Jubir: Transkrip Mega-Basrief Pencemaran Dahsyat Nama Jokowi

Transkrip itu berisi permintaan Megawati untuk tidak mengaitkan Jokowi dalam kasus korupsi bus Transjakarta.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 19 Jun 2014, 12:53 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2014, 12:53 WIB
Jokowi Targetkan Anggaran Kesehatan 10 Persen dari APBN
Dalam menentukan anggaran kesehatan, Jokowi-JK menargetkan 10 persen dari APBN

Liputan6.com, Jakarta - Kubu pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 Jokowi-JK menilai aneh kasus beredarnya transkrip atau salinan percakapan yang diduga dilakukan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Jaksa Agung Basrief Arief. Transkrip itu berisi permintaan diduga Megawati untuk tidak mengaitkan Jokowi dalam kasus korupsi bus Transjakarta.

Namun menurut timses Jokowi-JK, aneh jika seorang Jaksa Agung menuruti permintaan seseorang yang berada di luar pemerintahan.

"Beliau mantan presiden (Mega) betul dan lucu kalau Jaksa Agung nurut sama orang di luar struktur pemerintahan," kata juru bicara timses Jokowi-JK, Poempida Hidayatullah di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Poempida mengatakan, bentuk kampanye hitam melalui beredarnya transkrip itu tak juga mencemarkan nama baik Jokowi saja. Namun juga institusi Kejaksaan Agung beserta Jaksa Agung Basrief Arief.

"Pencemaran nama baik nggak Jokowi saja, tapi Basrief dan Kejagungnya," imbuhnya.

Poempida menuturkan, akan bahaya bila transkrip pembicaraan tersebut bergulir secara liar. Sebab, struktur kenegaraan dipermainkan untuk kampanye hitam.

"Belum berkuasa saja sudah separah ini, apalagi sudah berkuasa. Kita kan sedang analisa, kalau dilihat dari lawan, kita laporkan Bawaslu dan pihak hukum. Ini pencemaran nama baiknya dahsyat. Kita lihat analisa hukumnya," ucapnya.

Menurut politisi Golkar yang membelot dengan mendukung Jokowi-JK ini, susah menemukan otak intelektual dari penghembus pertama transkrip diduga Mega-Basrief. Bahkan, dia menuding ada keterlibatan intel dalam kasus ini.

"Ini dilihat dari motifnya pemain intel yang cerdas, bukan anak-anak muda cerdas. Format permainannya cerdas sekali. Permainan intel itu kan buat isu dan fitnah tanpa ketahuan," tegas Poempida.

Sementara itu, lanjut dia, penegak hukum juga berada dalam posisi sulit. Jika langsung menyelidiki kasus ini, maka aparat bisa saja dianggap tidak netral.

"Bisa saja penegak hukum diadu, supaya tak konsentrasi. Kalau agresif seakan-akan bela kita, jadi mereka limbung saja," tandas Poempida. (Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya