Liputan6.com, Jakarta - Memasuki pertengahan bulan Ramadan lonjakan harga bawang merah kian tak terkendali. Di sejumlah pasar tradisional ibu kota Jakarta harga bumbu dapur favorit tersebut dibanderol berkisar Rp50.000-Rp60.000 per kilogram.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri. Ia menyebut lonjakan harga bawang merata di seluruh pasar tradisional ibu kota.
"Bawang merah masih terus tinggi sekarang sudah dijual berkisar Rp50.000 sampai Rp 60.000. Itu rata di Jakarta," kata Abdullah kepada Merdeka.com, Jumat (8/5).
Advertisement
Dia mengatakan lonjakan bawang merah disebabkan oleh koordinasi yang lemah antar lembaga kementerian terkait di tubuh pemerintah. Sebab, kenaikan harga bawang seharusnya dapat diantisipasi mengingat sejumlah sentra wilayah penghasil bawang mengalami penurunan produksi.
Baca Juga
Di samping itu, pemerintah juga dianggap abai dalam pendataan distribusi bawang merah. Imbasnya sejumlah daerah ada yang mengalami surplus dan minus akan bumbu dapur favorit tersebut.
"Andai saja koordinasi tersebut dilakukan minimal tiga bulan sebelum Ramadan, harga tentu dapat di tekan. Sebab, saat bulan puasa kebutuhan masyarakat akan bahan pangan semakin meningkat," jelas dia.
Sementara itu, Menurut Rokhmat seorang pedagang bawang merah di pasar tradisional Jatinegara, kenaikan bawang merah disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari wilayah sentra bawang seperti Brebes dan daerah lainnya di provinsi Jawa Tengah. Bahkan, lonjakan harga bawang merah menyebabkan turunnya pendapatan usaha, setelah mayoritas konsumen mengurangi jumlah pembelian bawang merah.
"Paling tinggi bawang merah sekarang udah Rp54.000 per kilogram. Pendapatan pasti turun, kan yang beli kan pada berkurang," keluh Rokhmat.
Dia pun berharap pemerintah serta dinas terkait segera mencari solusi untuk menekan harga jual bawang merah yang kian meroket. Imbasnya daya beli masyarakat akan bawang merah kembali meningkat sehingga aktivitas penjualan bumbu dapur favorit tersebut kembali normal.
Hasil Produksi Turun
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag), Agus Suparmanto, mengakui adanya lonjakan harga bawang merah saat melakukan kunjungan ke pasar induk Kramat Jati. Menurutnya lonjakan bawang merah diakibatkan oleh menurunnya hasil produksi di sejumlah wilayah utama pemasok bawang.
"Penurunan terjadi karena hasil tanam yang kurang bagus dan stok panen sebelumnya mengalami kerusakan. Sehingga harga bawang merah naik," kata dia melalui keterangan tertulis, Kamis (30/4).
Mendag Agus menjelaskan, berdasarkan informasi dari Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), kenaikan harga bawang merah akibat turunnya produksi di sentra produksi bawang merah di Brebes Jawa Tengah hingga 10 persen.
Di samping itu, kenaikan harga bibit bawang merah menjadi Rp40.000 sampai Rp 45.000 per kilogram atau melonjak hingga lebih dari 100 persen berimbas pada penurunan luas tanam sekitar 30 persen karena yang bisa tanam hanya petani bermodal besar.
Penurunan produksi tersebut berpengaruh pada stok bawang merah yang kewalahan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang kian meningkat di bulan Ramadan. Imbasnya lonjakan harga bawang merah terjadi di sejumlah daerah ditengah pandemi virus corona.
"Dari sisi distribusi ke Jakarta saat ini juga diinfokan ada penurunan, ini tergambar dari penurunan pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati menjadi sekitar 79 ton per hari dalam seminggu terakhir, di bawah pasokan normal," jelasnya.
Hal senada diungkapkan, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso melaporkan kondisi terkini stok pangan di tengah pandemi virus corona kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam kesempatan tersebut, stok bawang merah dilaporkan hanya 0,20 ton atau tidak sampai 1 ton.
"Bawang merah 0,20 ton, bawang putih 29,69 ton, telur ayam 79,73 ton," ujar Budi Waseso dalam rapat virtual bersama DPR di Jakarta, Senin (20/4).
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Advertisement