Peringatan Pendeta Buhaira saat Melihat Tanda Kenabian Muhammad

Abu Thalib pun mengajak Muhammad kecil untuk ikut serta dalam perjalanan panjang itu. Ketika rombongan itu singgah di Bashra, wilayah antara Syam dan Hijaz, mereka bertemu dengan Buhaira, seorang pendeta Yahudi

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 12:30 WIB
Kisah Pendeta Buhaira, tanda kenabian Muhammad SAW
Kisah Pendeta Buhaira, tanda kenabian Muhammad SAW

Liputan6.com, Jakarta - Dalam ajaran agama Samawi terdahulu, nabi akhir zaman sudah dikenal bahkan jauh hari sebelum beliau lahir. Bahkan, kaum Yahudi diriwayatkan sudah bersholawat dan bertawasul saat berada di medan tempur demi meraih kemenangan.

Para ahli kitab, baik Taurat maupun Injil, Yahudi maupun Nasrani mengakui akan datangnya Nabi Agung Muhammad SAW. Mereka adalah para rabi dan pendeta yang ketauhidannya masih terjaga.

Salah satunya yakni pendeta Buhaira. Buhaira adalah seorang pendeta yahudi yang paham Injil dan sekaligus ajaran Yahudi.

Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam kitab Fiqhus Sirah Nabawiyah menceritakan ihwal perjumpaan Nabi Muhammad dengan Buhaira, sebagaimana dikutip Ustadz Sunatullah dalam tulisannya di NU Online.

Tatkala usia Nabi Muhammad SAW genap 12 tahun, Abu Thalib melakukan perjalanan ke negeri Syam untuk berdagang bersama kafilah dagang Quraisy.

Dia pun mengajak Muhammad kecil untuk ikut serta dalam perjalanan panjang itu. Ketika rombongan itu singgah di Bashra, wilayah antara Syam dan Hijaz, mereka bertemu dengan Buhaira, seorang pendeta Yahudi.

Di sanalah pendeta Buhaira melihat Nabi Muhammad SAW sekaligus menjadi awal pertemuan mereka berdua. Dalam kesempatan itu pula, Buhaira melihat tanda-tanda kenabian dalam diri Muhammad kecil.

Buhaira merupakan salah satu pendeta Nasrani yang masih memegang teguh dan mempertahankan tauhidnya kepada Allah SWT, dengan meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Isa ‘alaihissalam bukanlah anak Tuhan melainkan seorang nabi yang diutus oleh Allah SWT.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Buhaira Temukan Tanda-tanda Kenabian

Kisah Pendeta Buhaira, tanda kenabian Muhammad SAW
Kisah Pendeta Buhaira, tanda kenabian Muhammad SAW

Dalam perjumpaan itu, dia memperhatikan Nabi Muhammad secara saksama dan mengajaknya bicara. Setelah pembicaraan itu selesai, Buhaira menemui Abu Thalib dan menyampaikan pertanyaan kepadanya.

“Apa hubungan anak itu denganmu?”

Abu Thalib menjawab, “Dia putraku.” (Abu Thalib menyebut Nabi Muhammad sebagai putranya karena begitu besar cinta dan sayang kepadanya).

Buhaira menukas, “Dia bukan putramu. Tidak mungkin ayah anak ini masih hidup.”

Abu Thalib akhirnya mengaku, “Dia keponakanku.”

“Apa yang terjadi pada ayahnya?” tanya Buhaira.

“Dia meninggal saat ibunya masih mengandungnya,” jawab Abu Thalib.

“Engkau berkata benar. Sekarang, segera bawa pulang anak ini kembali ke negerimu dan jagalah dia dari orang Yahudi. Karena, demi Allah, jika mereka melihatnya di sini, pasti mereka akan berbuat jahat kepadanya. Ketahuilah, keponakanmu ini kelak akan memegang urusan yang sangat besar.” Mendengar penjelasan Buhaira, Abu Thalib bergegas membawa Nabi Muhammad pulang ke Makkah” (Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, [Beirut: Dar al-Fikr 2020], h. 63).

Pengetahuan Ahlul Kitab tentang Nabi Muhammad dan Tanda-tandanya

Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)
Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)

Masih mengutip nu.or.id, Syekh al-Buthi mengatakan, kisah pertemuan Rasulullah ﷺ dengan Buhaira yang diriwayatkan oleh semua ulama ahli sejarah, juga oleh Imam at-Tirmidzi dari Abu Musa al-Asy’ar menunjukkan bahwa Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, memiliki pengetahuan tentang kenabian Muhammad ﷺ dan tanda-tandanya.

Mereka mengetahui kenabiannya dan penjelasan tanda-tanda serta karakteristiknya, melalui berita dalam kitab Taurat dan Injil. Salah satu dalil yang menjelaskan tentang hal ini adalah dalil yang diriwayatkan oleh ulama ahli sejarah bahwa kaum Yahudi memohon dengan (perantara) Rasulullah ﷺ kemenangan atas suku al-Aus dan al-Khazraj bahkan sebelum Rasulullah diutus.

Mereka berkata, “Seorang nabi akan diutus tidak lama lagi. Kami akan mengikutinya. Kami akan mengikutinya dalam menumpas kalian seperti ditumpasnya kaum Ad dan Iram.”

Namun, janji orang Yahudi di atas tak ubahnya kata tanpa makna, ketika nabi yang mereka tunggu-tunggu telah datang, jutru mereka sama sekali tidak mengikutinya, bahkan selalu ingkar pada ajaran-ajaran yang dibawa olehnya. Mereka berjanji untuk setia mengikuti, tapi justru mereka sendiri yang mengingkari.

Dalam Al-Qur’an, sebenarnya Allah sudah mengafirmasi sikap orang Yahudi, tatkala mereka melanggar janji yang telah mereka ucapkan. Allah ﷻ menurunkan firman-Nya:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Artinya, “Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dari Allah yang membernarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar. (QS Al-Baqarah: 89).

Dalam ayat yang lain juga disebutkan, perihal orang-orang kafir yang pasti mengetahui ciri-ciri Nabi Muhammad. Allah ﷻ berfirman:

الذين آتَيْنَاهُمُ الكتاب يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقاً مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الحق وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya, “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya).” (QS Al-Baqarah: 146).

 

Pengingkaran Kaum Yahudi dan Pemalsuan Kalamullah

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Imam Abu Abdillah al-Qurthubi, meriwayatkan bahwa ketika turun firman Allah ﷻ di atas, Umar bin Khaththab bertanya kepada Abdullah bin Salam, yaitu orang Yahudi yang kemudian masuk Islam,

“Apakah kamu mengenal Muhammad sebagaimana kamu mengenal putramu sendiri?”  Dia menjawab, “Ya. Bahkan lebih dari itu. Allah mengutus petugas-Nya di langit-Nya kepada petugas-Nya di bumi-Nya untuk menyampaikan sifatnya (Nabi Muhammad) sehingga aku mengenalinya. Adapun putraku, aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada ibunya.”

Selain itu, Syekh al-Buthi mengatakan bahwa di antara faktor yang menyebabkan sahabat Salman al-Farisi masuk Islam adalah sambung-menyambungnya berita tentang Nabi Muhammad ﷺ berikut sifat-sifatnya dari Kitab Injil, para pendeta, dan orang-orang yang memahami Alkitab. (al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, 2020: 64).

Hanya saja, semua itu tidak menafikan bahwa banyak Ahli Kitab yang mengingkari pengetahuan ini, dan bahwa Kitab Injil yang beredar saat ini tidak mengandung satu pun isyarat tentang kenabian Muhammad ﷺ.

Sudah dimaklumi bahwa terjadi pemutarbalikan fakta terhadap kitab-kitab tersebut dengan penggantian, pengurangan, dan penambahan. Mahabenar Allah yang berfirman dalam Kitab-Nya:

وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لاَ يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلاَّ أَمَانِىَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَظُنُّونَ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَاذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ

Artinya, “Dan di antara mereka ada yang buta huruf, mereka tidak memahami Kitab (Taurat), kecuali hanya berangan-angan dan mereka hanya menduga-duga. Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, ‘Ini dari Allah,’ (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat” (QS Al-Baqarah: 78-79).

Intinya, tidak semua Ahli Kitab yang mengetahui sifat, sikap, dan karakter Rasulullah melalui kitab Injil lantas menceritakan yang sebenarnya pada orang-orang yang mendengarkannya.

Bahkan, betapa banyak orang-orang buta huruf yang tidak mengetahui sifat Rasulullah disebabkan oleh Ahli Kitab yang tidak menceritakan semuanya.

Tim Rembulan

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya