Gua Hira, Napak Tilas Perjalanan Rasulullah Terima Wahyu Pertama

Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui Malaikat Jibril.

oleh Nurmayanti diperbarui 23 Agu 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2019, 20:00 WIB
Gunung Jabal Nur tempat Gua Hira di Makkah. Liputan6.com/Nurmayanti
Gunung Jabal Nur tempat Gua Hira di Makkah. Liputan6.com/Nurmayanti

Liputan6.com, Jeddah - Tinggi, curam dan terjal. Kesan pertama memandang Gunung Jabal Nur, lokasi Gua Hira berada. Gua ini mempunyai kedudukan penting dalam sejarah Islam. Di sinilah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu Alqur’an yang pertama, yaitu Surat Al‘alaq 1-5.

Berbekal tekad kuat, bersama Tim Media Center (MCH) haji lainnya, Liputan6.com beberapa waktu lalu, mencoba mendaki gunung yang berarti Cahaya ini. Demi melihat langsung Gua Hira.

Gua Hira adalah tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah yang pertama kalinya melalui Malaikat Jibril. Lokasi ini, kerap dipilih sebagai tempat ziarah jemaah haji, termasuk dari Indonesia.

Usai subuh, waktu yang kami pilih. Dengan harapan, hanya rasa lelah yang menghinggapi tanpa disengat terik matahari. 

Adapun Jabal Nur terletak sekitar 4 kilometer arah timur laut Masjidil Haram, Makkah. Tepatnya di jalur Jalan Thaif (Sael). Tinggi gunung ini 281 meter (m) dengan panjang pendakian sekitar 645 m.

Bisa dikatakan Gunung ini merupakan gunung batu. Selayang pandang pemanjatan batu kerikil hingg batu besar hanya yang terlihat. Namun pendakian sedikit terbantu, dengan adanya undakan tangga. Meski kekuatan fisik tetap harus menjadi perhatian.

Di sejumlah titik, tingkat kemiringannya lebih dari 45 derajat. Para peziarah harus berhati-hati serta mampu mengelola napas dan tanaganya untuk sampai ke puncak.

Pagi itu, masih sedikit jemaah yang mendaki bersama kami. Saat pendakian dan merasa kelelahan ada beberapa shelter yang tersedia. 

Satu yang tak terduga, sepanjang jalan pendakian mencapai puncak, banyak terdapat pengemis. Hampir di setiap sudut tikungan tangga ada keberadaan mereka. 

Tak hanya itu, di titik pemberhentian juga terdapat penjual minuman dan suvenir khas seperti tasbih dan cicin batu akik.

Sampah juga berserakan. Terutama sampah plastik, yang bisa diduga merupakan bawaan jemaah haji.

Sebagai pengingat, alangkah eloknya bila naik ke Gunung Nur, jemaah harus tetap menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya, demi menjaga kelestarian lokasi ziarah ini.

Usai sejam mendaki, kami sampai di puncak Jabal Nur. Kami mengira letak Gua Hira berada tepat di puncak Jabal Nur. Ternyata tidak, setelah sampai di puncak, kami harus turun lagi sekitar 40 meter untuk mencapainya.

Jalan masuk ke Gua Hira juga tak terduga. Kami harus melalui celah di antara dua batu raksasa yang sangat sempit dengan ketinggian sekitar dua meter.

Usai melewati celah barulah terlihat Gua Hira. Tidak seperti gua yang ada di Indonesia. Hanya ada lubang yang tertutup batuan. Lebarnya sekitar 50 centimeter dengan kedalaman 2 meter dan tinggi sekitar 190 cm. Hanya bisa muat 1 orang untuk salat.

Sementara latar depan gua ini juga tak terlalu lebar, usai masuk dari pintu batu. Ukurannya sekitar tiga meter persegi. 

Tampak jemaah haji dari berbagai negara, berebut melihat bahkan berusaha salat di dalam Gua Hira. 

 

 

Gua Hira di Jabal Nur, Makkah. Darmawan/MCH
Gua Hira di Jabal Nur, Makkah. Darmawan/MCH

Mendaki Jabal Nur menjadi keinginan banyak jemaah haji. Termasuk jemaah haji dari Indonesia.

Hari itu, tampak beberapa jemaah asal Bulukumba, Sulawesi Selatan bersusah payah mendakinya, demi bisa mendatangi Gua Hira.

"Alhamdulillah sudah sampai di Gua Hira," kata jamaah haji asal Kloter 3 Embarkasi Ujung Pandang (UPG) yang mengaku bernama Nur.

Perempuan berusia sekitar 50 tahun ini, mendaki bersama 9 jemaah haji lainnya. Dia mengaku telah berniat naik ke Gua Hira sejak dari kampung halaman. Kedatangannya, untuk melaksanakan salat sunah dan berdoa di tempat ini.

Dia pun bersama rekan-rekannya naik ke atas Gua Hira dan melaksanakan salat sunah dua rekaat dan berdoa.

Bagi yang ingin melihat pemandangan Kota Makkah keseluruhan bisa mendapatkannya di Jabal Nur. Posisi Kompleks Masjidil Haram terlihat jelas dari gunung ini, dengan patokan Tower Zamzam.

Hal yang perlu diwaspadai saat di Gua Hira adalah keberadaan monyet babon yang berkeliaran di gunung ini. Hewan primata ini kerap merebut tas atau barang bawaan peziarah dan mencari makanan di dalamnya.

Petugas Lembaga Amar Maruf Nahi Mungkar Pemerintah Arab Saudi, Hasan meminta jamaah untuk berhati-hati ketika mendaki Gua Hira. Baik demi keselamatan secara fisik, maupun dari perbuatan yang bisa menyebabkan dosa.

Jemaah haji diingatkan jika Gua Hira bukanlah tempat yang disucikan. Dalam riwayatnya, Nabi Muhammad tidak pernah kembali ke Gua Hira setelah menerima Wahyu Pertama. Bahkan setelah pembebasan Mekkah, Rasulullah dan para sahabat juga tidak lagi mengunjunginya.

"Jamaah haji diharapkan berhati-hati agar tidak tergelincir pada perbuatan yang tidak disyariatkan," katanya.

Bahkan tepat di lereng Jabal Nur, terdapat peringatan yang ditulis dalam berbagai bahasa yang isinya berupa peringatan bahwa jangan mengharap apapun saat mendaki Gua Hira, karena termasuk perbuatan bid’ah, sesuatu yang dilarang dalam agama.

 

Pemandangan Kota Makkah dilihat dari Gunung Jabal Nur, di mana Gua Hira berada. Liputan6.com/Nurmayanti
Pemandangan Kota Makkah dilihat dari Gunung Jabal Nur, di mana Gua Hira berada. Liputan6.com/Nurmayanti

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya