Liputan6.com, Jakarta - Melaksanakan banyak ibadah menjadi suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari mulai sholat, sedekah, berbagi pengetahuan, membantu sesama dan beragam ibadah lainnya.
Tidak jarang juga ini menjadi suatu hal yang sangat dibanggakan oleh seseorang. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa beragam amal ibadah tersebut ternyata menjadi pintu lapang untuk mendapatkan ridha Allah dan mengantarkan ke surga.
Mengutip dari laman NU online, diceritakan bahwa suatu saat nanti di akhirat akan ada seseorang yang bergegas lari menuju pintu surga. Dengan modal kepercayaan diri, karena banyak pahala amal ibadah yang dilakukannya selama hidup di dunia, orang ini pun yakin jika ia akan masuk dan merasakan nikmatnya surga.
Advertisement
Baca Juga
Namun sesampainya ia di pintu surga, Malaikat Ridwan menghentikan langkahnya dan terjadilah percakapan di antara keduanya.
"Mau kemana kamu, kenapa terlihat sangat terburu-buru?" tanya Malaikat Ridwan sambil menghentikan langkah orang tersebut.
"Aku ingin masuk surganya Allah sebagaimana janji Allah kepada manusia. Allah akan memasukkan ahli ibadah yang banyak menyembah kepada-Nya," jawab orang tersebut sambil menyebutkan berbagai ibadahnya di dunia seperti sholat, puasa, sedekah, haji dan sejenisnya.
Saksikan Video Pilihan ini:
Terhalang Masuk Surga
Kemudian, sambil tersenyum, Malaikat Ridwan pun balik bertanya. "Sebelum masuk surga, terlebih dahulu aku mau bertanya, kenapa orang-orang yang berada di belakangmu itu berlari-lari mengejar-ngejar dan memanggilmu?" tanya malaikat Ridwan sambil menunjuk sekelompok orang yang berlari-lari dengan tergopoh-gopoh mengejar si ahli ibadah ini.
"Silakan selesaikan dulu urusanmu dengan mereka," kata malaikat Ridwan sambil berlalu meninggalkannya.
Salah satu dari orang yang mengejar pun berkata bahwa ada hal yang perlu diselesaikan dan dipertanggungjawabkan oleh si ahli ibadah kepadanya.
"Aku minta pertanggungjawabanmu karena semasa hidup, kamu telah menyakiti hatiku. Sampai kita meninggal dunia kamu belum meminta maaf kepadaku," jelasnya kepada si ahli ibadah.
"Ya. Aku memang pernah menyakitimu. Tapi sekarang maafkanlah. Izinkan aku masuk ke surga," pinta si ahli ibadah.
"Tunggu dulu. Sebagai penebus kesalahanmu maka aku meminta pahala amal ibadah puasamu untukku," pintanya kepada si ahli ibadah.
Tak berhenti sampai di sini, orang-orang yang mengejar ahli ibadah ini pun satu persatu meminta pertanggungjawaban atas kesalahan yang dibuatnya dan harus diganti dengan pahala amal ibadahnya.
Satu persatu amal ibadahnya di dunia seperti pahala sholat berjamaah, puasa, sedekah dan sebagainya pun habis untuk menebus dosa kepada manusia yang pernah ia sakiti. Tinggal satu orang tersisa meminta pertanggungjawaban. Sebelum orang terakhir bertanya si ahli ibadah ini pun berkata.
"Maaf aku tidak punya pahala amal ibadah lagi yang bisa aku berikan kepadamu atas kesalahan tingkah lakuku kepadamu. Maafkanlah aku," pinta si ahli ibadah.
"Tidak. Aku tetap meminta pertanggungjawabanmu. Kalau kamu tidak punya pahala lagi untuk ku, maka kamu harus menerima semua dosa yang aku perbuat selama di dunia," ucapnya.
Advertisement
Hikmah Kisah
Akhirnya si ahli ibadah ini pun harus menerima dosa kesalahan orang lain sekaligus menerima nasib tidak masuk ke surga, tempat yang diidam-idamkannya. Sebaliknya ia harus merasakan siksa neraka karena perbuatannya tersebut. Dari kisah ini kita bisa mengetahui golongan orang-orang muflis (merugi). Golongan ini adalah orang yang merasa amal ibadahnya banyak namun tidak menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.
Dari kisah ini juga kita bisa mengambil hikmah untuk senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dan juga dengan sesama manusia. Jangan sampai kita fokus beribadah namun tingkah laku kepada sesama manusia tidak dijaga dengan baik.
Ucapan menyakitkan hati, utang piutang, mengambil hak orang lain dengan sengaja , besar ataupun kecil harus segera diselesaikan di dunia. Jika tidak diselesaikan, maka akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. Bukan hanya kepada sesama muslim. Hubungan juga harus tetap dijalin baik dengan pemeluk agama lain.
Jangan sampai karena merasa paling benar, kita secara terang-terangan langsung menyalahkan dan menyakiti hati mereka. Hak adami tetap harus dipertanggungjawabkan dengan terus menjaga dan meningkatkan frekuensi ibadah kita kepada Allah.
Semoga kita terhindar dari kebangkrutan pahala amal ibadah dan semoga kita termasuk insan yang mampu menjaga ritme kebaikan baik hablun minalllah maupun hablun minannas.