Liputan6.com, Blitar - Jemaah Majelis Ta'lim Sabilu Taubah (ST) yang diasuh oleh Muhammad Iqdam Kholid berasal dari latar belakang yang berbeda. Karena latar belakangnya yang berbeda, maka tak aneh jika jemaah Gus Iqdam memiliki masalah yang berbeda pula.
Dalam berbagai kesempatan, terlihat dalam sesi dialog jemaah Gus Iqdam kerap mengutarakan permasalahannya.
Advertisement
Baca Juga
Ada yang memiliki masalah rezeki, jodoh hingga ada yang rumah tangganya dalam kondisi rungkad alias ruwet.
Ada pula yang sedang menghadapi masalah yang berat. Bahkan saking beratnya masalah yang ia hadapi ini, terbersit keinginan untuk bunuh diri.
“Beberapa waktu kulo niku disowani jamaah kulo, omahe Nganjuk numpak bis, dadi rutinan numpak bis,” tutur Gus Iqdam mengawali ceritanya, dikutip dari tayangan YouTube Chanel Pitutur, Selasa (31/10).
“Ya Allah Gus kulo pengin bunuh diri keranten bojo sing lanang ngeslot mawon,” imbuh Gus Iqdam menirukan ucapan jemaahnya ini.
“Iki tenanan anake telu nek diomongi ora kenek dadi sing lanang ngeslot ae anake telu wedok ngopeni dewe,” kata Gus Iqdam menceritakan kisah pilu jemaahnya ini.
Simak Video Pilihan Ini:
Istiqamah Baca Istighfar
Gus Iqdam menyarankan agar ia melanggengkan membaca istighfar.
"Dadi ngoten niku, dadi sing lanang ngeslot, akhirnya yang si perempuan ini cari uangan sendiri. Akhire mulai tanggal siji niku wau moco istighfar terus, wis istikomah moco istigfar terus," saran Gus Iqdam.
Berkah istighfar yang dibaca rutin ini, akhirnya ia menemukan titik terangnya.
"Masyaallah setitik-titik Alhamdulillah jualan sempol, sempolnya laku, jualan pentol, pentolnya laku. Alhamdulillah panggah cukup," tuturnya.
Demikian halnya untuk mengatasi suaminya yang memiliki perilaku tidak terpuji ini, Gus iqdam juga menyarankan agar dibacakan istighfar.
"Lah niki bojo niki pripun Gus carane ndungane. Niki nek turu yo wacaknp istighfar, sebulno batuke. Aku ngono, nek istighfar ko tidak mempan talkinen, aku yo ngono,” katanya.
Advertisement
Keajaiban Istighfar
Mengutip NU Online, diriwayatkan dari Al Hasan bahwa suatu ketika datang kepadanya seseorang yang mengadu akan kefakiran yang dialaminya. Kondisi ekonominya begitu terpuruk. Kebutuhan keluarga yang ia tanggung tak dapat ia cukupi.
Ada lagi seorang yang lain mengadu kepadanya untuk meminta solusi terhadap masalah yang ia alami. Ya, seorang itu bisa dikatakan mandul. Telah lama ia menginginkan seorang buah hati, namun tak juga dikaruniai. Tapi ia tak mau putus asa.
Maka datanglah ia ke Al Hasan sebagai bentuk ikhtiarnya. Al Hasan juga didatangi oleh seorang petani. Ia begitu gamang terhadap bumi yang ia tanami. Bagaimana tidak, setelah sekian tahun mengolah tanah, tak sekali pun ia menuai hasil yang melimpah.
Malah yang terjadi adalah kerusakan tanaman akibat kekeringan dan tanah yang tandus. Semua itu dijawab oleh Al Hasan hanya dengan satu kalimat, اِسْتَغْفِرِ اللهَ "Bacalah istighfar, mintalah ampunan kepada Allah."
Betapa mengherankan Al Hasan ini. Di antara sekian banyak masalah yang dia adukan kepadanya hanya satu solusi yang ia berikan kepada orang-orang tersebut. Maka Rabi' bin Shahib pun memberanikan diri untuk bertanya, “Wahai Al Hasan, banyak orang yang mendatangimu dengan mengadukan berbagai hal dan meminta (pertolongan) bermacam-macam kepadamu.
Tapi mengapa hanya istighfar yang kau jadikan sebagai solusi jalan keluar?" Al Hasan pun terdiam, kemudian ia hanya membacakan beberapa ayat dari Surat Nuh sebagai berikut:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَّيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12) مَا لَكُمْ لَا تَرْجُوْنَ اللهَ وَقَارًا (13)
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan kepadamu hujan yang lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?"
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Nurul Huda 1 Cingebul