Liputan6.com, Jakarta - Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah amalan yang sangat agung. Keagungan sholawat tercermin dalam perintah langsung dari Allah SWT agar kita bersholawat. Bahkan perintah itu diawali dengan pemberitahuan bahwa Allah sendiri dan malaikat juga bersholawat. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepada nya.” (QS. Al-Ahzab: 56).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Sebagian ulama menyatakan, sholawat adalah ibadah yang pasti diterima, walaupun di hati pembacanya masih terselip riya atau rasa pamer. Dalam hal ini Imam Qalyubi menjelaskan:
وهي مقبولة من كل أحد في كل حالة، ومن المخلص فيه، وكذا من المرائي بها على أصح الأقوال
Artinya: “Sholawat itu diterima dari setiap orang dan dalam kondisi apapun. Diterima dari orang yang ikhlas, begitu juga orang yang riya atau pamer amal menurut pendapat yang paling benar. (Yusuf an-Nabhani, Sa’âdatud Dârain, halaman 34).
Lalu apa maksud ‘sholawat mesti diterima’? Bukankah diterimanya suatu amal menandakan kepastian husnul khatimah bagi pelakunya?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Bersholawat adalah Bukti Kecintaan terhadap Rasulullah
Mengutip dari laman NU Online, setidaknya ada dua penjelasan tentang hal tersebut menurut kutipan Syekh Ibnu Amir dalam hasyiyah atas kitab Ithâful Murîd Syarh Jauharatid Tauhîd.
Pertama, maksud bacaan sholawat pasti diterima adalah, pembaca akan menemukan pahala sholawat di akhirat bila meninggal dalam kondisi husnul khatimah. Hal ini berbeda dengan amal lain yang masih bisa diterima dan tidak.
Kedua, maksud bacaan sholawat pasti diterima adalah, andaikan tidak meninggal dalam kondisi husnul khatimah, naûdzubillâhi min dzâlik maka ia tetap akan mendapatkan manfaat syafaat dari sholawat yang dibacanya.
Setidaknya sholawat pernah dibacanya akan meringankan siksanya di neraka, sebagaimana Abu Lahab mendapat keringanan siksa tiap hari Senin karena gembira atas kelahiran Rasulullah SAW, atau Abu Thalib yang mendapat keringanan siksa karena cintanya kepada Nabi SAW dan doa yang dipanjatkan Nabi SAW.
Masih merujuk kutipan Syekh Ibnu Amir, ada penjelasan berbeda dari ulama lain. Menurut pendapat ini, sholawat memiliki dua sisi. Pertama, sholawat adalah bentuk doa bagi Rasulullah SAW. Sisi inilah yang pasti diterima. Artinya doa tersebut pasti sampai kepada Rasulullah SAW.
Sisi kedua, sholawat merupakan ibadah dari pembacanya. Dari sisi ini, diterimanya sholawat yang berbuah pahala bagi pembacanya sama seperti amal ibadah lain. Ia akan diterima ketika memenuhi beberapa syarat yang di antaranya adalah niat tulus tanpa riya atau pamer. (Ibnu Amir, Hasyiyah atas Ithâful Murîd Syarh Jauharatid Tauhîd, halaman 21).
Bagaimanapun, sholawat adalah amal yang sangat agung. Dengan bersholawat kita akan mendapat anugerah agung, yaitu termasuk golongan orang-orang yang selalu mengingat dan menyebut makhluk yang paling dicintai Allah, yakni Nabi Muhammad SAW. Tentu mencintai Allah SWT berarti juga mencintai segala yang dicinta-Nya.
Tak sembarang orang berkesempatan mendapatkan nikmat yang sangat besar ini. Betapa banyak orang yang lisannya tidak mendapatkan kesempatan untuk selalu menyebut Sang kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW.
Advertisement