Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda mendengar tentang Borderline Personality Disorder (BPD)? Menurut Very Well Mind yang dilansir pada Senin (3/2/2025), BPD adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan ketidakstabilan suasana hati dan emosi, masalah dengan citra diri, perilaku impulsif, serta kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal.
Gejala BPD juga dapat meliputi perilaku berisiko tinggi, serta kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan berpikir tentang bunuh diri.
Advertisement
Baca Juga
BPD diakui sebagai gangguan kepribadian dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima (DSM-5), yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis gangguan ini. Menurut DSM-5, BPD umumnya didiagnosis pada wanita.
Advertisement
Sayangnya, individu yang mengalami BPD seringkali menghadapi kesulitan dalam membina hubungan yang stabil. Terutama dalam hubungan asmara, di mana orang dengan BPD sering kali mengalami hubungan yang kacau, intens, dan penuh konflik. Penelitian menunjukkan bahwa mereka cenderung terlibat dalam hubungan romantis yang sangat bergejolak dan penuh disfungsi.
Salah satu tanda khas BPD adalah kesulitan dalam mempertahankan hubungan, dan penelitian juga menunjukkan bahwa gejala-gejalanya seringkali berhubungan dengan semakin banyaknya hubungan romantis yang terjadi seiring waktu.
Jika Anda berencana memulai hubungan dengan seseorang yang mengidap BPD atau sedang menjalani hubungan dengan orang yang mengalaminya, penting untuk memahami lebih dalam tentang gangguan ini dan apa yang perlu diharapkan.
Begitu pula, jika Anda didiagnosis dengan BPD, penting untuk memikirkan bagaimana gejala-gejala Anda mempengaruhi kehidupan percintaan dan hubungan romantis Anda. Ketahui bagaimana BPD dapat memengaruhi hubungan Anda dan pasangan.
1. Ketidakstabilan
Saat seseorang mengalami BPD, ia sering merasa takut orang lain akan meninggalkan mereka. Namun sayangnya, perasaan mereka berubah dengan cepat. Seperti misalnya tiba-tiba menjadi tertutup dan takut akan keintiman.
Hal ini akhirnya membuat mereka menarik diri dari hubungan. Ketidakstabilan emosi ini membuatnya akan terus-menerus menuntut akan cinta atau perhatian serta penarikan diri. Akibatnya mereka bisa mengisolasi dan menghilang tanpa kabar begitu saja.Â
2. Merasa Takut Ditinggalkan
Gejala BPD lainnya yang bisa memengaruhi hubungan kalian berdua adalah adanya ketakutan yang mendalam akan pengabaian. Hal ini nantinya bisa membuat mereka akan terus-menerus bersikap waspada untuk memperhatikan tanda-tanda.Â
Karena mereka takut seseorang yang mereka cintai akan meninggalkan mereka, termasuk memerhatikan pertanda kecil yang dianggapnya sebagai pengabaian sudah semakin terlihat. Tidak jarang, emosi tersebut bisa mengakibatkan mereka bereaksi secara berlebihan untuk menghindari hal tersebut.
Sebagai contohnya, memohon, membuat keributan di depan publik, dan bahkan melakukan kekerasan secara fisik demi mencegah pasangannya pergi.
Advertisement
3. Berbohong
Gejala lain dan sering sekali dikeluhkan oleh orang-orang yang menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki BPD adalah ia terlalu sering berbohong. Walaupun sebenarnya, berbohong dan melakukan penipuan bukanlah perilaku yang termasuk dalam kriteria diagnostik formal untuk BPD, banyak orang yang melaporkan bahwa berbohong adalah salah satu perhatian terbesar mereka.
Hal ini bisa jadi dikarekanakan BPD menyebabkan orang melihat sesuatu dengan sangat berbeda dari yang lain. Akibatnya mungkin mereka memiliki skenario tersendiri dalam hubungan asmara mereka.
4. Seksualitas Impulsif
Seksualitas impulsif atau impulsive sexuality adalah gejala klasik BPD lainnya. Rupanya, banyak orang dengan BPD bergumul dengan masalah seksualitas.Â
Selain itu, sebagian besar orang dengan BPD mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak, yang dapat membuat hubungan seks menjadi sangat rumit.
Apakah Hubungan dengan Orang BPD Bisa Bertahan?
Sebagian besar hubungan melewati honeymoon phase. Termasuk saat Anda menjalin hubungan dengan orang yang memiliki BPD.
Orang dengan BPD sering melaporkan bahwa pada awal hubungan romantis baru, mereka menempatkan pasangan baru mereka "di atas tumpuan." Mereka mungkin merasa seolah-olah telah menemukan pasangan yang sempurna, seperti seorang belahan jiwa yang akan menyelamatkan mereka dari kepedihan emosional. Pemikiran seperti ini disebut idealisasi.
Masalah mulai muncul, ketika kenyataan mulai terjadi. Saat seseorang dengan BPD menyadari bahwa pasangan baru mereka bukannya tanpa kesalahan, citra belahan jiwa yang sempurna dan ideal itu dapat meruntuhkan semuanya.
Karena orang-orang dengan BPD bergumul dengan pemikiran dikotomis, atau melihat segala sesuatu hanya dalam hitam dan putih. Akibatnya mereka dapat mengalami kesulitan mengenali fakta bahwa kebanyakan orang melakukan kesalahan bahkan ketika mereka bermaksud baik.Â
Hal ini membuat orang dengan BPD dapat dengan cepat berubah dari idealisasi menjadi devaluasi atau berpikir bahwa pasangan mereka adalah orang yang mengerikan.
Kunci untuk menjaga hubungan dengan seseorang dengan BPD adalah menemukan cara untuk mengatasi siklus ini dan mendorong pasangan Anda untuk mendapatkan bantuan profesional untuk mengatasi gejala yang mengganggu serta mengurangi pemikiran yang bermasalah.
Selain terapi individu, terapi pasangan dapat membantu kedua pasangan dalam hubungan tersebut.
Advertisement