Hari Terberat Rasulullah SAW Saat Ditolak Keras Penduduk Thaif

Kisah penolakan keras penduduk thaif terhadap Rasulullah yang memohon perlindungan dan hendak menyampaikan dakwah di sana.

oleh Putry Damayanty diperbarui 06 Jun 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2023, 12:30 WIB
Rasulullah SAW Ilustrasi
Rasulullah SAW Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Pada suatu ketika, Siti ‘Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Adakah hari yang lebih berat bagimu daripada hari di perang Uhud?” 

Rasulullah SAW lantas menceritakan bahwa hari terberat yang dialaminya selain hari di Perang Uhud adalah hari ‘Aqabah.

Tepatnya di musim haji ketika beliau menawarkan diri agar mendapat perlindungan dari kabilah-kabilah Thaif, sekaligus agar misi dakwah yang diembannya tersampaikan kepada mereka.

Padahal sejauh 60 mil menempuh perjalanan dari Makkah ke Thaif. Lima belas hari lamanya berdakwah di sana. Setiap warga Thaif yang ditemui di pasar dan tempat lainnya disapa dan ditawari masuk Islam serta mengesakan Allah.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Penolakan Penduduk Thaif terhadap Rasulullah SAW

Puncaknya, pada malam ‘Aqabah, Rasulullah SAW menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di sana. Dikabarkan, saat itu ada tokoh mereka yang bernama Ibnu ‘Abdi Yalil ibn Kilab. Namun, di luar dugaan, Ibnu ‘Abdi Yalil justru menolak mentah-mentah tawaran dan permintaan Rasulullah SAW.

Mendengar penolakan keras dari tokoh Thaif, Rasulullah SAW begitu terpukul. Beliau sedih dan bingung yang amat sangat. Belum lagi pengusiran dan lemparan batu yang dilakukan penduduk Thaif, hingga kakinya berdarah.

Akhirnya, beliau pergi meninggalkan Thaif. Sepanjang perjalanan, beliau tak menyadari ke manakah dirinya pergi. Baru setelah sampai di Qarnuats-Tsa‘alib, beliau menyadarinya.  

Qarnuts-Tsa‘alib sendiri merupakan sebuah wilayah yang jaraknya kurang lebih dua marhalah (48 mil atau 89,5 km) dari kota Makkah. Sekarang, wilayah itu dikenal dengan nama Qarnul-Manazil. Dan dari sanalah para penduduk Najd berihram dan bertolak menunaikan ibadah haji dan umrah. 

Namun, Allah segera menghibur Rasulullah SAW atas penderitaan dan beban berat yang telah dialami fisik dan psikisnya. Pada hari itu, Allah mengutus malaikat Jibril.  

Allah Menghibur Rasulullah SAW

Tepat saat mengangkat kepalanya, Rasulullah SAW melihat malaikat Jibril berada di atas awan. Dia pun memanggilnya dan berkata, “Sesungguhnya Allah mendengar apa yang kaum mu katakan. Allah juga mengetahui bagaimana jawaban mereka. Sekarang, Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu untuk diperintah apa saja sesuai keinginanmu terhadap mereka.” 

Kemudian, malaikat penjaga gunung pun datang dan mengucap salam, “Wahai Muhammad, sekarang engkau bergantung kepada keinginanmu. Jika engkau mau, akan aku timpakan kedua gunung itu terhadap mereka.” 

Dari pernyataan malaikat penjaga gunung, kita mengetahui bahwa betapa besar kekuatan yang Allah berikan kepada malaikat itu, sampai-sampai mampu mengangkat kedua gunung besar yang ada di Makkah, lalu menimpakannya kepada para penduduk Makkah. Sehingga jika benar kedua gunung itu ditimpakan, mereka pasti sudah binasa dan tinggal bekasnya saja. 

Namun, apa yang dilakukan oleh warga Thaif tidak sampai mengeluarkan Rasulullah SAW dari jati dirinya sebagai seorang rasul dan perangainya yang lemah lembut nan penyayang. Beliau tak mau balas dendam demi dirinya sendiri. Beliau tetap bersabar dan memperhitungkan balasan yang akan diterimanya. 

Alih-alih ingin balas dendam, beliau malah berujar, “Justru aku berharap dari keturunan mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang menyembahkan Dia semata, tidak ada yang menyekutukan-Nya dengan apa pun.”  

Dan ternyata, harapannya terkabulkan. Allah mengeluarkan orang-orang yang akan menyembah-Nya dari turunan mereka. Mereka berbondong-bondong masuk Islam. Dari turunan mereka yang telah bertindak kasar pada Rasulullah SAW itu, Allah mengeluarkan orang-orang yang mengemban panji agama-Nya dan gigih berjihad di jalan-Nya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya