LSI: 4 Parpol Paling Banyak Diserang Kampanye Negatif

Hasil survei LSI menyatakan 4 parpol kerap jadi sasaran empuk kampanye negatif, yaitu Golkar, Demokrat, PDIP dan Gerindra.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 02 Apr 2014, 14:40 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2014, 14:40 WIB
Demokrat Sebut LSI `Lingkaran` Tidak Independen
Antarafoto

Liputan6.com, Jakarta - Kampanye negatif sangat terasa pada masa kampanye Pemilu 2014. Semua partai politik saling serang dengan mengungkapkan kegagalan lawan politiknya dalam setiap kampanye. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan ada 4 partai politik teratas yang kerap jadi sasaran empuk kampanye negatif.

"4 partai itu adalah Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, dan Gerindra," kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby di kantornya, Rabu (2/4/2014).

Adjie mengatakan, Partai Golkar mendapat kampanye negatif pada foto dan video perjalanan Ketua Umum Aburizal Bakrie ke Maladewa dengan ditemani artis terkenal. Sementara PDI Perjuangan masih dibayang bayangi isu pengkhianatan perjanjian Batu Tulis.

"Ingkar janji Jokowi yang akan memimpin Jakarta 5 tahun dan isu korupsi ratusan bus Transjakarta yang rusak juga digunakan untuk kampanye negatif," lanjutnya.

Kampanye negatif yang ditujukan ke Partai Demokrat, lanjut Adjie, masih soal korupsi petinggi partai dan penggunaan dana Bank Century untuk pemilu 2009. Sedangkan Partai Gerindra masih dihantui masa lalu Ketua Dewan Pembina partai itu, Prabowo Subianto, terkait kasus penculikan aktivis pada 1998.

"Kampanye negatif itu juga berpengaruh pada laju elektabilitas keempat partai itu," ucapnya.

Partai Golkar dari 18,3% elektabilitas pada Januari-Februari meningkat 21,9% pada Maret. PDIP dari 18,2% meningkat jadi 21,1%. Partai Gerindra 8,7% menjadi 11,1% dan Partai Demokrat dari 4,7% menjadi 7.6%.

"Kenaikan ini rata-rata hanya 3%. Sebenarnya, kenaikannya bisa lebih dari 3%, tapi karena kampanye negatif ini, laju elektabilitas partai malah terhambat," tandasnya.

Survei ini dilakukan pada 22-26 Maret 2014 dengan metode multistage random sampling. Wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dilakukan pada 1.200 responden. Margin of eror survei ini 2,9%. (Elin Yunita Kristanti)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya