100 Tahun Berdiri sebagai Gereja, Kini Bangunan Ini Jadi Masjid

Setelah 100 tahun bangunan itu berdiri sebagai gereja, kini di tempat yang sama azan berkumandang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Mei 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2017, 10:00 WIB
Bangunan pusat komunitas Bridgeport Islamic ini dulunya merupakan gereja United Congregational
Bangunan pusat komunitas Bridgeport Islamic ini dulunya merupakan gereja United Congregational (Christian Abraham/Hearst Connecticut Media)

Liputan6.com, Connecticut - Pemandangan berbeda tampak di sebuah bangunan di Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat. Setelah sekitar 100 tahun bangunan itu berdiri sebagai gereja, kini di tempat yang sama azan berkumandang.

Bangunan yang terletak di sudut Park Avenue dan State Street itu dulunya adalah gereja United Congregational sebelum akhirnya dibeli dan dijadikan pusat komunitas Bridgeport Islamic. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari ctpost, Minggu (28/5/2017).

Pusat komunitas itu untuk pertama kalinya menggelar salat Jumat pada 26 Mei 2017. Salat Jumat dipimpin oleh imam Sheikh Mohamed Abdelati. Kala itu ia berkhotbah tentang cinta, kasih sayang, dan kedamaian.

Sekitar 400 jemaah mengikuti salat Jumat. Ruangan yang dulu dipenuhi oleh bangku-bangku gereja kini berganti dengan hamparan karpet berwarna merah marun buatan Turki.

Bulan sabit, simbol Islam, sejak awal Mei telah ditempatkan di puncak menara, menggantikan salib yang telah bertengger di sana sejak tahun 1920-an.

"Kepada saudara-saudara muslim, kami hadir untuk mendukung Anda, bekerja sama dengan Anda untuk bersatu dan mendukung generasi muda, anak-anak, komunitas kita. Dan kepada saudara dan saudari non muslim, pesan kami adalah bahwa kami berbagi komunitas ini dengan Anda. Anda adalah bagian dari kami dan kami adalah bagian dari Anda," kata Abdelati.

"Ini adalah hari besar bukan hanya untuk masyarakat kita, tapi untuk seluruh kota," imbuhnya dalam khotbah selama 40 menit.

Usai salat Jumat, Profesor Ahmed Ebrahim dari Fairfield University yang sekaligus presiden dari Islamic Center tersebut meminta para sukarelawan melanjutkan program yang pernah dijalankan oleh pihak gereja: membuka dapur umum.

Menurut pastor Sara Smith, keputusan untuk menjual bangunan itu karena biaya pemeliharaannya sangat mahal sementara jumlah jemaat gereja terus menyusut.

Namun di lain sisi, fakta mengungkapkan bahwa komunitas muslim di daerah tersebut berkembang pesat. Ebrahim memperkirakan saat ini terdapat 1.000 keluarga muslim di kawasan itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya