Liputan6.com, Kairo - Mesir menjalani Ramadhan yang berbeda dari biasanya. Di tengah devaluasi mata uang, yang diperburuk oleh kenaikan harga bahan bakar dan pangan global, biaya makan rata-rata dalam bulan suci semakin tinggi bagi.
Mengutip VOA Indonesia, Sabtu (9/4/2022), mereka terpaksa mengubah kebiasaan belanja di bulan suci Ramadhan 2022 ini.
Baca Juga
Sebuah pasar tradisional di kawasan permukiman Sayeda Nafisa di Kairo tak pernah sepi pengunjung. Di sana, warga Mesir bisa dengan mudah menemukan kacang-kacangan, buah-buahan kering, dan makanan pokok Ramadhan lainnya. Mereka bahkan bisa menemukan berbagai pernak-pernik Ramadhan untuk menyemarakkan suasana bulan puasa.
Advertisement
Namun berbeda dengan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya, para pengunjung kali ini umumnya menahan diri sewaktu membelanjakan uang mereka. Paling tidak, itu kata Mohamed Ahmed Tawfiq, yang mengaku cenderung membeli setengah dari jumlah yang biasanya dibeli saat Ramadhan.
“Tahun lalu harga sedikit lebih rendah. Tahun ini produk ada, tapi harganya lebih mahal dari tahun lalu. Tahun lalu saya beli satu kilo, sekarang saya beli setengah kilo. Kalau dulu saya beli setengah kilo, sekarang saya beli seperempat kilo," jelasnya.
Menahan Diri Akibat Harga Bahan Pokok Lebih Tinggi
Sikap menahan diri juga diambil Khaled Mohsen, pengacara dan ayah tiga anak. Ia sering datang ke pasar itu bersama keluarganya untuk berbelanja kebutuhan pokok Ramadhan.
Namun, sementara ia mengakui bahwa harga banyak kebutuhan pokok lebih tinggi pada tahun ini, harga itu masih terjangkau oleh keluarga berpenghasilan menengah seperti dirinya.
“Saya mengajak anak-anak berbelanja dan saya akan berbelanja lagi untuk kebutuhan Ramadhan. Saya mungkin tidak membeli dalam jumlah banyak tetapi saya akan membeli apapun yang saya butuhkan,” jelasnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mesir Terimbas Perang Ukraina
Mesir mendevaluasi mata uangnya, pound, sebesar 14 persen bulan lalu menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Perang itu mendorong banyak investor asing menarik miliaran dolar dari pasar uang Mesir sehingga memberikan tekanan pada mata uangnya.
Menurut badan penyedia data keuangan Refinitif, pound turun menjadi 18,17-18,27 terhadap dolar AS, setelah sebelumnya diperdagangkan sekitar 15,7 pound per dolar AS sejak November 2020.
Perang di Ukraina juga memukul perekonomian Mesir. Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum ke Mesir, sementara Mesir adalah importir gandum terbesar dunia. Kedua negara itu juga merupakan pemasok wisatawan terbesar bagi resor-resor Laut Merah yang berada di Mesir.
Perang Ukraina menyebabkan "lompatan raksasa" dalam harga pangan bulan lalu ke rekor tertinggi lainnya, kata PBB.
Perang telah memotong pasokan dari eksportir minyak bunga matahari terbesar di dunia yang berarti biaya alternatif juga meningkat.
Ukraina juga merupakan produsen utama sereal seperti jagung dan gandum yang telah memicu peningkatan harga untuk produk-produk itu.
PBB mengatakan "perang di wilayah Laut Hitam menyebarkan guncangan melalui pasar untuk biji-bijian pokok dan minyak nabati" demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (9/4/2022).
Advertisement
PBB: Harga Makanan Berada di Level Tertinggi Sejak 60 Tahun Lalu
Indeks Harga Pangan PBB melacak komoditas makanan yang paling banyak diperdagangkan di dunia yang mengukur harga rata-rata sereal, minyak sayur, susu, daging, dan gula.
Harga makanan berada pada level tertinggi sejak pencatatan dimulai 60 tahun lalu menurut indeks, yang melonjak hampir 13% pada Maret, menyusul rekor tertinggi Februari.
Harga minyak nabati melonjak 23% sementara sereal naik 17%. Gula naik 7%, daging naik 5%, sementara susu - yang kurang terpengaruh oleh perang - hanya naik 3%.
Harga komoditas makanan sudah berada di level tertinggi 10 tahun sebelum perang di Ukraina menurut indeks karena masalah panen global.
Itu telah memicu krisis biaya hidup yang mengkhawatirkan politisi dan telah memicu peringatan kerusuhan sosial di seluruh dunia.
Di Inggris, para pakar industri telah memperingatkan bahwa biaya makanan bisa naik hingga 15% tahun ini.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB memperingatkan bulan lalu bahwa harga pangan bisa naik hingga 20% sebagai akibat dari konflik di Ukraina, meningkatkan risiko peningkatan kekurangan gizi di seluruh dunia.
Ini telah memotong proyeksi gandum dunia untuk tahun 2022 dari 790 juta ton menjadi 784 juta, karena kemungkinan bahwa setidaknya 20% dari tanaman musim dingin Ukraina tidak akan dipanen karena "kehancuran langsung".
Tetapi dikatakan stok sereal global dapat mengakhiri tahun 2,4% lebih tinggi dari awal karena stok menumpuk di Rusia dan Ukraina karena ekspor kedua negara akan menyusut.
Harga Emas Dunia juga Naik
Sementara, harga emas dunia naik tipis dipicu kekhawatiran inflasi meningkat imbas perang Rusia Ukraina dan meningkatnya sanksi terhadap negara beruang merah ini melampaui tekanan dari sikap kebijakan agresif Federal Reserve AS.
Melansir laman CNBC, Jumat (8/4/2022), harga emas dunia di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.930,80 per ounce. Adapun harga emas berjangka AS naik 0,6 persen menjadi $1.934,4.
Analis UBS Giovanni Staunovoeskipun mengatakan, meskipun ada panduan dari The Fed yang ingin menaikkan suku bunga lebih cepat ke depan, di sisi lain pihaknya masih melihat inflasi meningkat.
"Kami terus melihat permintaan yang relatif kuat untuk emas batangan dan koin fisik di seluruh papan dengan ketidakpastian pasar dan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di masa depan karena harga energi yang tinggi," jelas dia.
Risalah pertemuan Fed bulan Maret menunjukkan kekhawatiran yang mendalam di antara pembuat kebijakan bahwa inflasi telah meluas. Di mana, banyak negara bersiap untuk menaikkan suku bunga hinngga kenaikan 50 basis poin.
Sikap hawkish bank sentral mendukung benchmark imbal hasil Treasury AS 10-tahun dan dolar mendekati tertinggi multi-tahun.
Advertisement