, kita diingatkan bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada bulan-bulan tertentu, melainkan merupakan komitmen seumur hidup. Amalan ini mengajarkan kita untuk menjaga kebiasaan baik yang telah terbentuk selama Ramadhan, sehingga nilai-nilai ketakwaan tetap terpelihara dalam kehidupan sehari-hari.

Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan Puasa Syawal

Memahami tata cara dan waktu yang tepat untuk melaksanakan puasa Syawal sangat penting agar ibadah ini dapat dilakukan dengan benar dan mendapatkan keutamaan yang dijanjikan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai tata cara dan waktu pelaksanaan puasa Syawal:

Waktu Pelaksanaan Puasa Syawal

Puasa Syawal dilaksanakan pada bulan Syawal, yaitu bulan setelah Ramadhan dalam kalender Hijriah. Namun, perlu diingat bahwa hari pertama bulan Syawal adalah hari raya Idul Fitri di mana puasa diharamkan. Dengan demikian, puasa Syawal baru bisa dimulai pada tanggal 2 Syawal.

Mengenai kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal, terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama:

  • Pendapat pertama: Sebaiknya dilakukan secara berturut-turut setelah Idul Fitri, yaitu mulai tanggal 2 hingga 7 Syawal. Pendapat ini didasarkan pada prinsip menyegerakan kebaikan dan mengikuti lafazh hadits yang menggunakan kata "أَتْبَعَهُ" (atba'ahu) yang berarti "melanjutkannya", yang mengesankan adanya kesinambungan.
  • Pendapat kedua: Boleh dilakukan kapan saja selama masih dalam bulan Syawal, baik secara berturut-turut maupun terpisah-pisah. Pendapat ini berdasarkan pada keumuman hadits yang tidak menyebutkan secara spesifik bahwa puasa harus dilakukan secara berturut-turut. Imam Nawawi rahimahullah, seorang ulama mazhab Syafi'i, mendukung pendapat ini.

Imam Nawawi dalam kitab Syarh Shahih Muslim mengatakan:

"Puasa enam hari di bulan Syawal yang disebutkan dalam hadits ini adalah sunnah dalam mazhab kami (Syafi'i)... Dan sunnah untuk melakukannya secara berturut-turut setelah Idul Fitri, tetapi jika dilakukan secara terpisah-pisah atau ditunda sampai akhir bulan, maka hal itu tetap sah dan mendapatkan keutamaannya."

Dengan demikian, waktu pelaksanaan puasa Syawal cukup fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing individu. Yang terpenting adalah niat yang ikhlas dan konsistensi dalam menjalankannya.

Niat dan Tata Cara Puasa Syawal

Niat merupakan syarat sah dalam ibadah puasa, termasuk puasa Syawal. Niat puasa Syawal dilakukan pada malam hari sebelum fajar atau setidaknya sebelum imsak. Adapun lafazh niat puasa Syawal adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ سُنَّةً مِنْ شَوَّالٍ لِلَّهِ تَعَالَى

Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Syawal besok, karena Allah Ta'ala."

Adapun tata cara pelaksanaan puasa Syawal sama seperti puasa Ramadhan, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari (maghrib). Perbedaannya hanya pada status hukumnya, di mana puasa Ramadhan hukumnya wajib, sementara puasa Syawal hukumnya sunnah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan puasa Syawal:

  • Tidak boleh puasa pada hari raya Idul Fitri: Hari pertama bulan Syawal adalah hari raya Idul Fitri di mana puasa diharamkan.
  • Mendahulukan qadha puasa Ramadhan: Bagi yang memiliki tanggungan qadha puasa Ramadhan, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian berpendapat bahwa sebaiknya mendahulukan qadha puasa Ramadhan baru kemudian melaksanakan puasa Syawal. Sebagian lain berpendapat boleh mendahulukan puasa Syawal karena waktunya terbatas, sementara qadha puasa Ramadhan waktunya lebih fleksibel.
  • Niat yang ikhlas: Seperti ibadah lainnya, keikhlasan niat sangat penting dalam puasa Syawal. Puasa ini dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT dan mengharap pahala yang telah dijanjikan, bukan untuk riya' (pamer) atau sum'ah (mencari pujian).
  • Konsistensi: Meskipun puasa Syawal hukumnya sunnah, namun setelah berniat melaksanakannya, dianjurkan untuk menyelesaikan seluruh enam hari agar mendapatkan keutamaan yang sempurna.

Dengan memahami tata cara dan waktu pelaksanaan puasa Syawal secara benar, diharapkan ibadah ini dapat dilakukan dengan optimal dan mendapatkan keutamaan yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya