Tips Rileks Hadapi Kematian dari Gus Baha, Cukup Lakukan Hal Ini

Kematian merupakan hal yang niscaya. Sudah seharusnya kita menyiapkan bekal di dunia untuk menyambutnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Sep 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2024, 04:30 WIB
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kharismatik asal kota yang kerap disebut Tiongkok kecil, Rembang, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memaparkan tips rileks saat menghadapi kematian.

Ulasan Gus Baha perihal ini seputar menghadapi kematian bukan hanya bagi orang-orang yang baik tapi bisa juga diterapkan orang yang buruk. Tentu saja kita menginginkan akhir hidup kita terkategori husnul khotimah.

Sebagaimana diketahui, kematian bisa menjemput siapa saja dan kapan saja, di mana waktunya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah SWT.

Di dunia seseorang seharusnya menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan setelah kematian. Pasalnya saat orang telah mati atau meninggal dunia tentu saja tidak bisa lagi untuk beramal sholeh.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ini Tipsnya

Ilustrasi Mayat (Afandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi Mayat (Afandi Ibrahim/Liputan6.com)

Gus Baha menjelaskan bahwa jikalau orang baik, meninggal dunia itu tentu saja baik sebab akan mendapatkan akhir yang baik. Dalam bahasa agama, kematian yang baik disebut husnul khotimah.

“Kalau kamu orang baik, mati artinya apa? Ya baik karena, husnul khotimah,” paparnya sebagaimana dikutip dari salah satu ceramahnya yang diunggah kanal YouTube @MimpiChanel, Selasa (17/09/2024).

Demikian halnya, jikalau kita termasuk orang yang buruk, maka menurut Rasulullah SAW sebagaimana dikutip Gus Baha bahwa anggap saja kematian itu merupakan akhir dari perbuatan buruk yang kita lakukan.

“Kalau kamu orang yang buruk itu kata Nabi SAW, anggap saja mati itu akhir dari keburukan kamu,” sambungnya.

Meski demikian, seandainya kita termasuk orang buruk maka seharusnya secepat mungkin kita bertobat kepada Allah SWT. Sebab jikalau kita terlambat bertobat dan terlanjur ajal menjemputnya, maka kematian kita tidak terkategori sebagai husnul khotimah.

Hakikat Kematian dalam Perspektif Islam

Ilustrasi mayat (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)
Ilustrasi mayat (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Menukil Republika, dalam buku Belajar Mudah Memahami Hikmah, Abinya Nasha, menjelaskan rahasia kematian yang sering diabaikan manusia.   

Pertama, kematian memutuskan kesempatan manusia untuk beramal. Ketika kematian telah menjemput, maka tiadalah kesempatan yang kita dapatkan untuk mengumpulkan amal diri karena kesempatan telah tertutup. 

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam, dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, ‘alangkah baikhnya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.’” (QS al-Fajr: 23-24).  

Karena itu, mengingat hal ini seharusnya manusia bisa tersadar bahwa setelah kematian justru ada beberapa hal yang perlu direnungi. Namun, tidak ada lagi kesempatan untuk beramal.   

Kedua, adanya fitnah kubur dan azab kubur. Fitnah kubur ialah ujian berupa pertanyaan-pertanyaan di dalam kubur kepada si mayit mengenai siapa Tuhannya, agamanya, dan nabinya. Bagi orang yang beriman, Allah SWT akan memudahkannya menjawab pertanyan tersebut. 

Allah juga memerintahkan untuk menghamparkan surga baginya, memakaikannya pakaian surga, dan membukakan pintu surga sehingga udara sejuk dan bau harum akan menghiasi kuburannya. Kemudian, diluaskannya kubur sejauh mata memandang.  

Sedangkan bagi orang kafir, tidaklah dia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dihamparkan neraka baginya, maka hawa panas akan menyelimuti kuburannya dan bau busuk akan menyeruak dari kuburnya.  

Kemudian, kuburannya diimpitkan Allah  SWT hingga tulang belulangnya pecah menancap satu sama lain. Inilah yang disebut siksa kubur, yakni siksaan yang tidak bisa dilewati saat menjawab fitnah kubur. Lama tidaknya siksa kubur ini pun dipengaruhi besar kecilnya kedurhakaan yang dilakukan.  

Ketiga, pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Siapa bilang ketika kematian menjemput maka kehidupan akan juga berakhir? Ternyata tidak. Kehidupan tidak hanya berhenti di alam kubur/barzakh.  

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya