Liputan6.com, Jakarta Puasa setelah Ramadan merupakan amalan yang dapat dilakukan setelah Ramadan usai. Puasa Setelah Ramadan yang dianjurkan adalah puasa syawal. Puasa setelah Ramadan ini merupakan puasa sunah yang dapat menyempurnakan amalan Ramadan.
Baca Juga
Setelah bulan Ramadan usai, umat Islam akan memasuki bulan Syawal. Tanggal 1 Syawal diperingati sebagai hari raya Idulfitri. Bulan Syawal biasanya setiap Muslim mengisinya dengan bersilaturahmi dengan kerabat maupun tetangga. Bulan Syawal memiliki makna 'peningkatan'. Maksudnya, setiap Muslim diharapkan dapat meningkatkan ibadah dan amal baiknya usai Ramadan.
Advertisement
Selain bermaafan dan bersilaturahmi, ada satu amalan yang dianjurkan untuk dijalani. Amalan ini adalah puasa Setelah Ramadan yang disebut puasa Syawal. Puasa Syawal dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri atau mulai tanggal 2 Syawal, sampai akhir bulan Syawal.
Puasa setelah Ramadan ini dapat dilakukan selama enam hari dan bisa dijalankan berturut-turut atau terpisah-pisah. Puasa setelah Ramadan satu ini ternyata memiliki keutamaan tersendiri. Nah, seperti apa keistimewaan puasa setelah Ramadan atau puasa satu Syawal ini, dan bagaimanan ketentuan untuk menjalaninya?
Simak ulasan Liputan6.com mengenai puasa setelah Ramadan atau puasa Syawal, dirangkum dari berbagai sumber, Senin (10/6/2019).
Keutamaan Puasa Syawal
Puasa setelah Ramadan merupakan puasa sunah yang memiliki keistimewaan tersendiri. Puasa sunah memiliki banyak keutamaan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Qudsi, Allah Swt berfirman:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (قال الله عز وجل: كل عمل ابن آدم له إلا الصيام؛ فإنه لي وأنا أجزي به، والصيام جنّة، وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفث، ولا يصخب، فإن سابّه أحد أو قاتله فليقل: إني امرؤ صائم، والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك، للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح، وإذا لقي ربه فرح بصومه) رواه ومسلم
"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi .
Keutamaan puasa Syawal tertuang pada dalil shahih yang berbunyi:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Berdasarkan Syarah Nawaawi 'ala Muslim juz 7 halaman 56 disebutkan, alasan menyamakan pahala enam hari Syawal dengan puasa setahun lamanya berdasarkan nilai pahala kebaikan yang diberikan dilipatkan hingga 10 kali ganjaran (1 bulan Ramadan, 30 hari x 10 = 300 hari). Adapun 6 hari di bulan Syawal menyamai dua bulan lainnya (6 x 10 = 60 hari atau 2 bulan). "Jadi total 360 hari kita mendapatkan pahala puasa.
Advertisement
Niat Setelah Ramadan atau Puasa Syawal
Untuk memantapkan hati, ulama menganjurkan seseorang untuk melafalkan niatnya. Berikut ini lafal niat puasa Syawal.
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
Adapun orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa Syawal, diperbolehkan baginya berniat sejak ia berkehendak puasa sunah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib. Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh.
Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Syawal di siang hari. Berikut ini lafalnya.
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.” Wallahu a’lam.
Waktu puasa Syawal
Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal dua Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah Enam hari ini pada tanggal satu Syawal maka hukumnya tidak sah dan haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata,
“Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan Dzulhijjah .
Praktik berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadhan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal. Namun apabila merujuk pada firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133, sebaiknya dilaksanakan sesegera mungkin.
Allah berfirman, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.”
Advertisement