Liputan6.com, Jakarta Jakarta, Liputan6.com - Istilah ngabuburit saat bulan Ramadan sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kegiatan ngabuburit terasa sudah menjadi tradisi yang selalu dilakukan oleh sebagian besar masyarakat.
Kegiatan ini dikenal sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa, seperti mencari takjil atau hanya sekadar berjalan-jalan saat soreÂ
Baca Juga
Namun, tahukah kalian dari mana istilah ngabuburit berasal ?
Advertisement
Istilah ngabuburit ini diketahui berasal dari bahasa Sunda, yakni burit atau sore hari menjelang magrib. Istilah tersebut merupakan penanda waktu dalam kurun 24 jam. Di antaranya ada isuk-isuk, pagi-pagi; beurang, siang hari; burit, sore hari; dan peuting, malam.
Terdapat istilah lain yang berasal dari bahasa Sunda, yakni ngabeubeurang yang maknanya 'menunggu siang hari'.
Secara morfologis, ada beberapa istilah dalam bahasa Sunda yang memiliki kesamaan dengan kata ngabuburit. Di antaranya adalah betah = ngabebetah (nyaman), nyeri = nganyenyeri (sakit), deuket = ngadeudeket (dekat).
Kata-kata tersebut memiliki struktur sebagai berikut (awalan nga + pengulangan suku kata depan pada kata dasar + kata dasar).
Contoh: Nga-bu-burit, nga-beu-beurang, nga-nyeu-nyeuri, dan lain-lain.Â
Ngabuburit biasanya dilakukan dengan kegiatan berjalan-jalan, mencari takjil, mengaji, melakukan kegiatan-kegiatan sosial, mendengarkan tausiah, dan lain sebagainya.
Selain ngabuburit, ada pula kegiatan lain yang dikenal masyarakat Sunda saat bulan Ramadan, yakni munggahan. Dalam bahas Sunda, istilah tersebut berasal dari kata unggah yang artinya naik. Kegiatan ini bermakna naik ke bulan yang suci atau tinggi derajatnya.
Â
Â