Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadan sudah usai. Pada akhirnya hari raya Idul Fitri yang telah lama dinanti-nantikan pun datang. Idul Fitri 2022 ini berbeda dari dua tahun sebelumnya karena angka keterinfeksian Covid-19 pada tahun ini akhirnya melandai.
Banyak di antara orang-orang yang sebelumnya tidak melakukan mudik, kali ini memilih untuk mudik. Untuk pertama kalinya, pemerintah menyebut angka mudik tahun ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah. Jasa Marga mencatat, tercatat ada pergerakan lalu lintas sebanyak 1,7 juta kendaraan mulai H-10 hingga H-1 Lebaran atau pada 22 April hingga 1 Mei 2022.
Baca Juga
Bagi orang Betawi sendiri, mudik adalah peristiwa sakral. Mudik berasal dari kata “ke udik” yang berarti ke menuju ke selatan atau daerah yang dekat dengan sungai.
Advertisement
Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatat, udik seringkali diartikan sebagai desa, dusun, kampung (lawannya kota). Secara singkat, udik diasosiakan dengan keterbelakangan atau kampungan; tidak tahu sopan santun.
Orang Betawi mengenal kosakata lain lagi, yakni milir atau menuju ke hilir (menuju ke utara atau laut). Milir juga diartikan berangkat ke kota untuk mencari sesuap nasi atau pergi mencari nafkah.
Selain itu pula, muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik. Maksudnya adalah pulang dari kota (Batavia) ke kebun/sawah/ladang (di desa), begitu terus berulang kali.
Meski demikian, ada pula yang menyebut mudik berasal dari kata Jawa Ngoko, "mulih dilik" yang artinya pulang sebentar setelah merantau.
Beberapa kalangan bahkan menyebut pulang kampung berbeda dengan mudik. Kalau pulang kampung adalah pulang yang dilakukan bukan di momen Lebaran atau Idul Fitri, maka khusus mudik dilakukan di Idul Fitri.
Mudik Jadi Tradisi Lebaran
Diksi udik lalu diserap secara sosial ketika geliat urbanisasi masif di Indonesia pada medio 1960-an. Orang desa di berbagai daerah merantau ke Jakarta. Jakarta semakin diserbu kaum perantau pada era Orba, awal 1970-an di mana urbanisasi jadi salah satu proyek pemerintah Presiden Soeharto. Pada era inilah istilah mudik makin dikenal.
Yang mungkin belum banyak orang tahu, mudik ternyata sudah ada sejak kerajaan Majapahit. Menurut beberapa pendapat mudik adalah tradisi yang berasal dari para petani Jawa. Dikisahkan pada zaman kerajaan saat itu, orang-orang akan pulang ke kampung halamannya untuk membersihkan makam leluhurnya. Mereka sekaligus meminta rezeki dan kesalamatan dari leluhurnya.
Tradisi ini kemudian berkembang dilakukan pada sebelum bulan Ramadan dan ketika hari raya Idul Fitri.
Advertisement
Mudik dengan berbagai transportasi
Biasanya orang berbondong-bondong pulang kampung dengan berbagai transportasi, mulai dari pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dapat digunakan untuk mudik. Akan banyak cerita selama perjalanan mudik, bagi Anda yang melalui jalur darat harus siap dengan kemacetan.
Karena itu, bagi Anda yang akan mudik juga kesehatan dan istarahat yang cukup. Agar perjalanan Anda menuju kampung halaman lancar tanpa hambatan dan bisa bertemu keluarga.
Jika dulu pemerintah tidak terlalu disibukkan dengan urusan mudik, maka sejak media 1990-an, mudik menjadi urusan khusus yang diampu pemerintah, sampai-sampai pemerintah perlu mendirikan posko khusus. Bahkan, ada pula yang menyebutkan, kesuksesan pemerintah adalah bagaimana dia mengelola urusan mudik dan mengantarkan orang-orang dari kota yang hendak menuju kampung.
Tips Mudik Aman
Menurut Rofiqi, Marketing Head PT Sokonindo Automobile, ada empat (4) tips yang bisa dijalankan oleh para pengguna kendaraan DFSK agar perjalanan mudik Lebaran 2022 semakin asyik.
Pertama, lakukan pengecekan kondisi kendaraan sebelum melakukan perjalanan.
"Hal utama yang harus dilakukan sebelum melakukan perjalanan mudik adalah mempersiapkan kendaraan sebaik-baiknya. Ini untuk memastikan bahwa kendaraan yang digunakan nanti benar-benar bisa mengantarkan Anda beserta keluarga sampai ke kampung halaman dan bisa berlebaran," jelas Rofiqi.
Pemilik kendaraan bisa melakukan pengecekan mandiri di sejumlah komponen seperti kondisi oli mesin, cairan radiator, tekanan angin dan kondisi ban, aki mobil, hingga jangan lupa menjaga kebersihan eksterior dan interior kendaraan.
Namun, apabila tidak familiar dengan komponen-komponen yang ada di mobil, maka bisa membawa ke bengkel resmi untuk melakukan general check up sekaligus pergantian komponen yang sudah mulai habis pakai.
Kedua, pastikan jumlah penumpang dan barang bawaan sesuai kapasitas kendaraan.
"Pastikan selama perjalanan mudik tidak membawa penumpang dan bagasi lebih dari kapasitas yang disediakan oleh kendaraan. Kelebihan muatan kendaraan akan berpengaruh terhadap handling kendaraan dan bisa berbahaya bagi diri sendiri serta pengguna jalan lainnya," beber Rofiqi.
Advertisement