Filosofi Rumah Transisi Jokowi-JK

Rumah transisi Jokowi-JK merupakan terobosan baru dalam peralihan kepemimpinan di Indonesia.

oleh Oscar Ferri diperbarui 24 Agu 2014, 14:31 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2014, 14:31 WIB
Jokowi-JK (12)
Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Psikolog Politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk melihat ada hal yang positif yang coba dilakukan oleh Rumah Transisi dalam membentuk pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Salah satunya adalah agar pemerintahan baru dapat bergerak cepat dalam melanjutkan tongkat komando dari pemerintahan sebelumnya.

"Rumah transisinya itu sebenarnya punya filosofi supaya ada kesinambungan agar pemerintahan baru ini bisa bergerak cepat," kata Hamdi di sela car free day‎, kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (24/8/2014).

Menurut Hamdi, ‎selama ini setiap presiden dan wakil presiden yang terpilih sering kehilangan waktu dalam menyiapkan kabinet pemerintahan, karena baru membentuk kabinet setelah dilantik. Untuk itu, Jokowi-JK dinilai sudah tepat dalam membentuk Rumah Transisi.

"Kalau selama ini presiden yang terpilih, baru in touch ke permasalahan setelah dilantik. Jadi dia kehilangan waktu. Dan benar Jokowi tidak mau CNN, cuma nengok-nengok," ujar Hamdi.

"Ini efeknya niat baik politik. Pemerintahan sebelumnya menyediakan uang, dan pemerintahan selanjutnya menyambut dengan baik," kata dia.

Terkait adanya isu sikut menyikut dari partai politik dalam koalisi Indonesia Bisa, menurut Hamdi hal tersebut wajar. Mengingat, politik selalu punya dinamika.

"Benturan-benturan di dalam sebagai bagian dinamika politik itu baik. Sah-sah saja itu. Biasa dalam politik. Kita sebagai publik, tradisi itu bagus," ucap Hamdi. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya