Liputan6.com, New Jersey- Di bulan suci Ramadan ini, berpuasa merupakan suatu kewajiban untuk seluruh umat Islam di muka bumi ini taati. Tidak bisa dipungkiri bahwa, kewajiban untuk menahan rasa lapar dan dahaga masih menjadi tantangan bagi beberapa orang. Bagi atlet Olimpiade anggar pemeluk Islam, Ibtihaj Muhammad, menunaikan ibadah puasa dengan menahan segala bentuk hawa nafsu bukanlah kendala.
Baca Juga
Berbeda halnya dengan di Indonesia, di mana waktu bekerja dipersingkat saat berpuasa, atlet wanita yang hidup di AS itu harus beraktivitas seperti biasa. Sama seperti pemeluk agama Islam lainnya di sana, tak ada perbedaan saat bulan puasa Ramadan.
Di beberapa belahan dunia, bahkan waktu puasa Ramadan umat Muslim lebih panjang dibandingkan yang lain. Alasannya karena momentum tersebut jatuh pada musim kemarau.
Advertisement
Terlepas dari sejumlah tantangan yang ada, mulai dari lapar, haus, suhu udara tinggi hingga waktu yang lebih lama, wanita berhijab yang sangat mahir dalam olahraga anggar ini mengatakan bahwa dirinya tidak akan goyah. Ia bahkan tetap latihan fisik secara intens selama 7 jam setiap harinya di bulan suci Ramadan ini.
"Keyakinan saya adalah sebuah prioritas yang akan selalu saya utamakan di atas lainnya. Saya sudah melewati beberapa bulan Ramadan, di mana saya harus menyeimbangkan ibadah berpuasa dengan latihan anggar. Memang kali ini, latihan sedikit lebih intens karena untuk mempersiapkan diri menjelang Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil,” kata Ibtihaj saat diwawancarai Huffington Post beberapa waktu lalu.
Atlet berhijab pertama AS asal New Jersey ini biasanya berlatih pada pukul 8.30 pagi dan 16.00 sore untuk sesi kedua. Namun di bulan suci Ramadan ini, waktunya berubah menjadi lebih awal, pada pukul 6.45 untuk sesi pertama dan pukul 13.00 untuk sesi berikutnya.
Ini merupakan langkah yang diambil untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya rasa letih dan lelah yang disertai lapar dan haus. Jika dilaksanakan terlalu siang atau terlalu sore, maka itu akan memungkinkan rasa-rasa tersebut datang lebih awal.
Tips Tetap Berenergi Selama Puasa
Selain itu, untuk tetap kuat berstamina dan tidak dehidrasi, ibtihaj memutuskan untuk mengonsumsi beberapa makanan dan minuman yang dinilai mampu membantu sistem ketahanan tubuhnya. Daging menjadi salah satu makanan pilihannya untuk sumber energi, walaupun sebetulnya ia bukanlah seorang penggemar daging.
Minuman smoothies berisikan campuran buah dan sayur menjadi minuman favoritnya saat sahur. Ia menilai, buah-buahan dan sayur mayur penting karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh seseorang.
"Aku merasa sudah jauh lebih kuat dan punya kemampuan untuk mengimbangi aktivitas dengan kapasitasku, terutama saat berpuasa," tuturnya.
Ia lalu menjelaskan, bahwa upaya untuk mengimbangkan berpuasa dengan latihan tentunya tidak selalu mulus, terutama saat ia mencobanya pertama kali.
"Aku pernah mengalami cedera otot saat bulan Ramadan beberapa tahun lalu. Tentu aku selalu khawatir kalau Ramadan bertepatan dengan jadwal Olimpiade," terangnya.
Kendatipun rasa takut pernah menguasainya, keyakinannya akan kemampuan untuk menghadapi tantangan serupa kian menguat, seiring berjalannya waktu.
Berpuasa menahan rasa lapar dan haus hanyalah sebagian dari beberapa hal yang patut dijalankan orang Muslim di kala bulan suci Ramadan. Ibtihaj mengatakan bahwa ibadah tarawih juga wajib dilakukan dan dirinya sangat bersemangat untuk melakukannya.
"Kita hanya mendapatkan kesempatan untuk salat tarawih di bulan Ramadan saja. Karena itu saya sangat bersemangat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan kesempatan tersebut," beber Ibtihaj.
Selain itu, ia juga menyisihkan waktunya untuk membaca Al- Qur’an.
"Beribadah di bulan Ramadan, terutama berpuasa memang tidak mudah dan memang tidak dibuat untuk menjadi sesuatu yang mudah. Aku menghadapi tantangan yang sama dengan umat Islam lainnya yang menjalankan ibadah puasa. Masih banyak orang yang tidak mampu untuk membeli makanan atau minuman seperti saya dan orang Muslim beruntung lainnya," tutup Ibtija.