Bacaan Doa Bismillah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani untuk Pembuka Pintu Rezeki dan Tolak Bala

Salah satu doa pembuka pintu rezeki dan tolak bala ialah doa bismillah dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jun 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2024, 04:30 WIB
Ilustrasi doa, harapan, Islami
Ilustrasi doa, harapan, Islami. on Freepik)

Liputan6.com, Cilacap - Banyak ragam amalan dalam bentuk doa ataupun lafal untuk wirid yang fungsinya untuk pembuka pintu rezeki agar rezeki lancar dan terhindar dari bencana (tolak bala).

Salah satunya ialah amalan doa dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Adapun amalan doa ini yang akan diulas dalam tulisan ini ialah doa bismillah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Disebut demikian, pasalnya, lafal doa tersebut didominasi lafal bismillah, di mana dalam doa tersebut lafal basmalah yang lafal dan maknanya sangat agung dibaca berulang kali sebagai tawasul untuk keperluan tersampainya hajat atau keperluan.

Sebagai informasi, lafal doa ini termaktub dalam salah satu kitab karya wali yang dijuluki sulthanul awliya yang bernama Ash-Shalawat wa Al-Awrad, kitab yang berisi tentang shalawat dan wirid-wirid.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Lafal Doanya

Niat dan Sholat Malam
Ilustrasi Berdoa Credit: freepik.com

Menukil laman Liputan6.com, berikut ini bacaan doa Bismillah yang disusun oleh Syekh Abdul Qadir Jailani dalam bahasa Arab, Latin dan artinya:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ

اَلَّلهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ بِحَقِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِحُرْمَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِفَضْلِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِعَظَمَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِجَلَالِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِجَمَالِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِكَمِالِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِهَيْبَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِمَنْزِلَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِمَلَكُوْتِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِجَبَرُوْتِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِكِبْرِيَاءِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِثَنَاءِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِبَهَاءِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِكَرِامَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِسُلْطَانِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِبَرَكَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِعِزَّةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِقُوَّةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَبِقُدْرَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ اِرْفَعْ قَدْرِيْ,وَاشْرَحْ صَدْرِيْ, وَيَسِرْ اَمْرِيْ, وَرْزُقْنِيْ مِنْ حَيْثُ لَا يُحْتَسَبْ, بِفَضْلِكَ وَكَرَمِكَ, يَامَنْ هُوَ كهيعص حمعسق, وَاَسْأَلُكَ بِجَلَالِ الْعِزَّةِ وَجَلَالِ الْهَيْبَةِ وَجَبَرُوْتِ الْعَظَمَةِ اَنْ تَجْعَلَنِيْ مِنْ عَبَادكَ الصَّالِحِيْنْ اَلَّذِينَ (لَاخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَاهُمْ يَحْزَنُوْنْ) بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنْ, وَاَنْ تُصَلِّي عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَي اَلِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Arab Latin: Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allaahumma inii as-aluka bihaqqi bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabihurmati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabifadhli bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabi’azhamati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabijalaali bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabijamaali bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabikamaali bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabihaybati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabimanzilati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabimalakuti bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabijabaruti bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabikibriyaa-i bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabitsanaa-i bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabibahaa-i bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabikaramati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabisulthaani bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabibarakati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabi’izzati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabiquwwati bismillaahirrahmaanir-rahiim, wabiqudrati bismillaahirrahmaanir-rahiim,

Irfa’ qadrii wasyrah shadrii wa yassir amrii warzuqnii min haytsu laa yahtasib bifadhlika wa karamika, ya man huwa kaaf haa yaa ‘ain shad haa mim ‘ain sin qaaf, wa as-aluka bijalaalil-‘izzati wa jalalil-haybati wa jabaruutil ‘azhamati an taj’alanii min ‘ibaadikash-shaalihiinal-ladziina (laa khawfun ‘alayhim walaa hum yahzanuun) birahmatika yaa arhamar-raahimin wa an tushalliya ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘ala aali sayyidinaa Muhammad.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan haq bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kemuliaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan keutamaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan keagungan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kebesaran bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan keindahan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kesempurnaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kewibawaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kedudukan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kekuasaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan keperkasaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kebesaran bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan pujian bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan cahaya bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kemuliaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kekuasaan bismillaahirrahmaanir-rahiim

dan dengan keberkahan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kemuliaan bismillaahirrahmaanir-rahiim,

dan dengan kekuatan, 

dan dengan kekuasaan bismillaahirrahmaanir-rahiim, angkatlah kemuliaanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan berikanlah aku rizqi yang tak disangka-sangka datangnya dengan keutamaan-Mu dan kemuliaan-Mu, wahai DZat Yang Dia kaf  ha ya ‘ain shad ha mim ‘ain sin qaf (hanya Allah yang tahu arti sesungguhnya kalimat-kalimat itu) dan aku memohon dengan kebesaran kemuliaan-Mu, dengan kebesaran kewibawaan-Mu, dengan keperkasaan keangungan-Mu, agar Engkau menjadikanku tergolong hamba-hamba-Mu yang shalih (yang tidak ada perasaan bersedih hati), dengan rahmat-Mu, wahai Yang Paling Pengasih di antara yang pengasih. Dan aku memohon agar Engkau senantiasa melimpahkan rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad dan kepada keluarga junjungan kami, Nabi Muhammad.”


Sekilas tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani

Berdoa di Kuil Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Selama Bulan Ramadhan
Seorang umat Muslim berdoa di dalam kuil Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selama bulan suci Ramadhan di Srinagar (11/4/2022). Kuil bersejarah ini pernah dihadiri puluhan ribu umat Islam. (AFP/Tausef Mustafa)

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani lahir pada tangga 1 Ramadhan, dan ada pula yang berpendapat tanggal 2 Ramadhan. Namun yang masyhur dan dianut oleh banyak sejarawan, Syaikh Abdul Qadir lahir pada tanggal 2 Ramadhan 470 H atau bertepatan dengan 18 Maret 1077 M di Kota Na’if.

Dalam usia 8 tahun, Abdul Qodir sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada 488 H/1095 M. Ia tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang kala itu dipimpin Ahmad Al-Ghazali, menggantikan saudaranya Abu Hamid Al-Ghazali.

Di Baghdad beliau belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khathat, Abul Husein Al-Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al-Mukharrimi.

Ia menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut hingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Dengan kemampuan itu, Abu Sa’ad Al-Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan di daerah Babul Azaj, menyerahkan pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani.

Syekh Abdul Qodir Jaelani adalah seorang ulama besar, yang juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar di dunia; Tarekat Qodiriyah.

Syekh Abdul Qodir Jaelani wafat Sabtu malam selepas Maghrib, pada 9 Rabiul Akhir 561 H/1166 M di daerah Babul Azaj, Baghdad.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya