Pertahankan Pola Makan Sehat Selepas Puasa Ramadhan Cegah Penyakit Kronis

Menjalani puasa termasuk upaya yang bisa dilakukan guna mencegah sederet penyakit kronis.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2022, 08:21 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2022, 08:05 WIB
Ilustrasi puasa, bulan Ramadan
Ilustrasi puasa, bulan Ramadan. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Pola makan sehat yang telah terbentuk selama puasa Ramadhan tidak ada salahnya untuk dipertahankan. Seperti disampaikan dokter spesialis gizi klinik dr Tirta Prawita Sari, SpGK, menurutnya orang-orang perlu mengembalikan aktivitas puasa bahkan setelah Ramadhan. Hal tersebut agar tubuh terbiasa dengan pola makan sehat.

"Badan kita itu menyukai sesuai yang rutin. Karena ada pembiasaan maka harusnya setelah Lebaran, aktivitas puasa itu harus dikembalikan agar kita masih terbiasa dengan kebiasaan puasa, terbiasa untuk pola makan yang sehat," ucap Ketua Yayasan Gema Sadar Gizi itu, dilansir Antara.

Pola makan, kata Tirta, menjadi salah satu upaya menghindari berbagai macam penyakit kronis atau katastropik yang memerlukan biaya banyak. Penyakit-penyakit tersebut seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.

Menjalani puasa termasuk upaya yang bisa dilakukan guna mencegah sederet penyakit kronis. Selain itu, puasa juga menjadi cara detoksifikasi tubuh yang mudah dan murah. Dengan berpuasa, kadar glukosa akan mengalami penurunan dan menyebabkan tubuh mengambil cadangan energi lain dalam bentuk lemak sebagai sumber energi.

"Itu baik sebagai upaya membersihkan atau detoksifikasi tubuh," ujarnya.

Selama bulan Ramadhan, umat Islam menjalani aturan puasa dengan tidak makan dan minum salam 13 hingga 14 jam, sejak sebelum matahari terbit hingga matahari terbenam. Pola ini serupa dengan pola makan puasa yang baik yakni intermitten fasting.

"Ada beberapa contoh intermitten fasting, seperti alternate day fasting yang mana puasa berselang seling seperti puasa Daud. Bedanya saat hari puasa itu hanya boleh makan 500 kalori, dan hari berikutnya feast day yang boleh dalam jumlah yang kita inginkan tanpa perlu memusingkan kalori," jelas Tirta.  

 

 

Pola 5:2

Selain puasa intermiten, ada pula diet 5:2 yakni dalam sepekan Anda bisa menerapkan 5 hari tidak berpuasa dan 2 hari berpuasa. Pada umumnya, umat Muslim mengaplikasikan pola ini melalui puasa sunah Senin - Kamis.

"Tapi dalam ketentuan ketika berbuka pada hari Senin dan Kamisnya itu intake kita hanya 500-1000 kalori, 5 hari lainnya feast day. Kenapa hanya 500 - 1000 kalori? Karena itu jumlah kalori minimal yang kita butuhkan sehingga pekerjaan dasar tetap bisa kerjakan," Tirta menjelaskan.

Mengenai puasa Senin-Kamis atau diet 5:2 juga disarankan Executive Director of Community Health di Abu Dhabi Public Health Center Dr Omniyat Al Hajeri.

Salah satu studi menunjukkan pola diet 5:2 bisa menurunkan berat badan yang mirip dengan pembatasan kalori biasa. Selaini itu, diet 5:2 sangat efektif dalam meningkatkan sensitivitas insulin.

Terapkan Kebiasaan Sehat Selepas Ramadhan

Senada dengan yang disampaikan Tirta, Al Hajeri juga menyoroti efek puasa yang baik bagi kesehatan tubuh.

“Efek puasa telah terbukti secara global dan terus meningkat prevalensinya di dunia kesehatan dan kebugaran. Ini termasuk pengaturan gula darah, memerangi peradangan, meningkatkan kesehatan jantung dengan meningkatkan tekanan darah, meningkatkan fungsi otak, dan membantu penurunan berat badan," jelas Al Hajeri.

"Tentu saja, ketika menyangkut orang dengan penyakit tidak menular, kami menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mereka mencoba berpuasa karena hal itu dapat berdampak buruk pada kasus khusus mereka,” tambahnya, mengutip Khaleej Times.

Menurut Al Hajeri, beberapa kebiasaan yang telah dipelajari dari puasa Ramadhan pun penting untuk diterapkan dalam keseharian.

"Kita perlu menerapkan beberapa kebiasaan yang kita pelajari selama bulan suci, seperti mindful eating dan berhenti ketika kita merasa cukup kenyang dan secara bertahap mengembalikan pola makan dan olahraga seperti sebelum Ramadhan," ujar Al Hajeri. 

Hindari Makan Berlebih

Lalu, selama libur hari raya, Al Hajeri menyarankan untuk menghindari makan berlebih.

“Ini untuk mencegah kondisi syok pada tubuh Anda dan memicu lonjakan gula darah yang tidak diinginkan, yang pada gilirannya akan mengakibatkan efek seperti gangguan pencernaan, mulas, dan penambahan berat badan," jelas Al Hajeri.

Untuk itu, Al Hajeri menyarankan makan dengan cara berikut untuk mengatur kadar gula darah.

"Kami merekomendasikan untuk menghindari makanan besar yang mengandung lemak jenuh alih-alih membagi makanan Anda menjadi makanan ringan dengan interval 3 hingga 4 jam dan mengonsumsi makanan ringan kecil dan sering yang didistribusikan di siang hari untuk mengatur gula darah Anda," tuturnya.

Tak lupa, Al Hajeri mengingatkan untuk memastikan tubuh cukup terhidrasi.

"Juga, tetap terhidrasi dengan minum cukup air dan memasukkan cairan yang sehat.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya