Liputan6.com, Jakarta - Barangkali, ada yang tak percaya, pada zaman serba digital ini masih ada yang mengggunakan jasa penglaris alias guna-guna dengan memanfaatkan jasa jin.
Sebagian orang merasa, penglaris jin atau hal-hal semacamnya hanya terjadi masa lalu. Namun begitu, penggunaan jin adalah fakta terbantahkan dan bahkan diriwayatkan dalam Al-Qur'an.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Misalnya, tukang sihir yang bekerja sama dengan jin. Atau bagaimana setan atau iblis mencuri dengar kabar langit untuk dibisikkan kepada dukun-dukun.
Bagi orang awam, tentu sulit mengetahui apakah sebuah warung makan menggunakan jasa jin atau tidak. Tapi ternyata ada tanda-tanda yang mudah dikenali sebuah warung gunakan penglaris jin.
Sebagai orang awam kita harus waspada dengan warung-warung dengan penglaris jin tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri di Indonesia “penglaris”, hasil bersekutu dengan jin suatu kenyataan yang ada di Indonesia.
Hal ini tidak banyak diketahui oleh orang awam karena jarang yang mempelajari dunia mistik.
Simak Video Pilihan Ini:
Tanda-tanda Warung Gunakan Penglaris Jin
Mengutip Laduni.id, penglaris ini dapat dibilang adalah sebuah perjanjian yang dilakukan antara manusia dan golongan jin untuk membuat dagangan seseorang tersebut menjadi laris manis.
Biasanya praktik penglaris ini dilakukan oleh pedagang makanan, sebab dengan menggunakan penglaris makanan yang dijajakan akan memiliki cita rasa enak sehingga membuat pelanggannya ingin selalu kembali datang.
Penglaris pun banyak sekali jenisnya ada yang menggunakan jimat atau mendatangkan makhluk tertentu layaknya kuntilanak, wewe gombel hingga pocong.
Dan penglaris pocong adalah bentuk penglaris yang banyak digunakan baik oleh restoran, warung hingga kios pinggir jalan. Sebab banyak sekali kejadian kejadian yang telah dialami oleh orang orang terkait dengan penglaris dengan pocong ini.
Berikut ini ciri-ciri warung yang bersekutu dengan jin sebagai penglaris:
1. Kalau warung besar biasanya ada toilet dekat dapur. Ada kamar mandi atau toilet yang tidak boleh dimasuki orang lain.
2. Kalau warung pinggir jalan, lihat panci dan periuk. Ada panci yang tak boleh dibuka kecuali pemiliknya.
3. Biasanya ada buntelan kain putih, bisa di tempat nasi, gagang centong dll.
4. Tempat cuci piringnya terpisah jauh, tidak bisa dilihat pengunjung.
5. Kalau makanan dibawa pulang, rasanya berubah tidak enak.
6. Jika dinetralkan dengan doa, rasanya pun berubah.
Advertisement
Dzikir Al-Ma’surat untuk Bentengi Diri dari Gangguan Jin
Praktik-praktik yang dijalankan di atas hanya dilakukan oleh pemilik warung makan yang tidak taat kepada agamanya. Tidak semua pemilik warung makan menggunakan cara mistik. Orang orang yang beriman, pasti membuka warung makan sesuai dengan tuntunan agama.
Mereka tahu pengatur rezeki hanya Allah SWT. Sedangkan yang bersekutu dengan jin, hanya mencari jalan pintas untuk cepat kaya.
Namun terlepas dari pada itu Anda tak bisa menggenaralisasi semua warung ramai pengunjung menggunakan penglaris jin, sebab dalam beberapa kasus memang cita rasa sebuah warung atau restoran begitu nikmat sehingga tak mengherankan bila pengunjungnya begitu ramai.
Maka diperlukan kita selalu untuk membentengi diri dari bahaya baik dari gangguan jin maupun hal ghaib yang lainnya dengan membaca ta'awwudz dan basmalah serta doa sebelum makan, dan kemudian baca dzikir Al-ma’surat terdapat sebuah doa yang berbunyi :
بِسْمِ اللهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِى الاَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّميْعُ العَلِيْمِ - ثَلاَث مَرَّاتٍ
Bismillahilladzi la yadurru ma'asmihi syaiun fil ardi wala fissamaa'i wa huwassami'ul aliim
(Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada mudharat sedikitpun baik di bumi dan di langit, dan Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui) baca 3x/7x sebelum makan.
Doa sebelum makan dan yang diragukan kehalalannya
Untuk itu, Syekh M Nawawi Banten mengutip doa Syekh Sya‘rani ketika diundang untuk mengonsumsi makanan yang jika kita ragu ragu atau merasa diragukan kehalalannya.
اللَّهُمَّ احْمِنِي مِنَ الأَكْلِ مِنْ هَذَا الطَعَامِ الَّذِي دُعِيْتُ إِلَيْهِ فَإِنْ لَمْ تَحْمِنِي مِنْهُ فَلَا تَدَعْهُ يُقِيْمُ فِي بَطْنِي فَاحْمِنِي مِنْ الوُقُوْعِ فِي المَعَاصِي الَّتِي تَنْشَأُ مِنْهُ عَادَةً فَإِنْ لَمْ تَحْمِنِي مِنَ الوُقُوعِ فِي المَعَاصِي فَاقْبَلْ اسْتِغْفَارِي وَأَرْضِ عَنِّي أَصْحَابَ التَّبَعَاتِ فَإِنْ لَمْ تَقْبَلْ اسْتِغْفَارِي وَلَمْ تُرْضِهِمْ عَنِّي فَصَبِّرْنِي عَلَى العَذَابِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Allahummahmini minal akli min hadzat tha‘amil ladza du‘itu ilahi. Fa in lam tahmini minhu, fa la tada‘hu yuqimu fi bathnī. Fahminī minal wuqū ‘I fil ma‘āshīl latī tansya’u minhu ‘ādatan. Fa in lam tahminī minal wuqū‘I fil ma‘āshī, faqbal istighfārī wa ardhi ‘annī ashhābat taba‘āti. Fa in lam taqbal istighfārī wa lam turdhihim ‘annī, fa shabbirnī ‘alal ‘adzābi, yā arhamar rāhimīna.
Artinya, “Ya Allah, lindungi aku dari mengonsumsi makanan ini yang mengundangku untuk itu. Jika Kau tidak melindungiku darinya, jangan biarkan dia bermukim di perutku. Lindungilah aku dari maksiat yang biasanya muncul karena makanan seperti ini. Kalau Kau tidak melindungiku dari maksiat, terimalah istighfarku. Buatlah mereka yang memiliki hak atasku ridha. Jika Kau tidak menerima istighfarku dan tidak membuat mereka yang memiliki hak atasku ridha, berikanlah kekuatan bagiku dalam menanggung azab-Mu, wahai Tuhan yang maha pengasih,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten dalam kitab Syarah Qamiut Thughyan, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 12).
Advertisement